Petisi Solidaritas untuk Rakyat Venezuela (Hasil akhir)
Sampai batas akhir penggalangan petisi ini telah terhimpun 127 nama baik individu/organisasi/komunitas yang meliputi provinsi Aceh, Sumatera Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua, dll.
Dukungan terhadap petisi ini datang dari Guru, Dosen, Buruh bangunan, Buruh pabrik, Buruh migran, Petani, Pelajar, Mahasiswa, Kaum Muda, Aktivis Lingkungan, Aktivis HAM, Aktivis Tani, Pengacara Publik, Penyair, Pelukis, Pantomime, Relawan kesehatan, Islam Bergerak, NGO, Komunitas pecinta alam, Komunitas perpustakaan dan literasi, komunitas lingkungan, Komunitas media independen, Serikat pemuda , Serikat buruh, Serikat mahasiswa, Serikat perempuan, dll.
Demikianlah penggalangan Petisi Solidaritas untuk Rakyat Venezuela yang dimulai pada 26 Februari 2019 dan berakhir pada 4 Maret 2019. Kepada seluruh pihak yang telah turut serta dalam Petisi ini dan telah membantu menyebarkan dan mengajak orang lain untuk mendukung perjuangan Rakyat Venezuela, kami sangat mengapresiasi partisipasi kawan-kawan sekalian.
Atas partisipasi dan solidaritasnya, kami mengucapkan terimakasih.
Salam solidaritas
Info:
Kabar terakhir di Venezuela. Pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, yang memproklamirkan dirinya sendiri sebagai presiden sementara, sudah kembali ke Venezuela setelah mengunjungi beberapa negara Amerika Latin selama seminggu terakhir untuk menggalang dukungan bagi kepemimpinannya dan tersingkirnya Presiden Nicolás Maduro. Dan dia juga menyerukan kepada para pendukungnya untuk melakukan demonstrasi. (democracynow.org)
Terhitung sejak 23 Januari 2019, Ketua Majelis Nasional sekaligus pemimpin oposisi, Juan Guaido, memproklamirkan dirinya sendiri sebagai presiden interim untuk mendirikan kekuasaan sementara dengan tidak mengakui kepemimpinan Nicolas Maduro. Guaido yang disokong penuh pemerintah Amerika Serikat mengklaim bahwa kepemimpinan Maduro tidak sah (illegitimate) karena rendahnya jumlah pemilih pada Pemilu 2018 yang di bawah 50 persen. Tuduhan ini jelas tidak berdasar.
Rendahnya partisipasi Pemilu harus juga dilihat sebagai akibat dari boikot yang dilakukan oleh oposisi sayap kanan (MUD). Pada Pemilu 2018 lalu Maduro memenangkan mayoritas rakyat dengan perolehan 67,8% atau sekitar 6,2 juta suara dari total 9,3 juta lebih pemilih yang menggunakan hak pilihnya. Dukungan mayoritas rakyat kepada Maduro untuk kedua kalinya membuktikan bahwa Maduro masih dipercaya rakyat Venezuela untuk melanjutkan revolusi Bolivarian.
Intervensi Amerika Serikat melalui kudeta seperti ini bukan kali pertama. Sejak 1998 silam Amerika Serikat sudah mencoba menguasai Venezuela, namun baru di tahun 2002 Amerika Serikat mendapat kesempatan untuk menggulingkan Chavez melalui kudeta serupa. Namun, kuatnya dukungan rakyat Venezuela kepada Chavez yang diwujudkan dengan mobilisasi massa luas berhasil mematahkan kudeta dan mengembalikan Chavez ke tampuk kepresidenan. Intervensi Amerika Serikat dengan dalih ‘merestorasi demokrasi‘ juga tidak hanya dilakukan kepada Venezuela, sudah banyak negara yang diintervensi dengan menempatkan pemerintahan boneka untuk kemudian dikeruk sumber daya alam dan manusianya. Tidak terkecuali terhadap Venezuela yang memiliki cadangan minyak terbesar di seluruh dunia. Inilah wujud imperialisme Amerika Serikat.
Media juga berperan penting memanipulasi apa yang sebenarnya terjadi di Venezuela. Media-media internasional arus utama tidak melihat atau sengaja abai pada fakta bahwa sanksi yang dikenakan Amerika Serikat terhadap Venezuela berdampak kepada industri minyak bumi yang pada gilirannya berdampak pula kepada aset-aset yang dimiliki Venezuela di Amerika Serikat sebesar kurang lebih $7 milyar [1]. Selain itu, sanksi Amerika Serikat juga berpengaruh terhadap “krisis kemanusiaan” di Venezuela yang narasinya selalu diulang-ulang, yakni ketersediaan pangan dan obat-obatan yang semakin langka. ‘Krisis kemanusiaan‘ adalah dampak dari intervensi Amerika Serikat dan sekutunya, dan ini sengaja diabaikan oleh media-media arus utama itu karena mereka sengaja menyampaikan berita secara parsial [2].
Kepentingan Amerika Serikat untuk menundukkan Venezuela bukan hanya dilakukannya sendiri, melainkan didukung sekutu-sekutunya. Situs venezuelanalysis.com memaparkan bagaimana dunia terbelah menjadi dua: yang mendukung Maduro dan yang mendukung Guaido [3]. Dukungan internasional kepada Maduro masih lebih tinggi dibanding dukungan kepada boneka Amerika Serikat, Guaido, yakni 74% berbanding 25%. Meski demikian, tidak semuanya merepresentasikan pendapat Rakyat di Brasil, pemerintahan sayap-kanan Bolsonaro mendukung intervensi Amerika Serikat, berbeda dengan apa yang disuarakan rakyat Brasil yang terdiri dari berbagai gerakan sosial, serikat pekerja, dan mahasiswa, yang mendukung Maduro serta rakyat Venezuela.
Pada pertemuan tanggal 5 Februari 2019 kemarin, Rakyat Brasil membuat manifesto dukungan dan menyerukan kepada Amerika Serikat untuk menarik diri. Dukungan yang sama juga dilakukan oleh Organisasi Kiri Asia-Pasifik yang mengutuk segala bentuk intervensi Amerika Serikat dan bersolidaritas kepada rakyat Venezuela untuk mempertahankan kedaulatannya.
Untuk itulah kita juga harus ikut bersolidaritas kepada Rakyat Venezuela sebagai bagian dalam perlawanan terhadap imperialisme Amerika Serikat.
PETISI :
Bagi Kawan-Kawan yang ingin berpartisipasi memberikan solidaritas dengan ikut menandatangani petisi ini, silakan kirimkan nama individu/organisasi/komunitas ke nomor 081347166489 (Samudera) dan e-mail solidaritasrakyatinternasional@gmail.com selambat-lambatnya jam 00.00 WIB hari Senin, 4 Maret, 2019. Solidaritas Kawan-Kawan akan kami sampaikan kepada Telesur, Venezuelanalysis, dan media-media internasional lain yang juga berdiri di belakang Rakyat Venezuela. Bersama-sama kita tegas menyatakan dukungan kepada Rakyat Venezuela dan pemerintahan Nicolas Maduro. Bersama-sama kita melawan imperialisme dan menjadi bagian dari perjuangan internasional!
Indonesia, 26 Februari 2019
Catatan kaki:
[1] https://venezuelanalysis.com/analysis/14297 (“What’s the Deal with Sanctions in Venezuela, and Why’s It So Hard for Media to Understand?”)
[2] https://venezuelanalysis.com/analysis/14309 (“The BBC and Venezuela: Bias and Lies”)
[3] Lihat https://venezuelanalysis.com/analysis/14303 (“How Much International Supports Does Guaido Really Have?”)
Berikut ini daftar nama/organisasi/komunitas (disusun berurutan dari A-Z) yang turut serta mendukung perjuangan Rakyat Venezuela melalui petisi ini:
Dukungan terhadap petisi ini datang dari Guru, Dosen, Buruh bangunan, Buruh pabrik, Buruh migran, Petani, Pelajar, Mahasiswa, Kaum Muda, Aktivis Lingkungan, Aktivis HAM, Aktivis Tani, Pengacara Publik, Penyair, Pelukis, Pantomime, Relawan kesehatan, Islam Bergerak, NGO, Komunitas pecinta alam, Komunitas perpustakaan dan literasi, komunitas lingkungan, Komunitas media independen, Serikat pemuda , Serikat buruh, Serikat mahasiswa, Serikat perempuan, dll.
Demikianlah penggalangan Petisi Solidaritas untuk Rakyat Venezuela yang dimulai pada 26 Februari 2019 dan berakhir pada 4 Maret 2019. Kepada seluruh pihak yang telah turut serta dalam Petisi ini dan telah membantu menyebarkan dan mengajak orang lain untuk mendukung perjuangan Rakyat Venezuela, kami sangat mengapresiasi partisipasi kawan-kawan sekalian.
Atas partisipasi dan solidaritasnya, kami mengucapkan terimakasih.
Salam solidaritas
Info:
Kabar terakhir di Venezuela. Pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, yang memproklamirkan dirinya sendiri sebagai presiden sementara, sudah kembali ke Venezuela setelah mengunjungi beberapa negara Amerika Latin selama seminggu terakhir untuk menggalang dukungan bagi kepemimpinannya dan tersingkirnya Presiden Nicolás Maduro. Dan dia juga menyerukan kepada para pendukungnya untuk melakukan demonstrasi. (democracynow.org)
PETISI SOLIDARITAS UNTUK RAKYAT VENEZUELA
Revolusi Bolivarian Venezuela diserang lagi!
Terhitung sejak 23 Januari 2019, Ketua Majelis Nasional sekaligus pemimpin oposisi, Juan Guaido, memproklamirkan dirinya sendiri sebagai presiden interim untuk mendirikan kekuasaan sementara dengan tidak mengakui kepemimpinan Nicolas Maduro. Guaido yang disokong penuh pemerintah Amerika Serikat mengklaim bahwa kepemimpinan Maduro tidak sah (illegitimate) karena rendahnya jumlah pemilih pada Pemilu 2018 yang di bawah 50 persen. Tuduhan ini jelas tidak berdasar.
Rendahnya partisipasi Pemilu harus juga dilihat sebagai akibat dari boikot yang dilakukan oleh oposisi sayap kanan (MUD). Pada Pemilu 2018 lalu Maduro memenangkan mayoritas rakyat dengan perolehan 67,8% atau sekitar 6,2 juta suara dari total 9,3 juta lebih pemilih yang menggunakan hak pilihnya. Dukungan mayoritas rakyat kepada Maduro untuk kedua kalinya membuktikan bahwa Maduro masih dipercaya rakyat Venezuela untuk melanjutkan revolusi Bolivarian.
Intervensi Amerika Serikat melalui kudeta seperti ini bukan kali pertama. Sejak 1998 silam Amerika Serikat sudah mencoba menguasai Venezuela, namun baru di tahun 2002 Amerika Serikat mendapat kesempatan untuk menggulingkan Chavez melalui kudeta serupa. Namun, kuatnya dukungan rakyat Venezuela kepada Chavez yang diwujudkan dengan mobilisasi massa luas berhasil mematahkan kudeta dan mengembalikan Chavez ke tampuk kepresidenan. Intervensi Amerika Serikat dengan dalih ‘merestorasi demokrasi‘ juga tidak hanya dilakukan kepada Venezuela, sudah banyak negara yang diintervensi dengan menempatkan pemerintahan boneka untuk kemudian dikeruk sumber daya alam dan manusianya. Tidak terkecuali terhadap Venezuela yang memiliki cadangan minyak terbesar di seluruh dunia. Inilah wujud imperialisme Amerika Serikat.
Media juga berperan penting memanipulasi apa yang sebenarnya terjadi di Venezuela. Media-media internasional arus utama tidak melihat atau sengaja abai pada fakta bahwa sanksi yang dikenakan Amerika Serikat terhadap Venezuela berdampak kepada industri minyak bumi yang pada gilirannya berdampak pula kepada aset-aset yang dimiliki Venezuela di Amerika Serikat sebesar kurang lebih $7 milyar [1]. Selain itu, sanksi Amerika Serikat juga berpengaruh terhadap “krisis kemanusiaan” di Venezuela yang narasinya selalu diulang-ulang, yakni ketersediaan pangan dan obat-obatan yang semakin langka. ‘Krisis kemanusiaan‘ adalah dampak dari intervensi Amerika Serikat dan sekutunya, dan ini sengaja diabaikan oleh media-media arus utama itu karena mereka sengaja menyampaikan berita secara parsial [2].
Kepentingan Amerika Serikat untuk menundukkan Venezuela bukan hanya dilakukannya sendiri, melainkan didukung sekutu-sekutunya. Situs venezuelanalysis.com memaparkan bagaimana dunia terbelah menjadi dua: yang mendukung Maduro dan yang mendukung Guaido [3]. Dukungan internasional kepada Maduro masih lebih tinggi dibanding dukungan kepada boneka Amerika Serikat, Guaido, yakni 74% berbanding 25%. Meski demikian, tidak semuanya merepresentasikan pendapat Rakyat di Brasil, pemerintahan sayap-kanan Bolsonaro mendukung intervensi Amerika Serikat, berbeda dengan apa yang disuarakan rakyat Brasil yang terdiri dari berbagai gerakan sosial, serikat pekerja, dan mahasiswa, yang mendukung Maduro serta rakyat Venezuela.
Pada pertemuan tanggal 5 Februari 2019 kemarin, Rakyat Brasil membuat manifesto dukungan dan menyerukan kepada Amerika Serikat untuk menarik diri. Dukungan yang sama juga dilakukan oleh Organisasi Kiri Asia-Pasifik yang mengutuk segala bentuk intervensi Amerika Serikat dan bersolidaritas kepada rakyat Venezuela untuk mempertahankan kedaulatannya.
Untuk itulah kita juga harus ikut bersolidaritas kepada Rakyat Venezuela sebagai bagian dalam perlawanan terhadap imperialisme Amerika Serikat.
PETISI :
- Mengecam dan mengutuk intervensi Amerika Serikat terhadap pemerintahan Maduro dan Rakyat Venezuela, dan mendesak Amerika Serikat untuk menghentikan segala upaya intervensi terhadap Rakyat Venezuela.
- Mengecam manipulasi media nasional dan internasional atas situasi yang terjadi di Venezuela.
- Mendukung tiap upaya pemerintahan Maduro dan rakyat Venezuela untuk mempertahankan kedaulatan Venezuela.
- Tidak mengakui Juan Guaido sebagai Presiden, dan mengutuk upaya kudeta yang dilakukan kelompok oposisi.
- Menyerukan kepada Rakyat dunia, khususnya Rakyat Amerika Latin dan Amerika Serikat, untuk bahu-membahu melawan setiap upaya Amerika Serikat dan sekutunya yang mengintervensi negara lain.
- Mengajak seluruh Rakyat Indonesia untuk memperkuat solidaritas internasional bagi seluruh negeri yang sedang terjajah, yang akan dijajah, dan yang sedang berjuang melawan imperialisme-kapitalisme.
Bagi Kawan-Kawan yang ingin berpartisipasi memberikan solidaritas dengan ikut menandatangani petisi ini, silakan kirimkan nama individu/organisasi/komunitas ke nomor 081347166489 (Samudera) dan e-mail solidaritasrakyatinternasional@gmail.com selambat-lambatnya jam 00.00 WIB hari Senin, 4 Maret, 2019. Solidaritas Kawan-Kawan akan kami sampaikan kepada Telesur, Venezuelanalysis, dan media-media internasional lain yang juga berdiri di belakang Rakyat Venezuela. Bersama-sama kita tegas menyatakan dukungan kepada Rakyat Venezuela dan pemerintahan Nicolas Maduro. Bersama-sama kita melawan imperialisme dan menjadi bagian dari perjuangan internasional!
Indonesia, 26 Februari 2019
Catatan kaki:
[1] https://venezuelanalysis.com/analysis/14297 (“What’s the Deal with Sanctions in Venezuela, and Why’s It So Hard for Media to Understand?”)
[2] https://venezuelanalysis.com/analysis/14309 (“The BBC and Venezuela: Bias and Lies”)
[3] Lihat https://venezuelanalysis.com/analysis/14303 (“How Much International Supports Does Guaido Really Have?”)
Berikut ini daftar nama/organisasi/komunitas (disusun berurutan dari A-Z) yang turut serta mendukung perjuangan Rakyat Venezuela melalui petisi ini:
No | Nama/Organisasi/Komunitas |
---|---|
1 | Abdul Rosid (Federasi Buruh Transportasi dan Pelabuhan Indonesia - KPBI) |
2 | Ade Kenzo (Jamkes Watch) |
3 | Aditya Pratama (Komunitas Pencinta Alam Kerakyatan) |
4 | Akira Rostandi (Komunitas Ruang Bebas) |
5 | Aldi Winata (Capitalism Kills) |
6 | Ali Akbar Muhammad (Cakrawala Mahasiswa Yogyakarta) |
7 | Allan Aprianus Depari |
8 | Alviansyah Akbar |
9 | Ama Riantoby (Cakrawala Mahasiswa Yogyakarta) |
10 | Anastasia Regina |
11 | Andi Ibrahim Amiruddin (Forum Penggiat Alam Farmasi Sul-Sel) |
12 | Andreas Iswinarto |
13 | Anhar (DPD Pergerakan Pelaut Indonesia Sulsel) |
14 | Anindita Atmaja |
15 | Annisa Nurul Jannah |
16 | Anshar (Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi) |
17 | Anzhal (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) |
18 | Aris Panji Irianto |
19 | Arlandy Ghiffari (Studen Sarekat Demokratik) |
20 | Arthur Robert J. Simbolon (Pengajar) |
21 | Asbar |
22 | Aulia Rizal (Pengacara Publik LBH Padang) |
23 | Ayu Nuzul |
24 | Bambang Utomo (Advokasi SP Danamon) |
25 | Bima Andra S. (Aksi Kaum Muda Indonesia) |
26 | Boni Ambarita (Aksi Kaum Muda Indonesia) |
27 | Budi Wardoyo |
28 | Clamber Bandung |
29 | Darmawansyah (Jaringan Kerja Mahasiswa Kerakyatan) |
30 | Dimas Prayoga (Akademi Kerakyatan) |
31 | Dina Saputri (Sejarah Bergerak UNJ) |
32 | Domin Dhamayanti |
33 | Eddy Susilo |
34 | Edo Hia |
35 | Enggar Giovani |
36 | Erza Kurnia Dwi Putranto (Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara UNY) |
37 | Fahrisal (Cakrawala Mahasiswa Yogyakarta) |
38 | Fajar Islami (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Kom. UNINDRA) |
39 | Fajrin Rusli (Pangkalan Joger) |
40 | Fatma Susanti |
41 | Fauzi Fadhlurrahman (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia UNAND) |
42 | Federasi Mahasiswa Kerakyatan |
43 | Firnalisa Husen Habibi (Norma Rae) |
44 | Front Mahasiswa Demokratik - Sentra Gerakan Mahasiswa Kerakyatan |
45 | Garda Sembiring (Keluarga Besar Rakyat Demokratik) |
46 | Ginda Sari Dg Lu' (Pangkalan Joger) |
47 | Gun Gun Gunawan |
48 | Haji Limbong (Cakrawala Mahasiswa Yogyakarta) |
49 | Harfani (Aksi Kamisan Bukittinggi) |
50 | Haryadinur |
51 | Hasyim Ilyas |
52 | Herdiansyah Hamzah |
53 | Heri Sugiri (Serikat Pekerja - Awak Mobil Tangki Pertamina) |
54 | Ibnu Rangga Hermawan (Ikatan Petani Holtikultura Indonesia DPW Banten - Jabar) |
55 | Ida Ayu Wulan Purnama Sari (Norma Rae) |
56 | Ikahlasy Anugrah Marhami |
57 | Ilham Desri |
58 | Imtitsal Nabibah (Sejarah Bergerak UNJ) |
59 | Indri Galus (Perempuan Kritis) |
60 | Inggrid Silitonga (Indonesia untuk Kemanusiaan) |
61 | Irfan (Solidaritas Perjuangan Mahasiswa untuk Demokrasi) |
62 | Isra Nurpadillah |
63 | Jaenul Anwar |
64 | Jaringan Muda Setara |
65 | Jostianto |
66 | Junaidi Jauhar (Cakrawala Mahasiswa Yogyakarta) |
67 | Kiri Sosial |
68 | Luthfi Andriawan |
69 | M. Afif (Sekjend SP Danamon) |
70 | M. Yusuf Ramadhan (Studen Sarekat Demokratik) |
71 | Malik Fery Kusuma (Aktivis HAM) |
72 | Mardi Balamo (Front Mahasiswa Kerakyatan Makassar) |
73 | Maria Yuno |
74 | Masinah Dhede (Cakrawala Mahasiswa Yogyakarta) |
75 | Melkias Kia (Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi) |
76 | Merah Johansyah (Aktivis Lingkungan Hidup) |
77 | Michael Jarda |
78 | Moh Taqi Syariati |
79 | Muh. Imam Hidayat (HMI Komisariat Syariah & Hukum UIN Alauddin Makassar) |
80 | Muhammad Al-Fayyadl (Islam Bergerak) |
81 | Muhammad Fajar Ar (Front Mahasiswa Kerakyatan) |
82 | Muhammad Farhan (Sejarah Bergerak UNJ) |
83 | Muhammad Ihsan Kamil (Sekolah Mahasiswa Progresif) |
84 | Muhammad Ramadhan (Aksi Kaum Muda Indonesia) |
85 | Muhammad Syahfizwan (Front Mahasiswa Kerakyatan Makassar) |
86 | Muhammad Yusuf Fajar |
87 | Muhammah Rizky Suryana (LPM Didaktika UNJ) |
88 | Nico D. Alfian (Aksi Kaum Muda Indonesia) |
89 | Nurul Annisa Nabila Nur (Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu UNIMERS) |
90 | Petrus Putut Pradhopo Wening |
91 | Purnama Sandy (Capitalism Kills) |
92 | Qory Dellasera |
93 | Rachmat Rizqa |
94 | Rajek Ghostreet's |
95 | Rassela Melinda |
96 | Reza Muharam (Aktivis HAM/Perhimpunan IPT '65) |
97 | Rhyno Reyhan Djawas (Serikat Pekerja PT Makassar Terminal Service) |
98 | Ridwan Akmal (Jager UNJ) |
99 | Rifdi Clara (Akademi Kerakyatan) |
100 | Rumah Pengetahuan Daulat Hijau |
101 | Santi The (Front Mahasiswa Nasional) |
102 | Saut Situmorang (Penyair tinggal di Yogyakarta) |
103 | Sekolah Rakyat Bukittinggi |
104 | Serikat Pekerja - Awak Mobil Tangki Pertamina |
105 | Soni Muhammad Ridwan |
106 | Sri Maryanti |
107 | Sri Palupi (The Institute for Ecosoc Rights) |
108 | Stefanus Willa (Aktivis Buruh Bogor) |
109 | Sulez Escariot (Jaringan Kerja Mahasiswa Kerakyatan) |
110 | Sumatera Senja Padangpanjang |
111 | Sunarno (Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia) |
112 | Suryani (Aksi Kaum Muda Indonesia) |
113 | Taufik Tan Panghulu |
114 | Tri Muhammad Husdi (Cakrawala Mahasiswa Yogyakarta) |
115 | Tri Puspital (Koalisi Korban PHK PT. Freeport Indonesia) |
116 | Tubagus Fikram Al-Bantani (Koor, Perpus Jalanan Rangkasbitung) |
117 | Tuty Kastury (Serikat Perempuan Indonesia) |
118 | Vera Anggraeni Dewi (Komunitas Pecinta Sastra dan Literasi) |
119 | Veronica Koman |
120 | Villarian Burhan (Aktivis Mahasiswa Ciputat) |
121 | Virtuous Setyaka |
122 | Wanda Pratama |
123 | Wanggi Hoed |
124 | Wilson (Ikatan Orang Hilang Indonesia) |
125 | Yoga Alfiansyah (Capitalism Kills) |
126 | Yudi N. (Aktivis Buruh Pulo Gadung) |
127 | Yulia Arsa (Ikatan Perempuan Keluarga Buruh Migran Indonesia) |
No comments
Post a Comment