Kiri Sosial membuka ruang bagi kawan-kawan yang ingin berkontribusi pada Kirisosial.blog. Kami menerima kontribusi dalam bentuk artikel terjemahan yang memuat tentang inspirasi gerakan yang partisipatif atau tentang inspirasi persatuan. Silahkan kirim terjemahan anda melalui inbox FB atau kirim melalui kirisosial@gmail.com. Terimakasih

SOLIDARITAS VENEZUELA KEPADA PALESTINA [SEKOLAH KEDOKTERAN AMERIKA LATIN]


Ditulis oleh : Paul Dobson – November 2012

Minggu ini terjadi serangan Israel yang simultan terhadap Syra dan Gaza, dengan lebih banyak nyawa yang direnggut oleh orang - orang Zionis. Pelajar Palestina di Sekolah Kedokteran Amerika Latin (ELAM) di Caracas kembali memiliki alasan untuk berterimakasih kepada solidaritas dari pemerintah revolusioner Chavez, ketika pelajar Palestina tersebut menyaksikan semakin meningkatnya kepedulian terhadap keluarga mereka.

Hubungan antara Venezuela dan Isreal menajdi tegang sejak serangan terhadap Palestina pada Desember 2008. Ketika Chaves mengusir para dubes Israel. Sementara banyak desakan dari penujur dunia kepada pemerintahan Palestina untuk menggalang solidaritas mengatasi penderitaan rakyat Palestina, Presiden Chavez memimpin jalan tersebut dengan mejalankan kebijakan untuk memperbaiki keadaan rakyat Palestina.

VENEZUELA TAWARKAN PENDIDIKAN TINGGI
UNTUK 1000 MAHASISWA PALESTINA
Sekolah Kedokteran Amerika Latin (ELAM) di Caracas merupakan bentuk kedua, yang melanjutkan keberhasilan pendahulunya di Habana Kuba, lahir dari model pembangunan manusia yang mirip dengan yang diwujudkan oleh Dr Che Guevara dan Salvador Allende. Universitas tersebut memberikan beasiswa kepada pelajar asal negara – negara miskin seperti Angola, Haiti, Honduras, Mali, Mozambique dan Nicaragua, yang datang dan belajar ilmu kedokteran, yang kemudian kembali ke daerah asal mereka untuk berpratek sebagai komunitas paramedis yang integral. Universitas tersebut saat ini bekerja berdampingan dengan Kementerian Luar Negeri membangun kesepakatan untuk pendidikan dengan menerima pelajar dari 42 negara.

ELAM telah menerima pelajar Palestina sejak tahun 2010 dan saat ini melatih 26 tenaga medis Palestina. Bagi pelajar Palestina, Mohammed Abdalghani (20) dan Mahmoud Mohammed Alimoor (21) asal Jalur Gaza, dan Ahmed Qaraqra (20) asal Yerusalem, memasuki tahun ke 2 mereka di ELAM, hal ini memberikan kesempatan mengubah hidup, sesuatu yang memberikan mereka kesempatan membantu saudara sebangsa mereka secara utuh, dan sesuatu yang benar-benar menunjukan kualitas dari semangat internasional maupun solidartas Revolusi Bolivarian.

Ketika para pelajar ini diwawancarai, ia sangat menekankan bahwa ini adalah kesempatan untuk meraih mimpi. Mahmoud mengakatan kepada kami bahwa “sejak kecil itu adalah mimpi saya untuk menjadi dokter, seorang yang berkorban banyak untuk menyembuhkan orang. Ketika saya lulus SMA, saya tahu bahwa ayah saya tidak bisa membayar biaya universitas karena biayanya besar, kami tidak memiliki cukup biaya, hanya cukup untuk makan, kami merepukan keluarga besar – 6 anak laki – laki dan 4 perempuan – dan ayah tidah bisa membayar biaya universitas untuk kami semua..... tapi, sekarang saya sangat dekat dengan impian saya”.

Mohammed mengatakan kepada kami bagaimana ia "hampir menangis" ketika ia mendengar persetujuan untuk belajar dan tinggal di ELAM, dan ia pergi untuk menekankan beberapa masalah yang dihadapi orang-orang di Gaza: "salah satu masalah yang jelas di negara saya adalah kurangnya dokter ".

Dia melanjutkan untuk mewujudkan itu, proses menuju ke Venezuela tidak sederhana, bahkan setelah beasiswa dan penempatan telah disetujui. "Itu tidak begitu mudah untuk meninggalkan, di Palestina kita tidak memiliki bandara, sehingga dari Jalur Gaza kami harus menyeberangi perbatasan ke Mesir dengan mobil dan setelah itu berangkat dari bandara di Mesir".

Kawan Pelajarnya, Mahmoud, mengatakan kepada kami bahwa ia bahkan tidak memiliki paspor saat penempatannya, dan perbatasan itu sering tertutup. Namun, ketika mereka tiba, "kami memberi sambutan hangat, dan saya merasa bersemangat serta sangat penasaran bagaimana hidup kita saat berada di negara yang indah ini" jelas Mohammed.

Dokter-dokter masa depan dari negara yang dijelaskan oleh Ahmed salah satu yaitu "di mana Anda benar-benar merasakan hasil kerusakan dari imperialisme, kesan yang memalukan adalah menjadi korban dari Zionisme karsinogenik yang selalu berusaha untuk menghancurkan prinsip - prinsip patriotik dan kebudayaan Palestina".

Ahmed, yang ayahnya meninggal karena kondisi jantung, menjelaskan bahwa "kata Bolivariana menjadi lebih umum dalam kosakata Palestina berkat dukungan besar dari Venezuela". Mahmoud juga mengatakan kepada kita bahwa "itu sangat normal untuk melihat bendera Venezuela di rumah-rumah dan jalan-jalan di Palestina, bahkan anak-anak tahu Presiden Chavez".

Para pelajar, yang terlebih dahulu menjalani kursus bahasa spanyol saat tiba, sebelum memulai pra-kedokteran dan kemudian memulai program Komunitas Integral Kedokteran mereka selama 4 tahun, yang hampir semua dididik oleh dokter Kuba, menurut Muhammad, ini adalah "contoh dari solidaritas, harga diri, dan ketekunan".

Para pelajar diberi petunjuk bahwa penyebab penyakit tidak hanya secara biologis, tetapi secara sosial dan politik, dan juga "solidaritas dan kesadaran sosial". "Rasanya aneh bagi saya bahwa ada banyak kelas politik dalam program kami, jadi saya bertanya pada diri sendiri, apakah hubungannya politik dengan ilmu kedokteran, yang mereka coba ajarkan kepada kita di sini?" Mohammed menggambarkan, rumah yang dihancurkan oleh serangan Israel tahun 2008.

Salah satu Pelajar menjelaskan, penyebab masalah perut pada pasien mungkin tidak hanya karena diet yang buruk, tetapi kita harus mempertimbangkan dampak dari kesadaran palsu yang meyakinkan kita untuk mengonsumsi makanan yang tidak sehat, yang dipromosikan oleh perusahaan iklan kapitalis, dan juga pergolakan ekonomi-politik yang melahirkan korporat perusahaan iklan yang tidak sehat merupakan penyebab penyakit.

Ahmed menekankan ilmu kedokteran mengutamakan manusia, yang juga diajarkan di universitas: "di bawah naungan revolusi, mereka mengajarkan kita ilmu kedokteran dengan nilai-nilai sosial sejati yang berlaku di masyarakat ... mereka mengajarkan kita untuk berpikir tentang orang lain, untuk mencintai negara kita, dan menghargai penyesuaian kebudayaan, untuk mengorbankan diri bagi kemanusiaan dan belajar dengan bergerak secara sukarela untuk menyelamatkan planet ini dari ancaman memperburuk kehidupan manusia".

Ketiga mahasiswa itu bersikeras untuk mendukung Revolusi Sosialis Bolivarian: di sini "sebuah pemerintah sosialis yang mengkhawatirkan rakyatnya, orang miskin, orang – orang yang dikecualikan. . . itu adalah negara merdeka, independen dan sosialis, dengan banyak sumber daya ekonomi, yang membantu negara-negara miskin" jawab Mahmoud.

"Orang-orang Venezuela membuka pintu kepada para pemuda revolusioner, yang mencoba untuk menghadapi kebrutalan kapitalisme yang menghukum orang-orang kita" tambah Ahmed. "Dalam pidato Chavez, bangkitkan diri kita bahwa ada sentimen revolusioner yang tersembunyi di dalam kesadaran manusia". Solidaritas Venezuela telah ditetapkan, ia menggambarkan, "tanpa mengkehendaki materi apa pun sebagai imbalanyya, namun hal itu diekrpresikan melalui pendidikan, diplomasi, dan politik internasional".

Mahmoud dengan lantang menekankan di Palestina memerlukan banyak dokter , di mana "orang-orang yang menderita, berjuang, mati, dan menangis", dan " sebuah bencana yang penuh kematian dan cedera, penuh penderitaan", serta di mana "seseorang tidak hidup, tapi bertahan ". Dia mengucapkan terima kasih kepada Venezuela untuk solidartiasnya selama perang 2008: "tidak ada negara lain melakukan sesuatu dan meninggalkan Gaza untuk mati sendiri".

Pada saat kembali ke Palestina, Mohammed bermimpi "membuka klinik untuk pemeriksaan medis gratis, dengan tujuan tunggal yaitu membantu meningkatkan kualitas hidup rakyat di negara saya". Mahmoud menekankan bahwa, setelah 2 tahun di sekolah, "Saya merasa lebih bertanggung jawab sekarang, lebih dewasa, dan saya telah belajar banyak hal".

Ahmed dengan puitis mengungkapkan bahwa "kehadiran Bolívar di setiap sudut Caracas telah memaksa saya untuk merasa bebas, dan perasaan ini, yang tidak dirasakan kawan sekampung saya, bahkan yang paling menyedihkan dari perasaan gembira mereka".

Berbicara tentang pengaruh nyata dari solidaritas Venezuela terhadap Palestina, ia menjelaskan bahwa "ketika orang-orang Palestina berpikir tentang alasan yang memotivasi saudara – saudara kita dari Venezuela untuk membantu kita, mereka tidak akan menemukan apapun selain kemurnian cinta dan kejujuran tanpa niat tersembunyi - melaikan tentang cinta telah lahir ".


Penerjemah : Hasyim Ilyas

Sumber : 
http://venezuelawearewithyou.blogspot.co.id/2012/11/real-example-of-solidarity-with.html

Gambar : 
https://conflictandeducation.wordpress.com/2014/11/20/venezuela-offers-higher-education-to-1000-palestinian-students/

No comments

Powered by Blogger.