Colectivo Venezuela: Siapakah Mereka ?
"...kami sadar bahwa kami sedang berperang. Bukan melawan oposisi karena opisisi sebetulnya tidak ada, mereka tak mampu menggulingkan Maduro. Kami melawan imperialisme. Mereka menyerang colectivos karena kami bersedia membela model kami. Colectivos diorganisir dengan tujuan memperdalam Revolusi Bolivarian..."
Oleh Federico Fuentes - Green Left Weekly
15 April 2019
Sumber : https://venezuelanalysis.com/analysis/14430?fbclid=_DZ7nzAACphqisVrRrS3BoPjxPjudVoYML7e8MXEC8dmBtH9rrGfjE
Federico Fuentes dari Green Left Weekly belum lama ini mengunjungi Venezuela, dan menawarkan laporannya mengenai para "colectivos" yang terkenal, yang sedemikian dijelek-jelekkan oleh wartawan arus-utama.
Media menyebut mereka bandit bersenjata dan Senator AS Marco Rubio ingin mereka dicantumkan di daftar teroris. Namun, siapakah [sebenarnya] colectivos (collectives) Venezuela? Federico Fuentes dari Green Left Weekly bertemu dengan beberapa dari mereka untuk menemukan jawaban.
Selagi kami berjalan menelusuri pemukiman kumuh (barrio) 23 de Enero di Caracas, sebuah pengumuman terdengar dari walkie-talkie Cucaracho: “Kami sedang berperang dan target utama serangan ini adalah pergerakan-pergerakan Rakyat, kolektif-kolektif (colectivos). Ini bukan kebetulan: mereka tahu bahwa colectivos adalah hambatan utama mereka dan 23 de Enero adalah pucuk gunung-esnya.”
Cucaracho — “itulah panggilan mereka terhadapku”, katanya — adalah seorang anggota colectivo Alexis Vive. Colectivo ini aktif di pemukiman yang militan secara historis, dan berlokasi strategis dekat istana kepresidenan.
Sejarah dan lokasinya menyebabkan 23 de Enero sering dirujuk sebagai salah satu basis utama para colectivo.
Dijelek-jelekkan media internasional media dan ditarget oleh oposisi, kaum colectivo telah menjadi sebuah simbol cemoohan bagi lawan-lawan President Nicolas Maduro.
Media sering menggambarkan mereka sebagai geng-geng bersenjata dan benteng terakhir dukungan bagi pemerintahan Maduro. Namun — seperti hampir segala hal di Venezuela — realitas para colectivo sangatlah berbeda.
Banyak dari kelompok yang saat ini dinamai colectivos telah ada sebelum Maduro dan pendahulunya Hugo Chavez. Beberapa lainnya, seperti Alexis Vive, muncul selama kepresidenan Chavez.
Hampir semua colectivo adalah organisasi-organisasi komunitas yang telah berkembang di bawah Revolusi Bolivarian Venezuela.
“Mereka memandang colectivos serupa dengan kelompok-kelompok pemberontak di Timur Tengah yang melawan invasi,” jelas Cucaracho. “Itulah sebabnya mereka menjelek-jelekkan kami. Mereka memandang kami sebagai sebuah halangan, sebagai garis pertahanan terakhir, tapi mereka gagal melihat realita kami.”
Alexis Vive sangatlah vital dalam pendirian komune Panal 2021. Dengan dukungan kuat Chavez, komune-komune telah menjadi bentuk utama pengorganisasian komunitas demokratis di seluruh negeri itu.
Komune Panal 2021, yang meliputi sekitar 3.600 keluarga di sektor 23 de Enero, memiliki perusahaan-perusahaan mandiri seperti sebuah bakery dan pabrik pengemasan gula, stasiun radio dan TV-kabel, pusat-pusat transportasi dan distribusi makanan, bahkan mata-uang lokalnya sendiri.
Keuntungan dari semua perusahaan-komune disimpan di bank komunal dan didistribusikan kembali ke proyek-proyek yang diputuskan oleh komunitas.
“Gagasan komune adalah untuk menyebarkan kekuasaan,” Cucaracho menjelaskan, “sehingga Rakyatlah yang membuat keputusan-keputusan.”
“Peranan kami adalah melatih para kader dan mendidik Rakyat tentang visi strategis komune.”
“Tapi kami persis seperti semua orang lainnya di komunitas: kami ikut antrian seperti orang-orang lainnya, kami membantu orang-orang tua, kami bagian komunitas.”
Ini tidak berarti bahwa para colectivo membatasi diri mereka sendiri semata-mata pada pekerjaan komunitas belaka.
15 April 2019
Sumber : https://venezuelanalysis.com/analysis/14430?fbclid=_DZ7nzAACphqisVrRrS3BoPjxPjudVoYML7e8MXEC8dmBtH9rrGfjE
Siapakah Colectivos Venezuela ?
Federico Fuentes dari Green Left Weekly belum lama ini mengunjungi Venezuela, dan menawarkan laporannya mengenai para "colectivos" yang terkenal, yang sedemikian dijelek-jelekkan oleh wartawan arus-utama.
Media menyebut mereka bandit bersenjata dan Senator AS Marco Rubio ingin mereka dicantumkan di daftar teroris. Namun, siapakah [sebenarnya] colectivos (collectives) Venezuela? Federico Fuentes dari Green Left Weekly bertemu dengan beberapa dari mereka untuk menemukan jawaban.
Selagi kami berjalan menelusuri pemukiman kumuh (barrio) 23 de Enero di Caracas, sebuah pengumuman terdengar dari walkie-talkie Cucaracho: “Kami sedang berperang dan target utama serangan ini adalah pergerakan-pergerakan Rakyat, kolektif-kolektif (colectivos). Ini bukan kebetulan: mereka tahu bahwa colectivos adalah hambatan utama mereka dan 23 de Enero adalah pucuk gunung-esnya.”
Cucaracho — “itulah panggilan mereka terhadapku”, katanya — adalah seorang anggota colectivo Alexis Vive. Colectivo ini aktif di pemukiman yang militan secara historis, dan berlokasi strategis dekat istana kepresidenan.
Sejarah dan lokasinya menyebabkan 23 de Enero sering dirujuk sebagai salah satu basis utama para colectivo.
Dijelek-jelekkan media internasional media dan ditarget oleh oposisi, kaum colectivo telah menjadi sebuah simbol cemoohan bagi lawan-lawan President Nicolas Maduro.
Media sering menggambarkan mereka sebagai geng-geng bersenjata dan benteng terakhir dukungan bagi pemerintahan Maduro. Namun — seperti hampir segala hal di Venezuela — realitas para colectivo sangatlah berbeda.
Banyak dari kelompok yang saat ini dinamai colectivos telah ada sebelum Maduro dan pendahulunya Hugo Chavez. Beberapa lainnya, seperti Alexis Vive, muncul selama kepresidenan Chavez.
Asal-muasal
Hampir semua colectivo adalah organisasi-organisasi komunitas yang telah berkembang di bawah Revolusi Bolivarian Venezuela.
“Mereka memandang colectivos serupa dengan kelompok-kelompok pemberontak di Timur Tengah yang melawan invasi,” jelas Cucaracho. “Itulah sebabnya mereka menjelek-jelekkan kami. Mereka memandang kami sebagai sebuah halangan, sebagai garis pertahanan terakhir, tapi mereka gagal melihat realita kami.”
Alexis Vive sangatlah vital dalam pendirian komune Panal 2021. Dengan dukungan kuat Chavez, komune-komune telah menjadi bentuk utama pengorganisasian komunitas demokratis di seluruh negeri itu.
Komune Panal 2021, yang meliputi sekitar 3.600 keluarga di sektor 23 de Enero, memiliki perusahaan-perusahaan mandiri seperti sebuah bakery dan pabrik pengemasan gula, stasiun radio dan TV-kabel, pusat-pusat transportasi dan distribusi makanan, bahkan mata-uang lokalnya sendiri.
Keuntungan dari semua perusahaan-komune disimpan di bank komunal dan didistribusikan kembali ke proyek-proyek yang diputuskan oleh komunitas.
“Gagasan komune adalah untuk menyebarkan kekuasaan,” Cucaracho menjelaskan, “sehingga Rakyatlah yang membuat keputusan-keputusan.”
“Peranan kami adalah melatih para kader dan mendidik Rakyat tentang visi strategis komune.”
“Tapi kami persis seperti semua orang lainnya di komunitas: kami ikut antrian seperti orang-orang lainnya, kami membantu orang-orang tua, kami bagian komunitas.”
Ini tidak berarti bahwa para colectivo membatasi diri mereka sendiri semata-mata pada pekerjaan komunitas belaka.
Di San Fernando, ibukota negara-bagian Apure, saya berbicara kepada anggota-anggota Serikat Motorizados — para kurir sepeda-motor yang sering dilabeli sebagai anggota colectivo.
“Pihak oposisilah yang keras,” seorang dari mereka berkata. “Mereka menjarah toko-toko, membakar rumah-rumah. Jadi, apa yang terjadi? Kami, para motorizados, datang dan mereka kabur, mereka tak kembali.”
“Kami takkan menjarah toko atau menciptakan kekacauan. Tapi kami juga takkan membiarkan orang lain membakar rumah orang-orang.”
“Terakhir kali mereka protes,” seorang lainnya berkata, merujuk kepada gelombang protes dengan kekerasan pihak oposisi yang mengguncang negeri itu di 2017, “mereka membakar habis sebuah panti anak-anak. Protes macam apakah itu? Anak-anak itu tak ada urusannya dengan apa yang terjadi, maka mengapa mereka dijadikan sasaran?”
Junior adalah seorang anggota Aliran Revolusioner Bolivar dan Zamora (Bolivar and Zamora Revolutionary Current (CRBZ)), sebuah kelompok lain yang dikecam media sebagai sebuah colectivo, tapi yang sebenarnya bermula dari sebuah kelompok pejuang hak-hak Petani yang dibentuk di 1990-an. Dia adalah salah seorang yang hadir di perbatasan Venezuela-Kolombia pada 23 Februari, ketika AS berupaya melanggar kedaulatan Venezuela di balik kedok mendatangkan ‘bantuan kemanusiaan’.
“Kau tak bisa pergi ke sana sambil memikirkan keluargamu, anak-anakmu. Kau mesti pergi ke sana memikirkan kontribusimu kepada revolusi, kepada pembelaan negerimu, dan fakta bahwa kau ke sana untuk berjuang bagi masa depan ibumu, ayahmu, masa depan anak-anak dan anak-anak mereka.”
“Kami pergi untuk membela kedaulatan kami, kedaulatan negara kami, bangsa kami. Jika sebuah intervensi militer saat itu terjadi, kami ada di sana, siap siaga, dan mereka akan harus melalui kami, karena kami adalah bangsa yang bersedia membela kedaulatan kami, mau bertempur, melawan, untuk mempertahankan setiap sentimeter wilayah ini.”
Akhirnya, misi oposisi gagal. Bahkan kebohongan media bahwa tentara Venezuela telah membakar truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan pun terbongkar kepalsuannya ketika muncul video-video yang memperlihatkan bahwa pemrotes dari pihak oposisilah yang telah menyebabkan kebakaran.
Menurut media yang sama, kaum colectivos telah menyerang pemrotes di sisi-Venezuela perbatasan. Tetapi Junior menceritakan sebuah versi berbeda tentang kejadian-kejadian saat itu.
“Wilayah perbatasan Tachira sangatlah rumit,” katanya. “Oposisi Venezuela yang ada di sana bekerja dengan kelompok-kelompok paramiliter Kolombia untuk meningkatkan kekuatan mereka.”
“Pada 23 Februari, ada beberapa protes kecil di bagian sini perbatasan, di wilayah yang dipertikaikan, area yang ada paramiliter Kolombia yang sedang berjuang untuk merebut kendali atas area itu karena wilayah itu strategis bagi mereka.”
“Bagi oposisi kehadiran mereka menyediakan logistik dan kekuatan.”
Walaupun didukung kelompok paramiliter, oposisi tak sanggup menimbulkan jenis kekerasan yang mereka harapkan, meskipun menurut Junior dia bersama rekan-rekannya dari CRBZ harus menemukan cara alternatif untuk pulang setelah para pemrotes dari pihak oposisi membakar sebagian kendaraan mereka.
“Media biasanya tak menggambarkan realitas peristiwa. Kenyataannya adalah bahwa kekerasan hampir seluruhnya disebabkan kelompok oposisi,” kata Junior.
“Oposisi selalu mencoba memprovokasi kekerasan karena mereka tahu bahwa media akan sekedar berkata bahwa pemerintahlah yang bertanggungjawab, bahwa pemerintah merepresi Rakyat, dan menggunakan ini sebagai alasan intervensi.
“Media selalu berpihak kepada oposisi; mereka tak memberitakan kebenaran.”
“Mereka menjual pesan palsu ke seluruh dunia. Informasi dan laporan mereka tentang yang terjadi di sini tidaklah seimbang.”
Anggota-anggota colectivo yang saya ajak bicara mengakui bahwa, dalam beberapa kasus, agen-agen intelijen negara telah menginfiltrasi colectivos tertentu atau menyamar sebagai colectivo untuk menyerang dan mengintimidasi protes-protes oposisi. Meskipun tak selalu begitu, kelompok-kelompok inilah yang telah menjadi fokus media.
Rafael Ramos, seorang siswa paska-sarjana di Institut Studi Lanjutan dalam Diplomasi (Institute for High Studies in Diplomacy) Pedro Gual menjelaskan bahwa paparan media tentang colectivos memiliki maksud yang jelas.
“Garis editorial ini didorong untuk membuat opini publik internasional percaya bahwa Chavismo telah kehilangan semua dukungannya.”
“Mereka memperkenalkan gagasan bahwa Venezuela adalah negara diktator, tanpa kebebasan berbicara, dan bahwa Chavismo itu terbatas pada beberapa sisa pendukung yang kemungkinan harus dimusnahkan.”
“Karena jumlahnya hanya beberapa orang, maka kekerasan terhadap para Chavistas, colectivos, [dibuat tampak] dapat dibenarkan. Media menjelek-jelekkan mereka, menggambarkan mereka sebagai bukan-manusia, sehingga akhirnya menjadi tak bermasalah jika mereka (Chavistas) diperlakukan sebagai hewan ataupun dibunuh.”
“Gambaran yang sedang mereka coba sajikan secara internasional adalah sebuah upaya untuk membenarkan kekerasan.”
Anggota-anggota colectivo yang berbicara denganku memahami ini.
“Kami manusia, seperti semua orang lainnya,” kata Robert Longa, yang suaranya telah aku dengar melalui walkie-talkie Cucaracho. “Kami hidup dalam komunitas, berpartisipasi di komune, menghadiri rapat-rapat majelis, belajar dan mencari cara untuk memproduksi makanan untuk menangani krisis.”
“Tapi kami sadar bahwa kami sedang berperang.”
“Bukan melawan oposisi karena opisisi sebetulnya tidak ada, mereka tak mampu menggulingkan Maduro. Kami melawan imperialisme.”
“Mereka menyerang colectivos karena kami bersedia membela model kami. Colectivos diorganisir dengan tujuan memperdalam Revolusi Bolivarian melalui organisasi kerakyatan dan penciptaan negara komunal.”
“Kami sangat yakin bahwa ini adalah cara yang benar ke depan: sebuah pemerintahan Rakyat berdasarkan demokrasi partisipatoris.”
“Kami akan mengatasi masalah kami dari dalam revolusi. Kami adalah Chavista dan kami takkan mengkhianati Chavez.”
“Ada orang-orang yang mengaku Chavista namun sedang membunuh Chavismo. Ada orang-orang yang telah menginfiltrasi lembaga-lembaga negara dan yang bekerja melawan kami.”
“Rakyat ingin revolusi diperdalam. Mereka ingin para birokrat didepak ke luar untuk selamanya; agar tanah dibagikan kepada para Petani Miskin dan agar pabrik-pabrik diambil alih oleh Buruh.”
“Kami menginginkan sebuah radikalisasi revolusi. Kami ingin semua kekuasaan dimiliki Rakyat: itulah yang kami perjuangkan.”
“Tapi kini masalah kami adalah dengan para gringos [orang AS]. Begitu kami menyelesaikan isu ini, kami akan menangani masalah internal kami sendiri.”
“Pihak oposisilah yang keras,” seorang dari mereka berkata. “Mereka menjarah toko-toko, membakar rumah-rumah. Jadi, apa yang terjadi? Kami, para motorizados, datang dan mereka kabur, mereka tak kembali.”
“Kami takkan menjarah toko atau menciptakan kekacauan. Tapi kami juga takkan membiarkan orang lain membakar rumah orang-orang.”
“Terakhir kali mereka protes,” seorang lainnya berkata, merujuk kepada gelombang protes dengan kekerasan pihak oposisi yang mengguncang negeri itu di 2017, “mereka membakar habis sebuah panti anak-anak. Protes macam apakah itu? Anak-anak itu tak ada urusannya dengan apa yang terjadi, maka mengapa mereka dijadikan sasaran?”
Junior adalah seorang anggota Aliran Revolusioner Bolivar dan Zamora (Bolivar and Zamora Revolutionary Current (CRBZ)), sebuah kelompok lain yang dikecam media sebagai sebuah colectivo, tapi yang sebenarnya bermula dari sebuah kelompok pejuang hak-hak Petani yang dibentuk di 1990-an. Dia adalah salah seorang yang hadir di perbatasan Venezuela-Kolombia pada 23 Februari, ketika AS berupaya melanggar kedaulatan Venezuela di balik kedok mendatangkan ‘bantuan kemanusiaan’.
Junior menjelaskan bahwa CRBZ memutuskan mengirimkan beberapa anggotanya ke perbatasan pada saat-saat itu. “Itu adalah sebuah keputusan internal. Yang paling sadar-politik di antara kami, yang paling siaplah yang pergi ke sana.”
“Kami pergi bukan karena diperintahkan pemerintah. Kesadaran politik kamilah yang mendorong kami ke sana.”
Peningkatan ketegangan pra peristiwa-peristiwa tanggal 23 Februari menandakan bahwa selalu ada kemungkinan kekerasan. Tak tahu apa yang mesti diantisipasi, Junior menjelaskan bahwa mereka “secara psikologis bersiap untuk yang terburuk, untuk apapun yang mungkin terjadi.”
“Kami pergi bukan karena diperintahkan pemerintah. Kesadaran politik kamilah yang mendorong kami ke sana.”
Peningkatan ketegangan pra peristiwa-peristiwa tanggal 23 Februari menandakan bahwa selalu ada kemungkinan kekerasan. Tak tahu apa yang mesti diantisipasi, Junior menjelaskan bahwa mereka “secara psikologis bersiap untuk yang terburuk, untuk apapun yang mungkin terjadi.”
“Kau tak bisa pergi ke sana sambil memikirkan keluargamu, anak-anakmu. Kau mesti pergi ke sana memikirkan kontribusimu kepada revolusi, kepada pembelaan negerimu, dan fakta bahwa kau ke sana untuk berjuang bagi masa depan ibumu, ayahmu, masa depan anak-anak dan anak-anak mereka.”
“Kami pergi untuk membela kedaulatan kami, kedaulatan negara kami, bangsa kami. Jika sebuah intervensi militer saat itu terjadi, kami ada di sana, siap siaga, dan mereka akan harus melalui kami, karena kami adalah bangsa yang bersedia membela kedaulatan kami, mau bertempur, melawan, untuk mempertahankan setiap sentimeter wilayah ini.”
Akhirnya, misi oposisi gagal. Bahkan kebohongan media bahwa tentara Venezuela telah membakar truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan pun terbongkar kepalsuannya ketika muncul video-video yang memperlihatkan bahwa pemrotes dari pihak oposisilah yang telah menyebabkan kebakaran.
Menurut media yang sama, kaum colectivos telah menyerang pemrotes di sisi-Venezuela perbatasan. Tetapi Junior menceritakan sebuah versi berbeda tentang kejadian-kejadian saat itu.
“Wilayah perbatasan Tachira sangatlah rumit,” katanya. “Oposisi Venezuela yang ada di sana bekerja dengan kelompok-kelompok paramiliter Kolombia untuk meningkatkan kekuatan mereka.”
“Pada 23 Februari, ada beberapa protes kecil di bagian sini perbatasan, di wilayah yang dipertikaikan, area yang ada paramiliter Kolombia yang sedang berjuang untuk merebut kendali atas area itu karena wilayah itu strategis bagi mereka.”
“Bagi oposisi kehadiran mereka menyediakan logistik dan kekuatan.”
Walaupun didukung kelompok paramiliter, oposisi tak sanggup menimbulkan jenis kekerasan yang mereka harapkan, meskipun menurut Junior dia bersama rekan-rekannya dari CRBZ harus menemukan cara alternatif untuk pulang setelah para pemrotes dari pihak oposisi membakar sebagian kendaraan mereka.
Bias Media
“Media biasanya tak menggambarkan realitas peristiwa. Kenyataannya adalah bahwa kekerasan hampir seluruhnya disebabkan kelompok oposisi,” kata Junior.
“Oposisi selalu mencoba memprovokasi kekerasan karena mereka tahu bahwa media akan sekedar berkata bahwa pemerintahlah yang bertanggungjawab, bahwa pemerintah merepresi Rakyat, dan menggunakan ini sebagai alasan intervensi.
“Media selalu berpihak kepada oposisi; mereka tak memberitakan kebenaran.”
“Mereka menjual pesan palsu ke seluruh dunia. Informasi dan laporan mereka tentang yang terjadi di sini tidaklah seimbang.”
Anggota-anggota colectivo yang saya ajak bicara mengakui bahwa, dalam beberapa kasus, agen-agen intelijen negara telah menginfiltrasi colectivos tertentu atau menyamar sebagai colectivo untuk menyerang dan mengintimidasi protes-protes oposisi. Meskipun tak selalu begitu, kelompok-kelompok inilah yang telah menjadi fokus media.
Rafael Ramos, seorang siswa paska-sarjana di Institut Studi Lanjutan dalam Diplomasi (Institute for High Studies in Diplomacy) Pedro Gual menjelaskan bahwa paparan media tentang colectivos memiliki maksud yang jelas.
“Garis editorial ini didorong untuk membuat opini publik internasional percaya bahwa Chavismo telah kehilangan semua dukungannya.”
“Mereka memperkenalkan gagasan bahwa Venezuela adalah negara diktator, tanpa kebebasan berbicara, dan bahwa Chavismo itu terbatas pada beberapa sisa pendukung yang kemungkinan harus dimusnahkan.”
“Karena jumlahnya hanya beberapa orang, maka kekerasan terhadap para Chavistas, colectivos, [dibuat tampak] dapat dibenarkan. Media menjelek-jelekkan mereka, menggambarkan mereka sebagai bukan-manusia, sehingga akhirnya menjadi tak bermasalah jika mereka (Chavistas) diperlakukan sebagai hewan ataupun dibunuh.”
“Gambaran yang sedang mereka coba sajikan secara internasional adalah sebuah upaya untuk membenarkan kekerasan.”
Anggota-anggota colectivo yang berbicara denganku memahami ini.
“Kami manusia, seperti semua orang lainnya,” kata Robert Longa, yang suaranya telah aku dengar melalui walkie-talkie Cucaracho. “Kami hidup dalam komunitas, berpartisipasi di komune, menghadiri rapat-rapat majelis, belajar dan mencari cara untuk memproduksi makanan untuk menangani krisis.”
“Tapi kami sadar bahwa kami sedang berperang.”
“Bukan melawan oposisi karena opisisi sebetulnya tidak ada, mereka tak mampu menggulingkan Maduro. Kami melawan imperialisme.”
“Mereka menyerang colectivos karena kami bersedia membela model kami. Colectivos diorganisir dengan tujuan memperdalam Revolusi Bolivarian melalui organisasi kerakyatan dan penciptaan negara komunal.”
“Kami sangat yakin bahwa ini adalah cara yang benar ke depan: sebuah pemerintahan Rakyat berdasarkan demokrasi partisipatoris.”
“Kami akan mengatasi masalah kami dari dalam revolusi. Kami adalah Chavista dan kami takkan mengkhianati Chavez.”
“Ada orang-orang yang mengaku Chavista namun sedang membunuh Chavismo. Ada orang-orang yang telah menginfiltrasi lembaga-lembaga negara dan yang bekerja melawan kami.”
“Rakyat ingin revolusi diperdalam. Mereka ingin para birokrat didepak ke luar untuk selamanya; agar tanah dibagikan kepada para Petani Miskin dan agar pabrik-pabrik diambil alih oleh Buruh.”
“Kami menginginkan sebuah radikalisasi revolusi. Kami ingin semua kekuasaan dimiliki Rakyat: itulah yang kami perjuangkan.”
“Tapi kini masalah kami adalah dengan para gringos [orang AS]. Begitu kami menyelesaikan isu ini, kami akan menangani masalah internal kami sendiri.”
No comments
Post a Comment