Kesehatan Revolusioner Kuba Temukan Obat Diabetes
Sedikitnya 3.000 warga Ekuador telah menerima obat dari Kuba yang bernama Heberprot P untuk mencegah amputasi kaki dari bisul yang berasal dari diabetes pada pasien sejak 2011, pernyataan dokter Kuba.
Dengan penerapan obat Kuba ini "waktu penyembuhan rata-rata pasien dengan kaki diabetik di Ekuador adalah 41 hari," ujar Andes Lopez, wakil direktur Pusat Teknik Genetika dan Bioteknologi, dan bagian dari tim yang menciptakan Heberprot P.
Lopez berbicara pada hari Sabtu di Lokakarya Nasional tentang Perawatan Komprehensif Pasien dengan Borok Kaki karena Diabetes, di Kuba, dan juga kepada tim multidisiplin dalam brigade medis Kuba yang bekerja di Ekuador.
Dia mengatakan bahwa inilah satu-satunya jenis obat di dunia yang bekerja "pada penyakit yang tidak memiliki solusi medis saat ini," Dokter Kuba Jorge Berlanga telah menciptakan obat tersebut.
"Pengobatan tersebut telah ditunjukkan melalui beberapa studi klinis, yang disebut studi pengawasan farmako-surveilans atau studi dampak, untuk mengurangi risiko amputasi, relatif hampir 70 persen," kata Berlanga.
Di Ekuador, ada sekitar 6.000 amputasi setiap tahun, menurut Organisasi Kesehatan Dunia dan Federasi Diabetes Internasional, dan para dokter mengatakan bahwa mereka telah mengalami penurunan 4,4 persen tahun ini sejak mereka membawa obat tersebut ke negara mereka.
Lopez mengatakan bahwa 300.000 orang di seluruh dunia menerima obat tersebut, dan dia mengatakan bahwa sekarang telah diterapkan di lebih dari 25 negara.
Ada lebih dari 50.000 dokter Kuba yang bekerja di lebih dari 60 negara di seluruh dunia, sebagai bagian dari program kesehatan yang didukung oleh pemerintah Kuba.
Brigade Henry Reeve itu pertama kali diciptakan oleh pemimpin revolusioner Fidel Castro pada 19 September 2005. Brigade internasionalis ini diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia karena kerja solidaritasnya di seluruh dunia, juga kontribusi luar biasa terhadap kesehatan masyarakat.
Bahkan perwira A.S. mengakui kerja tim dalam memerangi virus Ebola di Sierra Leone, Liberia dan Guinea, di mana Kuba mengirim lebih dari 250 pekerja saat krisis memuncak pada tahun 2015.
No comments
Post a Comment