Kiri Sosial membuka ruang bagi kawan-kawan yang ingin berkontribusi pada Kirisosial.blog. Kami menerima kontribusi dalam bentuk artikel terjemahan yang memuat tentang inspirasi gerakan yang partisipatif atau tentang inspirasi persatuan. Silahkan kirim terjemahan anda melalui inbox FB atau kirim melalui kirisosial@gmail.com. Terimakasih

Venezuela : Mengapa Maduro Masih Berkuasa ?



Sumber: https://venezuelanalysis.com/analysis/14414 


Setelah barusan ini mengunjungi Venezuela, Federico Fuentes dari Green Left Weekly menganalisa mengapa Maduro masih tetap berkuasa.

Oleh Federico Fuentes – Green Left Weekly
1 April, 2019 

Bagi banyak orang, tidaklah mungkin memahami bagaimana Maduro masih bertahan di istana kepresidenan, meskipun mesti memimpin dalam krisis ekonomi terburuk negeri itu dan menghadapi perlawanan internasional dan domestik yang sedemikian kuat.

Jawabannya terletak pada kekuatan-tangguh Chavismo, sebuah pergerakan politik kelas Buruh yang, meskipun telah ada sebelum presiden terdahulu Hugo Chávez, terus menggunakan namanya dan melanjutkan proyek politiknya.
Penolakan oleh para penentang Maduro, di dalam dan di luar Venezuela, untuk mengakui eksistensi Chavismo juga sangat menjelaskan mengapa mereka tetap berlawanan selama lebih dari dua dekade.

Chávez


Berjalan di jalanan utama San Fernando, ibukota Apure, negara-bagian di perbatasan, tak makan waktu lama bagi seseorang untuk menghampiriku dan mulai bicara tentang politik. Dalam hitungan menit, sebuah diskusi kelompok pun terbentuk.

Aku bertanya kepada mereka tentang Chávez. Salah seorang menjawab, “Chávez mengambil kekuasaan bukan cuma karena dia butuh pekerjaan. Dia mengambil kekuasaan karena kami sedang sekarat kelaparan; orang-orang Venezuela sekarat kelaparan di tahun 1980-an dan 1990-an.” 

“Itulah sebabnya, di tahun ’89 penghuni barrios [pemukiman kumuh] turun dari bukit-bukit dan menjarah toko-toko untuk mendapatkan makanan,” katanya, merujuk kepada pemberontakan Caracazo tanggal 27 Februari, yang akhirnya ditumpas dengan represi brutal yang, menurut laporan, menewaskan ribuan orang.

Orang lainnya berkata, “Era Chávez adalah saat terindah dalam sejarah Venezuela. Setiap orang mampu memperbaiki kondisi-kondisi kehidupannya, bukan cuma orang miskin, melainkan bahkan orang kaya.”

“Berkat Hugo Chávez, kami mendapatkan kesempatan untuk belajar, untuk mengikuti program paska-sarjana,” seorang lainnya menjelaskan.

“Sebelumnya, universitas-universitas dulunya pada dasarnya dimiliki swasta. Kecuali Anda orang kaya, Anda takkan mempunyai peluang belajar di universitas.”

“Chávez membuka lebar peluang pendidikan dan mulai membagikan kepada para Siswa seragam, sepatu, makanan, komputer; anak-anak diberi laptop, tablet …”

Seorang pemuda menyela, “Siswa Universitas juga mendapat tablet. Aku punya satu. Aku tak pernah melihatnya sebelumnya, tapi kini aku punya satu.”

Identitas


Akan tetapi mendalamnya dukungan kepada Chávez di kalangan Buruh tak dapat sekadar dijelaskan melalui keterlibatannya dengan masa-masa yang lebih baik.

Andreina Pino, seorang aktivis lokal Aliran Revolusioner Bolivar dan Zamora (the Bolivar and Zamora Revolutionary Current) di negara-bagian pedesaan Barinas, tempat Chávez dilahirkan, berkata bahwa kedekatan ini terjadi berkat kemampuan Chávez untuk “memahami ‘kode’ Rakyat”.

“Chávez mampu melakukan ini,” Pino menjelaskan, “karena dia berasal dari Rakyat.”

“Umumnya, politikus negeri ini berasal dari keluarga kaya dan tak memiliki kontak semacam itu dengan Rakyat Pekerja.”

“Chávez mampu menghubungkan dirinya dengan sentimen, kultur dan spiritualitas Rakyat Venezuela… Dia hadir untuk mensintesakan semua kultur itu, spiritualitas itu, sejarah itu.”

“Chávez tak hanya mengidentifikasikan dirinya dengan sejarah. Dia mengajari kami sejarah. Chávez bicara tentang [Simón] Bolívar dan perjuangan kami meraih kemerdekaan.”

“Dia juga mulai membangun harapan dalam diri kami, bahwa kami, Rakyat, dapat membentuk sejarah kami sendiri.”

"Chávez membangunkan sesuatu dalam diri Rakyat.”

Subyek Politik 


Sosiologis Argentina yang berbasis di Caracas, Marco Teruggi, yakin bahwa ketidakmampuan oposisi untuk menerima atau memahami fenomena inilah penyebab oposisi “telah terus menerus melakukan kesalahan yang sama dalam analisis mereka selama dua puluh tahun”.

“Mereka tak memasukkan adanya Chavismo sebagai subyek politik ke dalam analisis mereka.”

Teruggi menjelaskan bahwa untuk memahami Chavismo, pentinglah melihat melampaui pemerintahan dan memandang pergerakan politik ini dalam segala kompleksitasnya.

Muncul dari kalangan Rakyat-biasa, Chavismo menggabungkan keseluruhan partai politik, pergerakan dan organisasi sosial, dan menembus dalam ke pemukiman-pemukiman kumuh (barrios) dan barak-barak militer.

“Kita tak dapat mulai mengerti bagaimana, misalnya, krisis ekonomi tidak sampai mendorong sebuah ledakan massal, jika kita tak memahami akar-akar yang dalam yang dimiliki Chavismo di barrios, di mana dia telah melahirkan sebuah jejaring utuh organisasi-organisasi yang sangat kuat dan yang memungkinkannya mengendalikan situasi,” kata Teruggi.

“Yang penting, Chavismo memilik identitas politiknya sendiri. Bisa kita katakan bahwa Chavismo adalah sebuah identitas dari sebagian kelas Rakyat.”

“Di bawah Chavismo, Rakyat-banyak tak cuma mampu memperbaiki situasi ekonominya namun juga berpartisipasi dalam politik, memiliki suara publik, menjadi pelaku utama (protagonists).”

"Hanya Chavismo sajalah yang telah menawarkan ini kepada mereka.”

“Mereka membela sebuah proses yang hari ini telah dihantam berulang kali tapi tetap merupakan satu-satunya proyek yang telah menawarkan kepada kelas Rakyat di Venezuela sebuah nasib yang berbeda dibandingkan dengan nasib-terkutuk yang telah selalu ditimpakan kepada mereka — kemiskinan, pengangguran, penyingkiran dan peminggiran/marginalisasi.”

“Rakyat tidak sedang membela Maduro; mereka membela kemungkinan menjadi mampu untuk terus memperbaiki bukan hanya situasi ekonomi mereka melainkan juga kehidupan mereka pada umumnya.”

Pino sependapat: “Rakyat yang tetap mendukung Maduro mengerti bahwa Madurolah, dalam keadaan ini … yang saat ini merupakan pemimpin proses militer-kewarganegaraan (civic-military process).”

“Kelompok Kanan tak memahami ini; mereka tak memahami bahwa yang menjadi perselisihandi sini bukanlah Maduro melainkan sebuah proyek.”

Bukan cek-blanko


Akan tetapi Teruggi menyoroti, bahwa “Chavismo bukanlah selembar cek-blanko. Dia bukan sesuatu yang bisa digunakan dan disalahgunakan selama jangka waktu yang tak terbatas.”

Di awal tahun ini, ada tanda-tanda jelas tentang ini.

Atenea Jiménez, dari Jaringan Nasional Comuneros, yang mempersatukan orang-orang yang terlibat dalam banyak communes di seluruh negeri, menjelaskan bahwa di bulan Januari, antara saat pelantikan Maduro dan proklamasi-diri Guaidó, “ada banyak protes … tetapi protes-protes ini berbeda karena terjadi di sektor-sektor Rakyat, termasuk beberapa sektor yang secara historis sangat Chavista.

“Protes-protes ini terjadi bukan di sektor-sektor kelas menengah, setidak-tidaknya di Caracas sini; mereka adalah protes oleh orang-orang dari barrios yang tidak setuju dengan Maduro; orang-orang yang tak bersama kelompok oposisi namun yang muak karena selama bertahun-tahun harus berurusan dengan situasi ekonomi ini.”

Jiménez mencatat bahwa perpolitikan protes-protes itu, seperti segala sesuatu di Venezuela, sangatlah kompleks dan kontradiktif. Beberapa di antaranya “terkait dengan aksi-aksi gang-gang bersenjata”, sedangkan dalam kasus-kasus lainnya yang terlibat adalah para anggota polisi dan Pengawal Nasional Bolivarian.

“Protes-protes ini tidak memiliki suatu kepemimpinan yang jelas, mereka tidak terencana ataupun diorganisir oleh suatu sektor politik, meskipun ada sektor-sektor oposisi sayap Kanan yang mencoba mengembangkan protes-protes tersebut karena mereka memandangnya berguna bagi tujuan mereka menyingkirkan Maduro dengan segala cara.”

Melampaui kompleksitas ini, “protes ini adalah protes tentang situasi-situasi yang sangat nyata yang sedang dihadapi Rakyat ….. dan di beberapa tempat, di mana para Chavistas sangat marah terhadap kesulitan-kesulitan kehidupan sehari-hari, jumlah massa protes sangatlah besar.”

“Banyak dari orang yang protes merasa bahwa pemerintah tidak mampu memecahkan masalah-masalah mereka.”
“Mereka berkata: ‘Kami telah memberikan kepada pemerintah semua suara kami, untuk Majelis Konstituen Nasional, untuk para gubernur, walikota, semuanya. Jadi, apa alasan mereka belum memecahkan masalah sehari-hari kami seperti makanan dan obat-obatan?’.” 

Teruggi menyoroti bahwa situasi sekarang ini “tak bisa berlangsung selamanya. Harus ada tanggapan-tanggapan oleh pemerintah terhadap tuntutan-tuntutan ini. Jika tidak, pemerintah akan kehilangan dukungan yang dibutuhkannya untuk tetap berkuasa.”

Meskipun begitu, Teruggi yakin bahwa Rakyat Venezuela dalam waktu dekat ini masih belum akan mencapai titik-patahnya. “Aku pikir inilah sebabnya Amerika Serikat ( = AS ) berupaya mempercepat tindakan-tindakannya terhadap Maduro.”

“Ketimbang terus mengikis dukungan kepada pemerintah melalui serangan-serangan ekonomi, AS sebaliknya mendesakkan sebuah pemerintahan paralel …”

“Bahkan jika serangan-serangan kepada perekonomian menimbulkan banyak kerusakan dan Chavismo tidak mampu menangkalnya … dan bahkan malahan menambah masalah karena kesalahan-kesalahannya sendiri pun, keseimbangan kekuatan secara keseluruhan telah mempertahankan dirinya sendiri.”

Anti-imperialisme


Jiménez menyoroti bahwa "dalam keadaan yang berbeda, di bawah pemerintahan neoliberal, kami sudah akan menjungkirbalikkan negara ini."

“Tetapi protes-protes massal ini mencair begitu Guaidó memasuki panggung politik, karena kekuatan Rakyat itu, yang tak puas, yang memiliki kritik terhadap pemerintah … mundur begitu sebuah variabel baru masuk ke kancah konflik.”

“Variabel baru itu adalah imperialisme.”

Proklamasi-diri Guaidó yang didukung AS, himbauannya untuk intervensi asing dan sanksi-sanksi yang lebih banyak berarti bahwa “protes-protes spontan itu berhenti begitu Rakyat mulai berkata bahwa ini bukanlah cara memecahkan masalah-masalah kita.”

“Di kalangan Rakyat ada sebuah sentimen anti-imperialis yang sangat kuat, terlepas dari posisi yang mungkin dimiliki Rakyat terhadap pemerintah.”

“Setiap ancaman intervensi asing langsung memunculkan dalam diri Rakyat kami suatu semangat perlawanan … Rakyat mengakui bahwa kami bisa saja punya kritik-kritik kami, tapi ini tak berarti bahwa [Presiden AS Donald] Trump boleh memutuskan siapa yang harus menjadi presiden kami.”

“Kasarnya tindakan oposisi dan seruan terbukanya bagi intervensi AS, bersama dengan pernyataan-pernyataan nyaris setiap hari dari jurubicara Trump, telah membangkitkan sebuah sentimen patriotis, sebuah keyakinan bahwa kami akan memecahkan ini dengan cara yang kami kehendaki untuk memecahkannya.”

Sentimen-sentimen ini diungkapkan oleh banyak orang, termasuk salah seorang perempuan yang ikut dalam diskusi di San Fernando: “Kami tak ingin Yankees atau siapapun juga terlibat di sini. Kami bertekad untuk merdeka. Kami tak menginginkan campur-tangan-luar apapun lagi di negeri kami.”

“Yang kami inginkan adalah menjadi mandiri, menjadi berdaulat dan agar kami bisa memutuskan apapun tentang kekayaan kami. Tak seorang pun boleh mengatur kami tentang apa yang harus kami lakukan dengan sumber-sumber daya kami.”

Seorang lainnya menambahkan, “Kami ingin mengatasi masalah-masalah kami sendiri. Kami gembira menerima usul-usul, tapi hanya usul-usul yang baik.”

“Negara manapun bisa datang dan memberikan usul, tapi tak ada yang boleh memaksakan dirinya kepada kami seperti yang sedang dicoba dilakukan AS. Itu bukan cara yang cocok di sini. Itu bukanlah cara menolong.”

“Jika AS ingin membantu kami, singkirkanlah sanksi-sanksi,” kata seorang yang lain.

No comments

Powered by Blogger.