Kiri Sosial membuka ruang bagi kawan-kawan yang ingin berkontribusi pada Kirisosial.blog. Kami menerima kontribusi dalam bentuk artikel terjemahan yang memuat tentang inspirasi gerakan yang partisipatif atau tentang inspirasi persatuan. Silahkan kirim terjemahan anda melalui inbox FB atau kirim melalui kirisosial@gmail.com. Terimakasih

100 Tahun Campur-Tangan Amerika Serikat atas Pemilu, Kudeta hingga Invasi di Lebih dari 80 Negara

Sumber : https://www.newsclick.in/sites/default/files/2018-01/US%20Donald%20Trump%20Third%20World.jpg


Situasi politik global semakin panas. Sampai sekarang, kita dibuat geram oleh upaya kudeta Amerika Serikat terhadap presiden Republik Bolivarian Venezuela Nicolas Maduro yang terpilih secara demokratis. Juan Guaido yang mengklaim dirinya sebagai presiden Venezuela adalah orang yang disponsori oleh Amerika Serikat (termasuk Kanada, Brasil, Chile, Inggris, Jerman, Perancis, Spanyol, Australia, dan Israel.)

Campur-tangan atau intervensi yang dilakukan oleh Amerika Serikat bukan jejak baru, melainkan tindakan yang sejak abad 19, 20, hingga sekarang menjadi cara untuk menguasai negara-negara yang ingin menentukan nasib sendiri. Artikel ini memuat sebuah wawancara yang menjelaskan Amerika Serikat yang telah mengintervensi lebih dari 80 negara.



Penggulingan : 100 Tahun Campur-tangan Amerika Serikat dan Pergantian Rezim, dari Iran ke Nikaragua, dari Hawai hingga Kuba

Sumber : https://www.democracynow.org/2018/3/12/100_years_of_us_interference_regime

Dipublikasikan pada 12 Maret 2018


Tamu :

Stephen Kinzer
Mantan koresponden urusan luar negeri New York Times, yang sekarang kolumnis urusan dunia untuk The Boston Globe. Dia adalah penulis beberapa buku, termasuk Overthrow: America’s Century of Regime Change from Hawaii to Iraq dan All the Shah’s Men. Buku paling akhirnya, The True Flag: Theodore Roosevelt, Mark Twain, and the Birth of American Empire, baru-baru ini dirilis.

Transkrip:
Ini adalah transkrip yang dibuat terburu-buru, dan karenanya mungkin belum final.


JUAN GONZÁLEZ: Selagi penasihat khusus, Robert Mueller, melanjutkan penyelidikannya mengenai campur-tangan Rusia dalam pemilihan (presiden Amerika) tahun 2016, kita melihat kembali rekam jejak campur-tangan Washington dalam pemilu di seluruh dunia. Sekilas perhitungan, Amerika Serikat telah mencampuri lebih dari 80 pemilu di negara lain antara tahun 1946 hingga 2000. Dan itu tidak termasuk kudeta dan invasi yang didukung AS. Mantan Direktur CIA James Woolsey baru-baru ini bercanda tentang rekam jejak campur-tangan AS di luar negeri, saat wawancara dengan Laura Ingraham di Fox News.

LAURA INGRAHAM: Apakah kita (baca: Amerika Serikat) pernah mencoba ikut campur-tangan dalam pemilihan di negara lain?

JAMES WOOLSEY: Oh, mungkin sekali. Tetapi itu untuk kebaikan sistem, untuk mencegah komunis mengambil alih.

LAURA INGRAHAM: Ya.

JAMES WOOLSEY: Misalnya, di Eropa pada tahun 1947, 1948, 1949, Yunani, dan Italia, kami — CIA —

LAURA INGRAHAM: Kita tidak melakukannya lagi saat ini, bukan ? Kita ‘kan tidak mengacaukan pemilu orang lain, Jim?

JAMES WOOLSEY: [bercanda] Yah, mmmm… nyam, nyam, nyam, sudahlah. Hanya untuk tujuan yang sangat baik.

LAURA INGRAHAM: Bisakah anda melakukannya? — ayo kita buat vine video [= video lucu] — sebagai mantan direktur CIA. Saya menyukainya.

JAMES WOOLSEY: Hanya untuk tujuan yang sangat baik —

LAURA INGRAHAM : Baiklah.

JAMES WOOLSEY : —untuk kepentingan demokrasi.


JUAN GONZÁLEZ: Daftar negara yang di dalamnya AS telah ikut campur-tangan adalah panjang. Pada tahun 1893, AS membantu menggulingkan kerajaan Hawai. Lima tahun kemudian, pada tahun 1898, AS menginvasi dan menduduki Kuba dan Puerto Riko. Setahun kemudian, Filipina. Pada awal abad 20, AS mengintervensi beberapa negara seperti Nikaragua, Haiti, Republik Dominika, semuanya di tahun 1910-an.


AMY GOODMAN : Pada tahun 1953, AS membantu menggulingkan pemerintahan Iran. Setahun kemudian, pada tahun 1954, kudeta yang didukung AS di Guatemala, menggulingkan pemimpin Guatemala yang terpilih secara demokratis, Jacobo Arbenz. Kemudian, pada tahun 60-an, daftar itu semakin bertambah, termasuk, sekali lagi, Republik Dominika, Indonesia dan Kongo. Dan itu hanya sebagian dari daftar. Bahkan dengan berakhirnya Perang Dingin, campur-tangan AS di luar negeri tidak berakhir. Minggu depan menandai peringatan 15 tahun invasi AS ke Irak untuk menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein.

Sekarang mari kita ke Stephen Kinzer, mantan koresponden untuk urusan luar negeri di New York Times, yang sekarang menulis tentang urusan global di The Boston Globe. Dia adalah pengarang sejumlah buku, termasuk Overthrow: America’s Century of Regime Change from Hawaii to Iraq; All the Shah’s Men: An American Coup and the Roots of Middle East Terror. Dia menulis buku Bitter Fruit tentang kudeta di Guatemala. Dan buku terbarunya adalah The True Flag: Theodore Roosevelt, Mark Twain, and the Birth of American Empire.

Stephen Kinzer, kami menyambut anda kembali di Democracy Now! Untuk berbicara, sayangnya, tentang masalah yang sama. Saya tidak yakin harus mulai dari mana, apakah dari awal, tetapi mari kita mulai, sejak 65 tahun yang lalu, di Iran, pada tahun 1953, pada bulan Maret 1953. AS sedang giat-giatnya membuat rencana-rencana untuk menggulingkan pemerintahan dari pemimpin yang dipilih secara demokratis, Mohammad Mosaddegh. Bisakah Anda berbicara tentang apa yang dilakukan AS di Iran saat itu? Hal ini diketahui secara umum di Iran, tetapi kebanyakan orang di negeri ini tidak tahu.


STEPHEN KINZER: Di awal abad ke-20, rakyat Iran mulai bergerak menuju demokrasi. Itu adalah perjuangan yang sangat sulit; maju-mundur. Tapi akhirnya, setelah Perang Dunia Kedua, demokrasi muncul di Iran. Ini adalah suatu periode sisipan, suatu periode demokrasi sejati yang pertama kali kita miliki di Iran dalam seratus tahun terakhir. Jadi, masalahnya datang ketika rakyat Iran memilih pemimpin yang salah. Mereka melakukan sesuatu yang tidak pernah disukai Amerika Serikat: mereka memilih seorang pemimpin yang ingin mengutamakan kepentingan negaranya sendiri di atas kepentingan Amerika Serikat. Dan itu amat mengkhawatirkan Barat, khususnya Amerika Serikat.

Langkah pertama Mosaddegh adalah menasionalisasi minyak Iran. Kita pikir ini akan menjadi contoh yang buruk bagi seluruh dunia. Kita tidak ingin proses ini terulang di negara-negara lain. Jadi, untuk memberi contoh, Amerika Serikat memutuskan kita akan bekerjasama dengan Inggris untuk menggulingkan pemerintahan yang terpilih secara demokratis di Iran. Kita mengirim seorang perwira senior CIA, yang bekerja di ruang bawah tanah Kedutaan Besar Amerika di Iran, untuk mengatur kudeta. Kudeta akhirnya berhasil pada musim panas tahun 1953. Mosaddegh digulingkan.

Dan, yang lebih penting, sistem demokrasi di Iran hancur selamanya. Ini bukan hanya serangan terhadap satu orang, tetapi serangan terhadap demokrasi. Dan alasan mengapa kita menyerang demokrasi itu adalah karena demokrasi tersebut menghasilkan orang yang salah. Jadi, kita menyukai pemilihan umum dan proses demokrasi, tetapi mereka harus menghasilkan kandidat-kandidat yang kita sukai; jika tidak, persetujuan kita pun lenyap.

AMY GOODMAN: Dan orang yang dia kirim — yaitu orang AS, Dulles bersaudara, yang dikirim ke Iran dengan koper-koper penuh uang untuk memulai proses kudeta itu, adalah cucu Teddy Roosevelt?


STEPHEN KINZER: Benar. Terkadang saya bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang bersifat genetis dalam keluarga Roosevelt yang mendorong mereka ke arah pergantian rezim. Ini adalah semacam keanehan sejarah, bahwa orang yang pada awal abad ke-20 secara efektif memproyeksikan Amerika Serikat ke dalam era pergantian rezim, yaitu Teddy Roosevelt, memiliki cucu lelaki yang pergi ke Iran pada 1950-an dan melaksanakan operasi pergantian rezim di sana. Dan ada persamaan-persamaan—


AMY GOODMAN: Ya, saya ingin [mengajak melihat] —


STEPHEN KINZER: —antara operasi-operasi yang mereka lakukan.


AMY GOODMAN: Sebelum Anda melanjutkan, Stephen, saya ingin kita melihat bagian dari sebuah trailer film dokumenter yang akan diluncurkan, yang berjudul Coup 53 tentang kudeta Inggris-Amerika tahun 1953 di Iran dan penggulingan Mohammad Mosaddegh, yang disutradarai oleh fisikawan Iran yang menjadi pembuat film dokumenter peraih penghargaan, Taghi Amirani.


TAGHI AMIRANI: Pria ini, Dr. Mohammad Mosaddegh, adalah perdana menteri pertama kami yang terpilih secara demokratis.

SEN. BERNIE SANDERS: Tidak ada yang tahu siapa Mosaddegh itu. Dia adalah Perdana Menteri Iran yang terpilih secara demokratis.

TAGHI AMIRANI: Pada tahun 1952, majalah Time menamainya Man of the Year, karena dia telah menasionalisasi minyak Iran dan mengusir Inggris keluar.

TAK TERIDENTIFIKASI: [diterjemahkan] Mosaddegh datang dan mendepak mereka. Mereka pergi. Lenyap ! Lenyap !!

TAK TERIDENTIFIKASI: [diterjemahkan] Rakyat Iran telah menolak kekuasaan Shah dengan darah, dengan darah, dan tangan kosong di depan tank-tank.

PEWAWANCARA: Anda memiliki satu juta dolar uang tunai untuk menjalankan kudeta, bukan?

KERMIT ROOSEVELT: Benar.

DAVID TALBOT: Kermit Roosevelt siap melakukan apa pun yang harus dia lakukan, ketika dia diberi misi ini oleh Allen Dulles untuk menggulingkan pemerintahan demokratis Iran.

ALLEN DULLES: Tapi bolehkah saya mengatakan ini ? Tak pernah sekali pun CIA terlibat dalam aktifitas politik atau intelijen apa pun yang tidak disetujui di tingkat tertinggi.


AMY GOODMAN: Suara terakhir itu suara Allen Dulles, kepala CIA dari 1952 sampai 1961. Pada saat itu, saudaranya adalah Menteri Luar Negeri Dulles. Kita sedang berbicara tentang penggulingan Iran untuk perusahaan minyak Inggris yang nantinya akan menjadi British Petroleum. Benarkah itu, Stephen Kinzer?


STEPHEN KINZER: Ya. Perusahaan itu sekarang disebut BP. Jadi, Anda melihat efek jangka panjang dari intervensi-intervensi ini, dan yang Anda lihat di Iran saat ini terkait 100 persen dengan yang kita lakukan pada tahun 1953. Kita suka memelihara ide bahwa operasi-operasi ini adalah operasi yang berhati-hati, dan tidak akan memiliki efek jangka panjang. Kita akan menyingkirkan satu pemerintahan, menempatkan pemerintahan lain yang menguntungkan kita pada tampuk kekuasaan, dan semuanya akan berjalan baik. Semua orang akan melupakannya, dan itu takkan memiliki efek jangka panjang. Tetapi jika Anda melihat ke seluruh dunia, Anda dapat melihat bahwa jenis-jenis operasi campur-tangan dalam politik negara lain ini, yakni yang oleh CIA disebut "operasi pengaruh" (“influence operations”), sebenarnya tidak hanya sering berakhir menghancurkan negara sasaran, melainkan, pada akhirnya, merusak keamanan Amerika Serikat sendiri.


JUAN GONZÁLEZ: Stephen Kinzer, saya ingin pindah ke bagian lain dunia: Nikaragua. Tentunya kebanyakan orang familiar dengan upaya-upaya di era Reagan untuk menggulingkan pemerintahan Sandinista atau periode selama era Roosevelt dengan upaya-upayanya untuk menyingkirkan Sandino sebagai kekuatan di Nikaragua. Tapi, lebih jauh lagi, José Santos Zelaya, pada awal abad ke-20, bisakah Anda berbicara tentang upaya-upaya pemerintah AS untuk menggulingkan Zelaya ?


STEPHEN KINZER: Zelaya adalah sosok yang menarik, pemimpin paling hebat yang pernah dimiliki Nikaragua. Dia adalah seorang pembaharu yang nekat. Dia liberal, progresif. Dia membangun pelabuhan-pelabuhan dan jalan-jalan, mencoba membangun kelas menengah di Nikaragua. Dia membawa mobil pertama ke Nikaragua, lampu jalan pertama. Dia mengorganisir liga bisbol pertama. Dia seorang modernis sejati.

Tetapi dia memiliki satu karakteristik yang benar-benar tidak disukai Amerika Serikat. Dia ingin Nikaragua memiliki kebijakan luar negeri yang independen. Ketika dia perlu mengumpulkan uang untuk merealisasikan rencana pengembangan jalur kereta api di seluruh Nikaragua, ketimbang mencari pinjaman dari bank Morgan di Amerika Serikat seperti yang kita inginkan, dia melayangkan tawaran pinjaman di London dan Paris. Amerika Serikat berusaha membuat pemerintah-pemerintah itu melarang penawaran perjanjian-perjanjian pinjaman itu, tapi mereka menolak. Benar saja, uangnya terkumpul. Dan Amerika menjadi sangat khawatir. Nikaragua berusaha mendiversifikasi hubungan internasionalnya. Dia tak ingin hanya berada di bawah kekuatan Amerika Serikat. Dan itu adalah keputusan fatal yang dibuat oleh Zelaya.

Begitu dia memutuskan bahwa dia ingin menarik Nikaragua keluar dari tekanan Amerika Serikat, dia pun menjadi sasaran. Dan kita memang menggulingkannya pada tahun 1909. Itu adalah awal dari satu abad campur-tangan Amerika di Nikaragua. Saya pikir Anda dapat menyatakan bahwa tidak ada negara lain di dunia ini, di mana siklus intervensi Amerika — penempatan diktator, pemberontakan, penindasan, dan kembalinya kekuatan Amerika untuk memaksakan pemimpin lain — yang sedemikian jelas, dalam rentang waktu yang sedemikian panjang, seperti yang terjadi di Nikaragua.


AMY GOODMAN: Kita sedang berbincang-bincang dengan Stephen Kinzer, mantan koresponden urusan luar negeri New York Times, yang sekarang menulis kolom urusan gobal untuk The Boston Globe.


JUAN GONZÁLEZ: Saya ingin bertanya tentang invasi lain yang jarang dibicarakan hari ini: invasi terhadap Republik Dominika pada tahun 1965 oleh Lyndon Johnson dan upaya Amerika Serikat, sekali lagi, untuk mengontrol Republik Dominika selama bertahun-tahun, karena, jelas, ada dua invasi terhadap Republik Dominika. Yang pertama, di awal abad yang menyebabkan munculnya Trujillo, dan kemudian satu lagi setelah jatuhnya Trujillo untuk mencoba menggantikan rezim Juan Bosch, yang telah terpilih menjadi Presiden.


STEPHEN KINZER: Anda telah menempatkannya dengan sangat baik, karena jika kita sedikit saja ingat tentang operasi ini, kita akan ingat Marinir Amerika mendarat di pantai-pantai Republik Dominika. Tapi penyebab intervensi itu adalah kesalahan bodoh rakyat Dominika yang memilih pemimpin yang tak sesuai selera Amerika Serikat. Juan Bosch adalah sosok yang sedikit mirip Zelaya setengah abad sebelumnya di Nikaragua. Dia tidak ingin Republik Dominika berada di bawah tekanan Amerika Serikat. Dia menginginkan Dominika menjadi negara merdeka. Dan ini adalah sesuatu yang tidak dapat ditoleransi oleh AS.

Semua gerakan di Cekungan Karibia ini telah merupakan — telah memiliki, sebagai bagian mendasar program politik mereka, kebijakan-kebijakan untuk membatasi kekuatan perusahaan asing di negara mereka, dan seringkali juga kebijakan untuk membatasi jumlah lahan yang dapat dimiliki orang asing di negaranya. Ini adalah jenis sikap yang dibenci perusahaan-perusahaan Amerika yang telah menjadi sangat kaya karena mengeruk sumber daya dari Cekungan Karibia, dan para pemimpin yang mempromosikan kebijakan-kebijakan tersebut selalu berada dalam bidikan Washington.

Ini bukan hanya sejarah kuno. Kita punya sebuah episode di Honduras di tahun 2009 saat seorang presiden yang sangat tegas di garis ini dan mencoba menarik Honduras keluar dari ketertundukan kepada Amerika Serikat, digulingkan dalam sebuah kudeta militer, diseret keluar dari rumahnya di tengah malam hanya dengan memakai piyama, dibuang ke pengasingan. AS sedemikian senangnya, sehingga anggota-anggota Kongres bahkan pergi ke Honduras untuk memberi selamat kepada pemimpin kudeta. Dan kemudian, baru tahun lalu, sebuah pemilu baru diadakan untuk meratifikasi hasil kudeta. Pemilu itu sedemikian penuh kecurangan, sehingga untuk pertama kalinya dalam sejarah Organisasi Negara-Negara Amerika, OAS, menyerukan diadakan pemilu ulang. Dan pemimpin OAS, Almagro, harus melakukannya, karena dia telah mengecam serangan terhadap demokrasi di Venezuela dan berpikir dia tidak bisa hanya berdiam diri sementara sesuatu yang lebih buruk dilakukan di Honduras. Sayangnya, Amerika Serikat tidak memiliki rasa malu semacam itu, dan kita mendukung pemilihan yang curang itu. Kita menolak seruan untuk mengadakan pemilihan ulang. Dan Honduras saat ini berada di bawah kekuasaan rezim yang merupakan produk kudeta, yang didukung oleh Amerika Serikat, melawan sebuah pemerintahan terpilih.

Jadi, ini bukan sesuatu yang biasa kita lakukan cuma di masa dulu. Ini adalah sesuatu yang sedang terjadi sekarang. Dan itulah sebabnya kami yang akrab dengan sejarah ini memutar mata sedikit ketika mendengar tuduhan yang berang bahwa Rusia telah melakukan sesuatu yang sedemikian jahat dengan mencoba mempengaruhi politik kita.


AMY GOODMAN: Stephen Kinzer, bisakah Anda mengajak kami menjelajah secara singkat tapi lebih detail, dari penggulingan Hawai, Perang Spanyol-Amerika, Kuba, Puerto Riko, dan Filipina — semuanya sebelum abad ke-20?


STEPHEN KINZER: Ini adalah periode yang menarik, dan itulah sebenarnya saat Amerika Serikat berubah dari yang Anda sebut kekaisaran kontinental — yaitu, di dalam area Amerika Utara — menjadi kekaisaran yang melampaui samudera, momen keputusan yang penting bagi Amerika Serikat. Itu bukannya tidak terelakkan, tapi itulah pilihan yang kita buat.

Pada tahun 1893, atas desakan para petani gula di Hawai, Amerika Serikat mempromosikan penggulingan monarki Hawai. Idenya adalah bahwa Hawai kemudian akan segera menjadi bagian dari Amerika Serikat. Itu tidak terjadi, karena ada perubahan kepresidenan di Washington, dan sang presiden baru, Grover Cleveland, membenci intervensi itu dan tidak ingin mengambil Hawai. Lima tahun kemudian, pada tahun 1898, ketika Grover Cleveland telah pergi, Perang Spanyol-Amerika terjadi. Amerika Serikat menjadi tertarik kepada Pasifik, karena itu kita menghancurkan armada Spanyol di Filipina. Kemudian kita memutuskan bahwa kita harus mengambil Filipina untuk kita sendiri. Kita menjadi tertarik kepada pasar Cina. Ini adalah sebuah fatamorgana yang nyata dan fantastis untuk bisnis Amerika. Pers Amerika penuh dengan cerita tentang berapa banyak paku yang bisa kita jual di Cina, jika kita bisa membuat orang Cina menggunakan paku; berapa banyak kapas yang bisa kita jual di sana; berapa banyak daging sapi yang bisa kita jual di sana, jika kita bisa membuat orang Cina makan daging sapi. Jadi, kita memutuskan bahwa kita butuh batu loncatan ke Cina. Dan itulah saatnya kita memutuskan, "Mari kita ambil Hawai seperti kita mengambil Filipina."

Itu terjadi pada waktu yang bersamaan dengan saat Amerika Serikat sedang mengkonsolidasikan kekuasaannya atas Kuba dan Puerto Riko. Di Kuba, kita mengadakan pemilihan presiden, setelah kita mengkonsolidasikan kekuatan kita di sana pada tahun 1898. Kita menemukan seorang kandidat yang kita sukai. Kita menemukannya di utara New York. Dia berbicara bahasa Inggris yang baik, yang selalu penting bagi orang-orang yang kita promosikan. Kita membawanya kembali ke Kuba. Segera setelah menjadi jelas bahwa kampanye dilakukan dengan curang, kandidat lainnya tersingkir. Dan dia menjadi presiden Kuba. Benar saja, enam tahun kemudian, Amerika Serikat harus mengirim pasukan kembali ke Kuba untuk menekan protes terhadapnya. Mereka menduduki Kuba selama tiga tahun lagi. Lalu mereka pergi. Mereka harus kembali lagi sekitar enam atau tujuh tahun kemudian, pada tahun 1917, karena sekali lagi rakyat Kuba memiliki keberanian untuk memilih seorang pemimpin yang tidak menyenangkan Amerika Serikat. Jadi, ini adalah model yang bagus untuk sebuah ide, sebuah konsep, yang telah bergema sepanjang periode sejak saat itu, yaitu: Jalankanlah pemilihan Anda, tapi Anda harus memilih seseorang yang kami sukai; jika tidak, kami akan menggunakan rencana B.

AMY GOODMAN: Kita akan jeda sejenak, dan kemudian kami akan kembali dengan Stephen Kinzer dan berbicara tentang komentar paling akhir James Woolsey. Ketika ditanya Fox apakah AS masih mengintervensi pemilihan umum bangsa lain, dia tertawa dan berkata, "Hanya untuk sebuah tujuan baik". Ya, kita sedang berbicara dengan Stephen Kinzer, mantan koresponden urusan luar negeri New York Times, dan sekarang menulis kolom urusan global untuk The Boston Globe, yang juga telah menulis banyak buku, salah satunya tentang kudeta AS menggulingkan pemerintahan Guatemala yang terpilih secara demokratis, berjudul Bitter Fruit, satu judul lagi adalah Overthrow: America’s Century of Regime Change from Hawaii to Iraq, satu buku khusus tentang Iran, All the Shah’s Men, dan buku terakhirnya adalah The True Flag: Theodore Roosevelt, Mark Twain, and the Birth of American Empire. Ini adalah Democracy Now! Kita akan kembali dalam satu menit.

[jeda]


AMY GOODMAN: “Nikaragua” oleh Bruce Cockburn, di sini di Democracy Now !. Saya Amy Goodman, dengan Juan González. Tamu kami adalah Stephen Kinzer, mantan koresponden urusan luar negeri New York Times, sekarang menulis untuk The Boston Globe. Dia adalah penulis sejumlah buku, yang terbaru, The True Flag: Theodore Roosevelt, Mark Twain, dan Birth of American Empire. Juan ?

JUAN GONZÁLEZ: Yah, saya ingin bertanya kepada Anda, mengenai Perang Spanyol-Amerika dan, tentu saja, perang gerilya getir yang berkembang di Filipina pada 1899, 1900, kelahiran Liga Anti-Imperialis di Amerika Serikat — itu adalah gerakan luas orang Amerika yang menentang kekaisaran lintas samudera ini. Bisakah Anda berbicara tentang beberapa tokoh dan dampak dari Liga Anti-Imperialis? Karena kami tidak melihat organisasi semacam itu belakangan ini, meskipun kekaisaran AS terus bertumbuh dan membuat dirinya terasa di seluruh dunia.


STEPHEN KINZER: Kisah Liga Anti-Imperialis adalah bagian sentral dari buku baru saya, The True Flag. Dan saya mengharapkan agar buku saya selalu merupakan penjelajahan menemukan hal-hal baru. Saya selalu mencari kisah yang sungguh-sungguh besar yang membentuk dunia tetapi yang sebelumnya tidak kita ketahui. Dan ini benar-benar salah satunya. Ini adalah kisah yang hampir sepenuhnya dihapus dari buku-buku sejarah kita.

Tetapi Liga Anti-Imperialis adalah kekuatan utama dalam kehidupan Amerika pada periode sekitar 1898, 1900. Dia berbasis di Boston, kemudian pindah ke Washington, memiliki cabang di seluruh Amerika Serikat. Beberapa tokoh terkemuka di Amerika Serikat adalah anggotanya. Para pemimpin Liga Anti-Imperialis termasuk milyarder seperti Andrew Carnegie dan aktifis sosial seperti Jane Addams dan Samuel Gompers, Booker T. Washington. Grover Cleveland pun termasuk anggotanya. Liga ini benar-benar sebuah kelompok yang mengagumkan. Dia mengadakan ratusan demonstrasi, menerbitkan ribuan selebaran, sangat gencar melakukan lobi di Washington, dan benar-benar memiliki dampak yang besar.

Ini adalah perdebatan yang menyita perhatian seluruh rakyat Amerika: Haruskah kita mulai mengambil wilayah di luar Amerika Utara ? Atau haruskah kita sekarang berhenti, karena kita telah mengkonsolidasikan kekaisaran Amerika Utara kita ? Setiap orang di Amerika Serikat menyadari bahwa ini adalah sebuah keputusan besar. Urusan ini mendominasi liputan surat-kabar. Ketika perjanjian yang dengannya Amerika Serikat mengambil Filipina, Guam dan Puerto Riko dibawa ke hadapan Senat, terjadilah sebuah perdebatan selama 34 hari. Itulah pusat buku saya. Di dalam perdebatan ini, kita akan menyaksikan setiap pendapat, dari kedua belah sisi, yang telah pernah digunakan selama 120 tahun paling belakangan ini. Setiap pendapat tentang mengapa intervensi adalah sebuah gagasan yang baik atau gagasan yang buruk bermula di sana. Dan Liga-Anti-Imperialis memainkan sebuah peranan yang besar di dalam perdebatan itu. Dan yang cukup menarik, perjanjian itu, yang mengarahkan kita ke jalur kekaisaran global, ditetapkan di Senat dengan marjin satu suara lebih besar ketimbang syarat mayoritas dua per tiga suara.

JUAN GONZÁLEZ: Dan, tentu saja,—

STEPHEN KINZER: Dan ketika diadakan banding ke Mahkamah Agung, jumlahnya lima banding empat [suara].


JUAN GONZÁLEZ: Dan, tentu saja, juru bicara yang paling fasih — juru bicara paling elegan untuk Liga Anti-Imperialis tidak lain adalah Mark Twain, bukan?


STEPHEN KINZER: Ini adalah penemuan lain yang saya buat ketika saya sedang menulis buku saya. Saya tumbuh dengan yang saya sadari sekarang sebagai semacam sekedar sepotong gambaran palsu tentang Mark Twain. Saya selalu menganggapnya sebagai orang yang menyenangkan. Dia dicintai. Dia seorang paman tua favorit semua orang, yang memiliki rambut putih keriting yang bagus dan bebatuan di terasnya dan menceritakan kisah-kisah lucu yang bagus yang semua orang tertawakan. Ini tidak benar ! Ini bukan Mark Twain yang asli.


Mark Twain adalah seorang anti-imperialis yang agresif. Dia militan. Dia gencar. Dia biasa menulis bahwa orang Amerika yang berperang di luar negeri membawa senjata yang tercemar di bawah panji-panji bandit. Dan dia bahkan ingin mengubah bendera Amerika Serikat, untuk mengganti bintang menjadi simbol tengkorak. Jadi, saya sekarang menyadari bahwa kita memiliki Mark Twain yang dikuduskan dan disucikan untuk konsumsi publik. Banyak kutipan yang saya gunakan dari Twain dalam buku saya tidak muncul dalam banyak biografi atau antologi. Bagian Twain yang itu telah dicabut dari peninggalannya, dan saya mencoba memulihkannya, karena dia berbicara kepada kita hari ini.


AMY GOODMAN: Membuat saya bertanya-tanya apakah buku-bukunya akan mulai dikeluarkan dari perpustakaan di seluruh negeri.

********




No comments

Powered by Blogger.