Komune dan Sosialisme Abad 21: Sebuah Percakapan dengan Robert Longa dari Komune El Panal
sumber: https://venezuelanalysis.com/analysis/14161
Oleh Cira Pascual Marquina – Venezuelanalysis.com
23 November 2018
Dalam wawancara ini, Venezueanalysis (VA) berbicara dengan seorang kader utama “Kekuatan Patriotis Alexis Vive” (Alexis Vive Patriotic Force), sebuah organisasi yang berbasis di pemukiman kumuh (barrio) 23 de Enero, yang telah bekerja untuk membangun komune-perkotaan Venezuela yang paling mencolok.
Kolektif “Kekuatan Patriotis Alexis Vive” (Alexis Vive Patriotic Force) lahir dalam bulan-bulan genting tahun 2002 saat Sayap-Kanan berupaya menggulingkan Hugo Chavez melalui sebuah kudeta. Berbasis di barrio kelas Buruh 23 de Enero, organisasi muda ini menganggap dirinya sendiri Leninis sekaligus Guevaris. Mereka bertekad kuat melaksanakan proyek Chavez membangun sosialisme melalui komune-komune, dan secara demikian telah mendirikan Komune El Panal [1], yang menghasilkan barang-barang kebutuhan pokok sekaligus kultur revolusioner. Wawancara dengan Robert Longa dari Alexis Vive ini menyoroti proyek komunal tersebut dan visi organisasi ini mengenai masa depan.
Sebagai bagian dari Komune El Panal, sebuah inisiatif yang bertujuan mereorganisasikan cara hidup kita baik secara politis maupun ekonomis, dapatkah Anda menjelaskan bagaimanakah komune, sebagai sebuah landasan sosialisme, terhubung dengan warisan Chavez?
Ketika Chavez muncul di panggung politik, dia berhubungan dengan akar-akar [Venezuela] kami dan melepaskan pandangan Erosentris yang dipaksakan blok Soviet selama era 1960-an dan 1970-an: yakni pandangan sempit tentang pembangunan yang menjadi umum di kalangan Kiri selama masa Perang Dingin. Chavez tampil di hadapan publik dengan membicarakan epos Bolivarian dan ketersambungan-kembali dengan sejarah Amerika Latin dan Indo-Amerika: sejarah perlawanan kami, kultur kami, dan warisan para Pembebas (“Liberators[2]”) kami. Dia juga melepaskan model demokrasi keterwakilan dan mulai bicara tentang demokrasi partisipatoris dan protagonistis. Heinz Dietrich, seorang pengarang yang kini terpisah dari Proses Bolivarian tapi yang pernah terlibat di dalamnya, menyebut proyek Chavez untuk demokrasi partisipatoris dan protagonistis “proyek bagi sosialisme baru.” Chavez mulai dari konsep demokrasi partisipatoris dan protagonistis, dan sedikit demi sedikit mulai menambahkan isinya. Ini menjadi sebuah arsikektur baru bagi konstruksi Sosialisme Abad 21.
Kami percaya bahwa komune, proyek yang menggabungkan kelompok-kelompok dewan komunal – yang sebagian meniru model Soviet Rusia – adalah bentuk organisasi yang paling asli yang dapat memungkinkan kekuasaan Rakyat untuk terbentuk di sebuah tingkatan teritorial [3]. Chavez mengubah bentuk organisasi ini menjadi sebuah model, yaitu model komunal. Sebagai sebuah organisasi, Alexis Vive sepenuhnya selaras dengan proyek organisasi komunal itu, yaitu membawa proyek komunal, yang mengidupkan kembali Komune Paris, ke dalam ruang-ruang kehidupan dan pekerjaan kami. Kekuasaan ada pada Rakyat, dan harus Rakyatlah yang melaksanakannya. Rakyatlah kekuasaan. Dari konsepsi radikal tentang kekuasaan dan demokrasi tersebut, kami terhubung dengan Chavez dan yang diperjuangkannya … realisasi konkrit gagasan-gagasannya.
23 November 2018
Dalam wawancara ini, Venezueanalysis (VA) berbicara dengan seorang kader utama “Kekuatan Patriotis Alexis Vive” (Alexis Vive Patriotic Force), sebuah organisasi yang berbasis di pemukiman kumuh (barrio) 23 de Enero, yang telah bekerja untuk membangun komune-perkotaan Venezuela yang paling mencolok.
Kolektif “Kekuatan Patriotis Alexis Vive” (Alexis Vive Patriotic Force) lahir dalam bulan-bulan genting tahun 2002 saat Sayap-Kanan berupaya menggulingkan Hugo Chavez melalui sebuah kudeta. Berbasis di barrio kelas Buruh 23 de Enero, organisasi muda ini menganggap dirinya sendiri Leninis sekaligus Guevaris. Mereka bertekad kuat melaksanakan proyek Chavez membangun sosialisme melalui komune-komune, dan secara demikian telah mendirikan Komune El Panal [1], yang menghasilkan barang-barang kebutuhan pokok sekaligus kultur revolusioner. Wawancara dengan Robert Longa dari Alexis Vive ini menyoroti proyek komunal tersebut dan visi organisasi ini mengenai masa depan.
Sebagai bagian dari Komune El Panal, sebuah inisiatif yang bertujuan mereorganisasikan cara hidup kita baik secara politis maupun ekonomis, dapatkah Anda menjelaskan bagaimanakah komune, sebagai sebuah landasan sosialisme, terhubung dengan warisan Chavez?
Ketika Chavez muncul di panggung politik, dia berhubungan dengan akar-akar [Venezuela] kami dan melepaskan pandangan Erosentris yang dipaksakan blok Soviet selama era 1960-an dan 1970-an: yakni pandangan sempit tentang pembangunan yang menjadi umum di kalangan Kiri selama masa Perang Dingin. Chavez tampil di hadapan publik dengan membicarakan epos Bolivarian dan ketersambungan-kembali dengan sejarah Amerika Latin dan Indo-Amerika: sejarah perlawanan kami, kultur kami, dan warisan para Pembebas (“Liberators[2]”) kami. Dia juga melepaskan model demokrasi keterwakilan dan mulai bicara tentang demokrasi partisipatoris dan protagonistis. Heinz Dietrich, seorang pengarang yang kini terpisah dari Proses Bolivarian tapi yang pernah terlibat di dalamnya, menyebut proyek Chavez untuk demokrasi partisipatoris dan protagonistis “proyek bagi sosialisme baru.” Chavez mulai dari konsep demokrasi partisipatoris dan protagonistis, dan sedikit demi sedikit mulai menambahkan isinya. Ini menjadi sebuah arsikektur baru bagi konstruksi Sosialisme Abad 21.
Kami percaya bahwa komune, proyek yang menggabungkan kelompok-kelompok dewan komunal – yang sebagian meniru model Soviet Rusia – adalah bentuk organisasi yang paling asli yang dapat memungkinkan kekuasaan Rakyat untuk terbentuk di sebuah tingkatan teritorial [3]. Chavez mengubah bentuk organisasi ini menjadi sebuah model, yaitu model komunal. Sebagai sebuah organisasi, Alexis Vive sepenuhnya selaras dengan proyek organisasi komunal itu, yaitu membawa proyek komunal, yang mengidupkan kembali Komune Paris, ke dalam ruang-ruang kehidupan dan pekerjaan kami. Kekuasaan ada pada Rakyat, dan harus Rakyatlah yang melaksanakannya. Rakyatlah kekuasaan. Dari konsepsi radikal tentang kekuasaan dan demokrasi tersebut, kami terhubung dengan Chavez dan yang diperjuangkannya … realisasi konkrit gagasan-gagasannya.
Ini menghantarkan kita kepada sebuah perjumpaan kritis dengan beberapa praktik yang menyimpang dari konsep asli Chavez: proyeknya (dan proyek kami) bukanlah proyek yang mengembalikan logika keterwakilan di bawah payung sebuah kerangka hukum yang baru. Selain itu, komune bukanlah penggantian nama pemukiman atau asosiasi kondominium. Komune adalah sebuah bentuk teritorial untuk melaksanakan kekuasaan Rakyat: kekuasaan oleh dan untuk Rakyat. Jadi, dari sudut pandang kami, komune Chavez adalah setidak-tidaknya jalan bagi pengkonsolidasian Sosialisme Abad 21, kalaupun bukan model finalnya. Ini adalah model yang dikembangkan untuk mengalihkan kekuasaan kepada Rakyat, model yang Chavez gariskan agar Rakyat mengambil kekuasaan secara politis, ekonomis, dan social. Itulah sebabnya kami juga mengamati Komune Paris dan ekspresi-ekspresi historis lainnya dari organisasi revolusioner politik sambil mengembangkan kekuasaan Rakyat di wilayah kami.
Anda punya sebuah proyek komunal di sini di 23 de Enero barrio: Komune “El Panal.” Tapi pengaruh El Panal menjangkau jauh melampaui daerah ini. Dapatkah Anda menceritakan sesuatu tentang dua tingkatan pekerjaan ini?
Kolektif kami lahir di sini di pusat wilayah 23 de Enero. Di sinilah pertama kali terjadi pelaksanaan konstruksi komunal secara teritorial. Namun sebuah komune tak bisa merupakan sebuah pulau, dan El Panal sejak itu telah meluas ke Valencia, di negara bagian Lara, untuk membentuk yang kami sebut “Pusat Komunal El Panal 2021” (“El Panal 2021 Communal Hub.”) Bidang aksi kami tidak ditentukan oleh garis-garis imajiner [seperti batas kota atau negara]. Dia bertumbuh dari kerja-kerja para “Panalitos” [sarang-sarang kecil lebah], yang acuannya beranjak dari logika emotional-psikologis mempersiapkan dan bekerja bersama Rakyat, bersama massa. Panalitos adalah ruang-ruang langsung bagi partisipasi massa, jika kita gunakan kategori Marxist, atau bidang “orang banyak” (multitude), jika menggunakan pandangan postmodern Negri, atau “tanah-genting” (isthmus) para potentia, jika kita gunakan istilah Enrique Dussel. Massa – Rakyat yang terorganisir – adalah kekuatan yang menggerakkan sejarah.
Dan karenanya kita kembali kepada refleksi awal kita: kami paham bahwa Komune El Panal tak bisa merupakan sebuah fenomena terisolasi di pusat wilayah 23 de Enero. Konstruksi komunal ini harus meluas sampai ke seluruh wilayah dengan tujuan mengembalikan kekuasaan kepada Rakyat… dan itu tak lain dari Konfederasi Komunal (Communal Confederation), yang akan membuat negara (sebagaimana dia diorganisir saat ini) menjadi berakhir. Jadi, bila Negri bicara tentang penghapusan negara dan Lenin menyebutkan penumbangan negara borjuis, bagi kami proyek penghapusan atau penumbangan negara itu adalah tugas komune-komune.
Dalam gerakan kemerdekaan Basque, kadang-kadang dikatakan bahwa kekuatan Rakyat harus bekerja pada tiga level: pemerintahan-mandiri, pertahanan-mandiri, dan penentuan nasib sendiri.
Itu adalah sebuah sintesis yang baik tentang kekuasaan Rakyat. Proses Bolivarian (dan Chavez sendiri) berubah dan berkembang dengan berjalannya waktu. Semula, diskursus berfokus pada manajemen-bersama (co-management), dan kemudian muncullah sebuah konsepsi yang bebas-penuh mengenai kekuasaan Rakyat yang mengikutkan model komune. Dalam model tersebut, beberapa lembaga negara akan bekerja-sama dengan gerakan-gerakan Rakyat mengikuti perspektif yang didalilkan Alvaro Garcia Linera: Linera berkata bahwa Lenin menyarankan perebutan kekuasaan melalui serangan, tapi di sini, dalam pengalaman Amerika Latin mengenai Sosialisme Abad 21, kami menjadi paham bahwa ada suatu subyek baru yang muncul dari gerakan Rakyat dan memasuki lembaga-lembaga negara, dan subyek ini harus berpartisipasi dalam perjuangan-perjuangan kontra-hegemoni dalam negara. Subyek itu mesti berpartisipasi dalam pertempuran melawan kekuatan-kekuatan represif dan melawan aliran-aliran kapitalis yang ada di dalamnya.
Benar bahwa dengan Chavez ada suatu periode manajemen-bersama, tapi komune-komune tak dapat puas hanya dengan co-management belaka; mereka harus maju ke arah manajemen-mandiri (self-management) lalu bergerak maju lagi kepada pembebasan-diri (self-emancipation). Kami menyebut proses pemisahan ini proses “pembujukan”, “penentuan nasib sendiri” (“self-determination”) dan “proletarisasi [4]” barrios. Komune harus memiliki isi yang secara mendalam berpusat-pada-kelas untuk maju dalam pembangunan Sosialisme Abad 21.
Kami tak percaya pada usulan yang setengah-setengah. Kami tidak dogmatis, maka kami mengerti bahwa kadang-kadang percakapan dengan musuh, percakapan-percakapan untuk mencapai perdamaian, memang dibutuhkan… namun inti hegemonis proyek kami (dan proyek Chavez) adalah komune, perkotaan maupun pedesaan, dan itu tak dapat ditawar-tawar. Keberlanjutan dan radikalisasi revolusi tergantung pada terwujudnya proyek komunal sebagai pintal-penghubung sejati dalam masyarakat kita. Maka, sekali lagi, kami tak menolak kemungkinan aliansi temporer dengan sektor-sektor borjuasi jika sifatnya sekedar taktis. Namun satu-satunya aliansi strategis – jika kita ingin tetap setia kepada Chavez – adalah aliansi dengan Rakyat sebagaimana mereka berorganisasi dalam komune-komune.
Menghadapi isu ini kami harus masuk ke akar persoalannya [Latin: radix], maka kami pun radikal. Kami kembali kepada Che Guevara yang berkata bahwa kau tak bisa membangun sosialisme dengan senjata-usang kapitalisme… Atau, seperti dikatakan Julio Escalona, kau takkan dapat mengajak musuhmu berunding, jika tujuan musuhmu adalah untuk menggulingkanmu. Kontradiksi-kontradiksi yang kami hadapi saat ini adalah kontradiksi jangka panjang sehingga strategi aliansi kami harus dibuat tergantung pada massa yang terorganisir, dan harus disubordinasikan kepada proyek komune.
Bukanlah rahasia bahwa dalam krisis sekarang ini pemerintah telah memilih untuk mengesampingkan proyek komunal. Beberapa jurubicara pemerintah menandaskan bahwa menghadapi krisis ini, komune tidak efisien mengatasi masalah-masalah Rakyat. Akan tetapi, akar-rumput tetap yakin pada proyek ini. Mengapa ada keterputusan antara mereka yang di atas dan mereka yang di bawah mengenai keberlanjutan proyek ini?
Bagi mereka yang terlibat di komune, tak ada ambiguitas, tak ada kemenduaan, Kontradiksi bisa ada bagi mereka yang terbebani inkonsistensi ideologis dan yang tak meyakini visi strategis Chavez. Mereka yang menyangkal bahwa komune bisa menjadi ruang untuk membangun sebuah masyarakat-baru sesungguhnya secara simultan telah menegasikan pikiran dan tindakan President Chavez. Mereka melawan praksis Chavista dan gagal mengakui kemungkinan bahwa manusia bisa menjadi sadar mengenai “menit-menit taktis dan jam-jam strategis” (“tactical minutes and the strategic hours”) Jenderal Perez Arcay[5]. Akhirnya, mereka menyangkal elemen strategi filsafat Chavista.
Di sini kami harus menekankan, bahwa jika ada masalah-masalah dalam Proses Bolivarian (dan jelas ada problem), mereka disebabkan oleh kesalahan individual. Kegagalan-kegagalan terjadi justru karena tidak pernah ada dukungan yang cukup, karena belum ada perpindahan kekuasaan [kepada komune-komune], dan karena beberapa individu belum percaya kepada Rakyat. Ya, ada semacam stagnasi dalam konstruksi komunal, namun itu bukan disebabkan oleh cacatnya model, melainkan lebih karena beberapa individu telah menjauhkan sumber-sumber daya dari komune-komune.
Contohnya dalam bidang teknologi. Pengalihan teknologi sangatlah penting dalam pembangunan dan penguatan produksi komunal dan pergerakan ke arah proletarisasi barrios. Akan tetapi mesin-mesin yang diimpor negara, bibi-bibit dan bahan-bahan lainnya... semuanya dijauhkan dari komune-komune. Jika para pejabat negara berkomitmen mengalihkan kekuasaan kepada Rakyat, jika mereka mampu memasukkan ke dalam hatinya metode “Tiga R” Chavez [“revisi, pembetulan, peluncuran kembali” (“revision, rectification, relaunch”)], maka kita akan menyaksikan berkembang-suburnya proyek komunal. Dan proyek komunallah satu-satunya cara untuk menjamin demokrasi yang partisipatoris dan protagonistis.
Bukanlah kebetulan bahwa dalam pernyataan terakhir Chavez dia bicara tentang perlunya perubahan arah. Dalam pidatonya ini, dia berkata sekali lagi bahwa ruh proyek sosialis adalah komune. Bukan kami yang mengatakannya. Chavezlah yang menyerukan kepada kami untuk melaksanakan proyek komunal: gagasan puncak dari usulannya. Dia melakukannya pada saat siklus kehidupan politiknya menjelang berakhir. Slogannya “Komune atau Punah” (“Commune or Nothing”) karenanya merupakan sintesis dari warisannya.
Dihadapkan pada krisis parah di Venezuela, apa yang diusulkan Alexis Vive Patriotic Force untuk dilakukan? Apakah Anda mendambakan radikalisasi? Sebuah perubahan jurusan ke arah kiri? Atau, apakah Anda pikir kita mesti mundur beberapa langkah, untuk kemudian maju lagi?
Radikalisasi dan pendalaman proses. Menanggapi sebuah krisis yang membuat dunia kita gemetar, kita harus menjawab dengan perubahan-perubahan radikal. Tak ada jalan lain jika integritas manusia adalah basis proyek kita.
Dihadapkan pada krisis tersebut, kami mengusulkan “Zona-zona Eksklusif Produksi Komunal” (“Exclusive Zones of Communal Production,”) [6] dan kami bekerja ke arah teritorialisasi sosialisme dan proletarisasi barrios. Kami bertujuan mengindustrialisasi barrios dan memberikan sebuah isi-kelas kepada Revolusi Bolivarian. Tak boleh ada ambiguitas dalam tindakan ataupun diskursus kami: sekarang kami menawarkan untuk memperdalam revolusi ini dengan mengikuti model Chavez sebagaimana disintesakan dalam pidato “Banting Kemudi” (“Strike at the Helm”).
Setelah pidato terakhir itu, hanya sedikit yang mesti kami lakukan dalam hal teorisasi. Yang harus kami lakukan adalah menghidupkan anjuran itu. Lenin berkata bahwa tanpa teori revolusioner takkan ada praktik revolusioner. Beberapa orang mungkin telah melupakannya, tetapi jalur telah digariskan, teorinya dipaparkan. Kami dapat berkata, bersama Silvio Rodriguez, apa yang bisa kami nyanyikan jika sang komandan melakukannya, jika dia menulis sajaknya? Kini tergantung pada kamilah untuk mengubah puisinya menjadi tindakan. Kami harus membiasakan diri mempraktikkannya. Kami harus menjadikannya kata kerja. Kami mesti mengkonseptualisasikan perkataan Chavez melalui praksis kami.
Chavez pernah berkata kepada Lorenzo Mendoza[7]: “Jangan buat kesalahan, Mendoza, atau kamu takkan punya apa-apa.” (No te equivoques Mendoza, por que te vas a quedar sin el chivo y sin el mecate). Dan kami bilang: kami takkan dapat keluar dari krisis sekarang ini bersama para Mendoza dunia... maka kami pun anti konsesi-konsesi. Sebagai penghuni barrio dan campesinos, kamilah pelaku pemberontakan yang akan membuat Revolusi Bolivarian berkembang… jika beberapa orang tak menghendaki ini, jika beberapa orang takut kepada Chavez dan anjuran radikalnya, yang dapat kami katakan hanyalah bahwa bagi kami tak ada jalan lain.
Dengan kematian Chavez kita kehilangan impian-pemandu kita dalam hal etika, bintang Utara yang menunjukkan jalan. Hari ini, keseluruhan isu keteladanan-etis telah diperdebatkan secara luas di kalangan Chavismo. Saya tahu bahwa mengajar-dengan-keteladanan telah lama penting bagi Alexis Vive. Punyakah Anda refleksi-refleksi tentang isu ini?
Selain Hugo Chavez, salah satu tokoh utama yang memberikan keteladanan etis dan moral adalah Fidel Castro. Dialah juru mudi dan benteng pertahanan martabat Amerika Latin. Kami harus belajar ketahanan dan ketangguhan darinya dan dari Rakyat Kuba. Tapi Fidel tak cuma ulet dan tangguh, dia juga mampu melakukan refleksi dan otokritik. Kembali kepada Chavez dan praktiknya: kami mengenangnya sebagai seorang pemimpin yang mengembangkan sebuah teori yang kaya, tapi sekaligus juga seorang yang menuntut agar para kader pemerintahan melaksanakan otokritik … dan dia sendiri berefleksi tentang kesalahan-kesalahannya secara terbuka, secara publik … dia mengajar dengan keteladanan dan dia tak pernah arogan kepada Rakyat.
Sesungguhnyalah arogansi, keterputusan dari Rakyat dan ketiadaan hubungan dengan realitas teritorial … [ataupun] memunggungi kami dan mengulurkan tangan mereka kepada musuh-musuh historis Rakyat, sikap itu tak bisa menjadi jalan, takkan memberikan keteladanan apapun!
Pemunculan Sosialisme Abad 21 terjadi di tengah sebuah krisis paradigma, sebuah krisis yang diatasi dengan kembali ke akar masalah, sebuah krisis yang tak dipecahkan melalui pakta-pakta ataupun konsesi-konsesi. Jadi, kita harus kembali ke perjuangan dahsyat bagi sosialisme, ke medan pertempuran asli di mana ada tanah yang rata untuk maju ke arah tujuan strategis kita.
Seperti saya katakan sebelumnya, saya sungguh paham bahwa kami mungkin harus berdialog dengan musuh historis kami, namun jika yang sangat kami cintai dalam hidup adalah revolusi, maka kami takkan dapat mengubah ranah pergulatan untuk membantu musuh. Para pemimpin mesti berjalan bersama Rakyat, menghirup udara yang dihirup Rakyat, tanpa melupakan bahwa emansipasi Rakyat kita adalah tujuannya, sosialisme adalah modelnya, dan komune adalah jalannya.
Persoalan etis adalah sentral bagi pembentukan subyek revolusioner dan keteladanan. Integritas adalah sebuah elemen kunci cinta kami kepada revolusi, dan itu erat kaitannya dengan prinsip-prinsip ideologis. Kami tak bisa menerima penegosiasian gagasan-gagasan, cita-cita, prinsip-prinsip dan mimpi-mimpi kami.
Kami bisa menerima dialog, tapi prinsip-prinsip kami tak bisa dinegosiasikan. Kontradiksinya berlangsung lama dan struktural, dan kami harus mendedikasikan kehidupan kami bagi pendalaman revolusi … yang hanya bisa dilakukan dengan berpihak sepenuhnya kepada Rakyat. Keteladanan etis dan moral yang membimbing kami akan bertumbuh dari sebuah praktik yang mengikuti orientasi komune, tanpa memanipulasi warisan Chavez. Kami tak bisa membiarkan kematian fisik Chavez diikuti oleh kematian emosional-psikis penghormatan kami kepada Chavez.
Ingatlah, kelompok Kanan mengupayakan perdamaian kuburan dan telah memberikan kepada kami bukti cukup tentang ini: di aksi-aksi guarimbas[8] mereka membakar orang-orang, memancung para pengendara motor yang malang. Mereka itu teroris dan guarimbas membuktikannya.
Kami tak dipenuhi kebencian, tapi kami tak menyetujui ‘langkah-langkah damai’ seperti pembebasan Lorent Saleh[9]. Kami menentang pembebasan para musuh kelas yang telah membunuh orang-orang Venezuela karena mereka miskin, hitam, atau penghuni barrio. Ini adalah sebuah perjuangan kelas, dan mereka yang mengabaikan fakta ini sebetulnya sedang mematikan morale revolusi.
Dapatkah kita katakan, bahwa dalam praktik konstruksi komunal – di Komune El Panal, di Komune Negro Primero, di Komune El Maizal – sebuah keteladanan etis baru sedang ditegakkan?
Kami tak memiliki sebuah “meteran-revolusi” (“revolutionometer”) yang dapat menyebutkan siapa yang revolusioner dan siapa yang tidak. Kami tak bisa mengatakan siapa sang pengkhianat dan siapa yang menegakkan keteladanan. Tapi saya yakin bahwa sebagai sebuah pergerakan Rakyat dan pergerakan komunal kami takkan meninggalkan warisan Chavez. Kami pun takkan mengubahnya menjadi sebuah pamflet … Kami takkan menjadikan Chavez sebuah klise. Kami takkan mengubah kata-katanya menjadi diskursus kosong yang tak bermakna bagi praktik revolusioner. Kami akan memperdalam revolusi, dan hanya waktulah yang akan menentukan apakah karenanya kami dipandang sebagai contoh.
Faktanya adalah: kami menghayati prinsip Guevara tentang kediktatoran-teladan (the dictatorship of the example) … [Kami harus meyakinkan Rakyat] bahwa [gagasan] Lelaki-Baru dan Perempuan-Baru bukanlah khayalan: mengatasi ketidakadilan adalah mungkin dan perlu. Kami berkomitmen membuat paradigma Chavez tentang pengkonstruksian sosialisme menjadi realita. Dan kami akan melakukannya melalui komune, di sini dan sekarang ini. Komune adalah satu-satunya jalan bagi pembebasan kami dan bagi pembangunan Sosialisme Abad 21. Kami takkan mengecewakan Chavez!
Catatan :
[1] Panal (bahasa Spanyol) berarti sarang lebah, dan merupakan julukan bagi konstruksi kolektif dan pertahanan kolektif.
[2] Istilah “Libertadores” menunjuk kepada laki-laki dan perempuan yang memimpin peperangan-peperangan kemerdekaan melawan penjajah Spanyol pada dekade kedua dan ketiga Abad 19.
[3] Dalam diskursus Chavista, istilah “territorial” merujuk kepada sebuah bentuk-kerakyatan organisasi yang memiliki akarnya di area tertentu. Dengan perkataan lain, dia menunjuk kepada sebuah organisasi yang tidak sektoral, seperti misalnya serikat Buruh, atau organisasi Siswa, ataupun organisasi Feminis.
[4] Istilah “proletarisasi” (“proletarization”) dicetuskan oleh Alexis Vive untuk menjabarkan kekuatan-kekuatan produktif yang sedang berkembang di bawah relasi-relasi sosial yang baru, yang memungkinkan para penghuni barrio keluar dari kerentanan pekerjaan perkotaan di Venezuela sekarang ini.
[5] Jacinto Perez Arcay adalah seorang pensiunan perwira-tinggi militer dan penulis, yang merupakan tokoh kunci bagi pendidikan Hugo Chavez.
[6] “Zona-zona Eksklusif Produksi Komunal” (“Exclusive Zones of Communal Production”), sebuah konsep yang dikembangkan Alexis Vive, adalah usulan bagi sebuah kerangka-kerja politis dan hukum yang akan memprioritaskan pembangunan komunal di wilayah-wilayah tertentu negeri Karibia ini.
[7] Lorenzo Mendoza adalah kapitalis terbesar Venezuela, dan pemilik perusahaan produksi makanan Alimentos Polar. Dia adalah seorang pengkritik-aktif pemerintahan Bolivarian meskipun kadang-kadang tak secara mencolok.
[8] “Guarimbas” adalah sebuah bentuk protes-jalanan yang keras, yang diterapkan oleh pihak oposisi di Venezuela. Mereka seringkali dilakukan dengan membakar ban dan memblokade jalan-jalan.
[9] Lorent Saleh adalah seorang aktifis oposisi Venezuela yang di tahun 2014 didakwa mengorganisir aksi-aksi paramiliter dan merancang serangan-serangan teroris. Ada cukup bukti bahwa dia berkonspirasi dengan tokoh-tokoh internasional untuk mendestabilisasikan negeri Karibia ini. Di bulan Oktober 2018, pihak-berwewenang Venezuela melepaskannya dari penjara tanpa penjelasan apa pun. Banyak yang yakin bahwa pembebasannya merupakan hasil negosiasi- negosiasi rahasia.
Kolektif kami lahir di sini di pusat wilayah 23 de Enero. Di sinilah pertama kali terjadi pelaksanaan konstruksi komunal secara teritorial. Namun sebuah komune tak bisa merupakan sebuah pulau, dan El Panal sejak itu telah meluas ke Valencia, di negara bagian Lara, untuk membentuk yang kami sebut “Pusat Komunal El Panal 2021” (“El Panal 2021 Communal Hub.”) Bidang aksi kami tidak ditentukan oleh garis-garis imajiner [seperti batas kota atau negara]. Dia bertumbuh dari kerja-kerja para “Panalitos” [sarang-sarang kecil lebah], yang acuannya beranjak dari logika emotional-psikologis mempersiapkan dan bekerja bersama Rakyat, bersama massa. Panalitos adalah ruang-ruang langsung bagi partisipasi massa, jika kita gunakan kategori Marxist, atau bidang “orang banyak” (multitude), jika menggunakan pandangan postmodern Negri, atau “tanah-genting” (isthmus) para potentia, jika kita gunakan istilah Enrique Dussel. Massa – Rakyat yang terorganisir – adalah kekuatan yang menggerakkan sejarah.
Dan karenanya kita kembali kepada refleksi awal kita: kami paham bahwa Komune El Panal tak bisa merupakan sebuah fenomena terisolasi di pusat wilayah 23 de Enero. Konstruksi komunal ini harus meluas sampai ke seluruh wilayah dengan tujuan mengembalikan kekuasaan kepada Rakyat… dan itu tak lain dari Konfederasi Komunal (Communal Confederation), yang akan membuat negara (sebagaimana dia diorganisir saat ini) menjadi berakhir. Jadi, bila Negri bicara tentang penghapusan negara dan Lenin menyebutkan penumbangan negara borjuis, bagi kami proyek penghapusan atau penumbangan negara itu adalah tugas komune-komune.
Dalam gerakan kemerdekaan Basque, kadang-kadang dikatakan bahwa kekuatan Rakyat harus bekerja pada tiga level: pemerintahan-mandiri, pertahanan-mandiri, dan penentuan nasib sendiri.
Itu adalah sebuah sintesis yang baik tentang kekuasaan Rakyat. Proses Bolivarian (dan Chavez sendiri) berubah dan berkembang dengan berjalannya waktu. Semula, diskursus berfokus pada manajemen-bersama (co-management), dan kemudian muncullah sebuah konsepsi yang bebas-penuh mengenai kekuasaan Rakyat yang mengikutkan model komune. Dalam model tersebut, beberapa lembaga negara akan bekerja-sama dengan gerakan-gerakan Rakyat mengikuti perspektif yang didalilkan Alvaro Garcia Linera: Linera berkata bahwa Lenin menyarankan perebutan kekuasaan melalui serangan, tapi di sini, dalam pengalaman Amerika Latin mengenai Sosialisme Abad 21, kami menjadi paham bahwa ada suatu subyek baru yang muncul dari gerakan Rakyat dan memasuki lembaga-lembaga negara, dan subyek ini harus berpartisipasi dalam perjuangan-perjuangan kontra-hegemoni dalam negara. Subyek itu mesti berpartisipasi dalam pertempuran melawan kekuatan-kekuatan represif dan melawan aliran-aliran kapitalis yang ada di dalamnya.
Benar bahwa dengan Chavez ada suatu periode manajemen-bersama, tapi komune-komune tak dapat puas hanya dengan co-management belaka; mereka harus maju ke arah manajemen-mandiri (self-management) lalu bergerak maju lagi kepada pembebasan-diri (self-emancipation). Kami menyebut proses pemisahan ini proses “pembujukan”, “penentuan nasib sendiri” (“self-determination”) dan “proletarisasi [4]” barrios. Komune harus memiliki isi yang secara mendalam berpusat-pada-kelas untuk maju dalam pembangunan Sosialisme Abad 21.
Kami tak percaya pada usulan yang setengah-setengah. Kami tidak dogmatis, maka kami mengerti bahwa kadang-kadang percakapan dengan musuh, percakapan-percakapan untuk mencapai perdamaian, memang dibutuhkan… namun inti hegemonis proyek kami (dan proyek Chavez) adalah komune, perkotaan maupun pedesaan, dan itu tak dapat ditawar-tawar. Keberlanjutan dan radikalisasi revolusi tergantung pada terwujudnya proyek komunal sebagai pintal-penghubung sejati dalam masyarakat kita. Maka, sekali lagi, kami tak menolak kemungkinan aliansi temporer dengan sektor-sektor borjuasi jika sifatnya sekedar taktis. Namun satu-satunya aliansi strategis – jika kita ingin tetap setia kepada Chavez – adalah aliansi dengan Rakyat sebagaimana mereka berorganisasi dalam komune-komune.
Menghadapi isu ini kami harus masuk ke akar persoalannya [Latin: radix], maka kami pun radikal. Kami kembali kepada Che Guevara yang berkata bahwa kau tak bisa membangun sosialisme dengan senjata-usang kapitalisme… Atau, seperti dikatakan Julio Escalona, kau takkan dapat mengajak musuhmu berunding, jika tujuan musuhmu adalah untuk menggulingkanmu. Kontradiksi-kontradiksi yang kami hadapi saat ini adalah kontradiksi jangka panjang sehingga strategi aliansi kami harus dibuat tergantung pada massa yang terorganisir, dan harus disubordinasikan kepada proyek komune.
Bukanlah rahasia bahwa dalam krisis sekarang ini pemerintah telah memilih untuk mengesampingkan proyek komunal. Beberapa jurubicara pemerintah menandaskan bahwa menghadapi krisis ini, komune tidak efisien mengatasi masalah-masalah Rakyat. Akan tetapi, akar-rumput tetap yakin pada proyek ini. Mengapa ada keterputusan antara mereka yang di atas dan mereka yang di bawah mengenai keberlanjutan proyek ini?
Bagi mereka yang terlibat di komune, tak ada ambiguitas, tak ada kemenduaan, Kontradiksi bisa ada bagi mereka yang terbebani inkonsistensi ideologis dan yang tak meyakini visi strategis Chavez. Mereka yang menyangkal bahwa komune bisa menjadi ruang untuk membangun sebuah masyarakat-baru sesungguhnya secara simultan telah menegasikan pikiran dan tindakan President Chavez. Mereka melawan praksis Chavista dan gagal mengakui kemungkinan bahwa manusia bisa menjadi sadar mengenai “menit-menit taktis dan jam-jam strategis” (“tactical minutes and the strategic hours”) Jenderal Perez Arcay[5]. Akhirnya, mereka menyangkal elemen strategi filsafat Chavista.
Di sini kami harus menekankan, bahwa jika ada masalah-masalah dalam Proses Bolivarian (dan jelas ada problem), mereka disebabkan oleh kesalahan individual. Kegagalan-kegagalan terjadi justru karena tidak pernah ada dukungan yang cukup, karena belum ada perpindahan kekuasaan [kepada komune-komune], dan karena beberapa individu belum percaya kepada Rakyat. Ya, ada semacam stagnasi dalam konstruksi komunal, namun itu bukan disebabkan oleh cacatnya model, melainkan lebih karena beberapa individu telah menjauhkan sumber-sumber daya dari komune-komune.
Contohnya dalam bidang teknologi. Pengalihan teknologi sangatlah penting dalam pembangunan dan penguatan produksi komunal dan pergerakan ke arah proletarisasi barrios. Akan tetapi mesin-mesin yang diimpor negara, bibi-bibit dan bahan-bahan lainnya... semuanya dijauhkan dari komune-komune. Jika para pejabat negara berkomitmen mengalihkan kekuasaan kepada Rakyat, jika mereka mampu memasukkan ke dalam hatinya metode “Tiga R” Chavez [“revisi, pembetulan, peluncuran kembali” (“revision, rectification, relaunch”)], maka kita akan menyaksikan berkembang-suburnya proyek komunal. Dan proyek komunallah satu-satunya cara untuk menjamin demokrasi yang partisipatoris dan protagonistis.
Bukanlah kebetulan bahwa dalam pernyataan terakhir Chavez dia bicara tentang perlunya perubahan arah. Dalam pidatonya ini, dia berkata sekali lagi bahwa ruh proyek sosialis adalah komune. Bukan kami yang mengatakannya. Chavezlah yang menyerukan kepada kami untuk melaksanakan proyek komunal: gagasan puncak dari usulannya. Dia melakukannya pada saat siklus kehidupan politiknya menjelang berakhir. Slogannya “Komune atau Punah” (“Commune or Nothing”) karenanya merupakan sintesis dari warisannya.
Dihadapkan pada krisis parah di Venezuela, apa yang diusulkan Alexis Vive Patriotic Force untuk dilakukan? Apakah Anda mendambakan radikalisasi? Sebuah perubahan jurusan ke arah kiri? Atau, apakah Anda pikir kita mesti mundur beberapa langkah, untuk kemudian maju lagi?
Radikalisasi dan pendalaman proses. Menanggapi sebuah krisis yang membuat dunia kita gemetar, kita harus menjawab dengan perubahan-perubahan radikal. Tak ada jalan lain jika integritas manusia adalah basis proyek kita.
Dihadapkan pada krisis tersebut, kami mengusulkan “Zona-zona Eksklusif Produksi Komunal” (“Exclusive Zones of Communal Production,”) [6] dan kami bekerja ke arah teritorialisasi sosialisme dan proletarisasi barrios. Kami bertujuan mengindustrialisasi barrios dan memberikan sebuah isi-kelas kepada Revolusi Bolivarian. Tak boleh ada ambiguitas dalam tindakan ataupun diskursus kami: sekarang kami menawarkan untuk memperdalam revolusi ini dengan mengikuti model Chavez sebagaimana disintesakan dalam pidato “Banting Kemudi” (“Strike at the Helm”).
Setelah pidato terakhir itu, hanya sedikit yang mesti kami lakukan dalam hal teorisasi. Yang harus kami lakukan adalah menghidupkan anjuran itu. Lenin berkata bahwa tanpa teori revolusioner takkan ada praktik revolusioner. Beberapa orang mungkin telah melupakannya, tetapi jalur telah digariskan, teorinya dipaparkan. Kami dapat berkata, bersama Silvio Rodriguez, apa yang bisa kami nyanyikan jika sang komandan melakukannya, jika dia menulis sajaknya? Kini tergantung pada kamilah untuk mengubah puisinya menjadi tindakan. Kami harus membiasakan diri mempraktikkannya. Kami harus menjadikannya kata kerja. Kami mesti mengkonseptualisasikan perkataan Chavez melalui praksis kami.
Chavez pernah berkata kepada Lorenzo Mendoza[7]: “Jangan buat kesalahan, Mendoza, atau kamu takkan punya apa-apa.” (No te equivoques Mendoza, por que te vas a quedar sin el chivo y sin el mecate). Dan kami bilang: kami takkan dapat keluar dari krisis sekarang ini bersama para Mendoza dunia... maka kami pun anti konsesi-konsesi. Sebagai penghuni barrio dan campesinos, kamilah pelaku pemberontakan yang akan membuat Revolusi Bolivarian berkembang… jika beberapa orang tak menghendaki ini, jika beberapa orang takut kepada Chavez dan anjuran radikalnya, yang dapat kami katakan hanyalah bahwa bagi kami tak ada jalan lain.
Dengan kematian Chavez kita kehilangan impian-pemandu kita dalam hal etika, bintang Utara yang menunjukkan jalan. Hari ini, keseluruhan isu keteladanan-etis telah diperdebatkan secara luas di kalangan Chavismo. Saya tahu bahwa mengajar-dengan-keteladanan telah lama penting bagi Alexis Vive. Punyakah Anda refleksi-refleksi tentang isu ini?
Selain Hugo Chavez, salah satu tokoh utama yang memberikan keteladanan etis dan moral adalah Fidel Castro. Dialah juru mudi dan benteng pertahanan martabat Amerika Latin. Kami harus belajar ketahanan dan ketangguhan darinya dan dari Rakyat Kuba. Tapi Fidel tak cuma ulet dan tangguh, dia juga mampu melakukan refleksi dan otokritik. Kembali kepada Chavez dan praktiknya: kami mengenangnya sebagai seorang pemimpin yang mengembangkan sebuah teori yang kaya, tapi sekaligus juga seorang yang menuntut agar para kader pemerintahan melaksanakan otokritik … dan dia sendiri berefleksi tentang kesalahan-kesalahannya secara terbuka, secara publik … dia mengajar dengan keteladanan dan dia tak pernah arogan kepada Rakyat.
Sesungguhnyalah arogansi, keterputusan dari Rakyat dan ketiadaan hubungan dengan realitas teritorial … [ataupun] memunggungi kami dan mengulurkan tangan mereka kepada musuh-musuh historis Rakyat, sikap itu tak bisa menjadi jalan, takkan memberikan keteladanan apapun!
Pemunculan Sosialisme Abad 21 terjadi di tengah sebuah krisis paradigma, sebuah krisis yang diatasi dengan kembali ke akar masalah, sebuah krisis yang tak dipecahkan melalui pakta-pakta ataupun konsesi-konsesi. Jadi, kita harus kembali ke perjuangan dahsyat bagi sosialisme, ke medan pertempuran asli di mana ada tanah yang rata untuk maju ke arah tujuan strategis kita.
Seperti saya katakan sebelumnya, saya sungguh paham bahwa kami mungkin harus berdialog dengan musuh historis kami, namun jika yang sangat kami cintai dalam hidup adalah revolusi, maka kami takkan dapat mengubah ranah pergulatan untuk membantu musuh. Para pemimpin mesti berjalan bersama Rakyat, menghirup udara yang dihirup Rakyat, tanpa melupakan bahwa emansipasi Rakyat kita adalah tujuannya, sosialisme adalah modelnya, dan komune adalah jalannya.
Persoalan etis adalah sentral bagi pembentukan subyek revolusioner dan keteladanan. Integritas adalah sebuah elemen kunci cinta kami kepada revolusi, dan itu erat kaitannya dengan prinsip-prinsip ideologis. Kami tak bisa menerima penegosiasian gagasan-gagasan, cita-cita, prinsip-prinsip dan mimpi-mimpi kami.
Kami bisa menerima dialog, tapi prinsip-prinsip kami tak bisa dinegosiasikan. Kontradiksinya berlangsung lama dan struktural, dan kami harus mendedikasikan kehidupan kami bagi pendalaman revolusi … yang hanya bisa dilakukan dengan berpihak sepenuhnya kepada Rakyat. Keteladanan etis dan moral yang membimbing kami akan bertumbuh dari sebuah praktik yang mengikuti orientasi komune, tanpa memanipulasi warisan Chavez. Kami tak bisa membiarkan kematian fisik Chavez diikuti oleh kematian emosional-psikis penghormatan kami kepada Chavez.
Ingatlah, kelompok Kanan mengupayakan perdamaian kuburan dan telah memberikan kepada kami bukti cukup tentang ini: di aksi-aksi guarimbas[8] mereka membakar orang-orang, memancung para pengendara motor yang malang. Mereka itu teroris dan guarimbas membuktikannya.
Kami tak dipenuhi kebencian, tapi kami tak menyetujui ‘langkah-langkah damai’ seperti pembebasan Lorent Saleh[9]. Kami menentang pembebasan para musuh kelas yang telah membunuh orang-orang Venezuela karena mereka miskin, hitam, atau penghuni barrio. Ini adalah sebuah perjuangan kelas, dan mereka yang mengabaikan fakta ini sebetulnya sedang mematikan morale revolusi.
Dapatkah kita katakan, bahwa dalam praktik konstruksi komunal – di Komune El Panal, di Komune Negro Primero, di Komune El Maizal – sebuah keteladanan etis baru sedang ditegakkan?
Kami tak memiliki sebuah “meteran-revolusi” (“revolutionometer”) yang dapat menyebutkan siapa yang revolusioner dan siapa yang tidak. Kami tak bisa mengatakan siapa sang pengkhianat dan siapa yang menegakkan keteladanan. Tapi saya yakin bahwa sebagai sebuah pergerakan Rakyat dan pergerakan komunal kami takkan meninggalkan warisan Chavez. Kami pun takkan mengubahnya menjadi sebuah pamflet … Kami takkan menjadikan Chavez sebuah klise. Kami takkan mengubah kata-katanya menjadi diskursus kosong yang tak bermakna bagi praktik revolusioner. Kami akan memperdalam revolusi, dan hanya waktulah yang akan menentukan apakah karenanya kami dipandang sebagai contoh.
Faktanya adalah: kami menghayati prinsip Guevara tentang kediktatoran-teladan (the dictatorship of the example) … [Kami harus meyakinkan Rakyat] bahwa [gagasan] Lelaki-Baru dan Perempuan-Baru bukanlah khayalan: mengatasi ketidakadilan adalah mungkin dan perlu. Kami berkomitmen membuat paradigma Chavez tentang pengkonstruksian sosialisme menjadi realita. Dan kami akan melakukannya melalui komune, di sini dan sekarang ini. Komune adalah satu-satunya jalan bagi pembebasan kami dan bagi pembangunan Sosialisme Abad 21. Kami takkan mengecewakan Chavez!
Catatan :
[1] Panal (bahasa Spanyol) berarti sarang lebah, dan merupakan julukan bagi konstruksi kolektif dan pertahanan kolektif.
[2] Istilah “Libertadores” menunjuk kepada laki-laki dan perempuan yang memimpin peperangan-peperangan kemerdekaan melawan penjajah Spanyol pada dekade kedua dan ketiga Abad 19.
[3] Dalam diskursus Chavista, istilah “territorial” merujuk kepada sebuah bentuk-kerakyatan organisasi yang memiliki akarnya di area tertentu. Dengan perkataan lain, dia menunjuk kepada sebuah organisasi yang tidak sektoral, seperti misalnya serikat Buruh, atau organisasi Siswa, ataupun organisasi Feminis.
[4] Istilah “proletarisasi” (“proletarization”) dicetuskan oleh Alexis Vive untuk menjabarkan kekuatan-kekuatan produktif yang sedang berkembang di bawah relasi-relasi sosial yang baru, yang memungkinkan para penghuni barrio keluar dari kerentanan pekerjaan perkotaan di Venezuela sekarang ini.
[5] Jacinto Perez Arcay adalah seorang pensiunan perwira-tinggi militer dan penulis, yang merupakan tokoh kunci bagi pendidikan Hugo Chavez.
[6] “Zona-zona Eksklusif Produksi Komunal” (“Exclusive Zones of Communal Production”), sebuah konsep yang dikembangkan Alexis Vive, adalah usulan bagi sebuah kerangka-kerja politis dan hukum yang akan memprioritaskan pembangunan komunal di wilayah-wilayah tertentu negeri Karibia ini.
[7] Lorenzo Mendoza adalah kapitalis terbesar Venezuela, dan pemilik perusahaan produksi makanan Alimentos Polar. Dia adalah seorang pengkritik-aktif pemerintahan Bolivarian meskipun kadang-kadang tak secara mencolok.
[8] “Guarimbas” adalah sebuah bentuk protes-jalanan yang keras, yang diterapkan oleh pihak oposisi di Venezuela. Mereka seringkali dilakukan dengan membakar ban dan memblokade jalan-jalan.
[9] Lorent Saleh adalah seorang aktifis oposisi Venezuela yang di tahun 2014 didakwa mengorganisir aksi-aksi paramiliter dan merancang serangan-serangan teroris. Ada cukup bukti bahwa dia berkonspirasi dengan tokoh-tokoh internasional untuk mendestabilisasikan negeri Karibia ini. Di bulan Oktober 2018, pihak-berwewenang Venezuela melepaskannya dari penjara tanpa penjelasan apa pun. Banyak yang yakin bahwa pembebasannya merupakan hasil negosiasi- negosiasi rahasia.
No comments
Post a Comment