PROVOKASI SAYAP KANAN DI VENEZUELA: BAGIAN PERTAMA
Demonstrasi Rakyat Pro dan Anti-Maduro
Membanjiri Caracas Venezuela ditengah Kekerasan Oposisi yang Mematikan
Caracas, 19 April 2017 - Pada
hari Rabu ratusan ribu rakyat Venezuela pro dan anti-pemerintah secara masif tumpah
ke jalan-jalan malukakan demontrasi pada hari kemerdekaan negara tersebut.
Ribuan orang berpakaian merah merupakan pendukung Presiden Nicolas
Maduro, mereka bergerak secara terpisah di empat titik yang
berujung pada demonstrasi massal di sepanjang jalan raya Bolivar, di pusat kota
Caracas.
“Saya di sini untuk mendukung
Revolusi—karena saya mencintai negara saya, saya adalah seorang Chavista, saya
mendukung Chaves dan Maduro, dan saya ingin hal itu didengar oleh AS, Eropa dan
seluruh dunia sehingga mereka tidak bisa mengakatan ini adalah pertunjukan,
bahwa kami memiliki jumlah, bahwa kami dibayar untuk berada di sini. Tidak, ini
adalah kesungguhan.” Kata seorang peserta demo kepada Venezuealanalysis.
Demostrasi pro-pemerintah tersebut muncul menanggapi serangkaian pernyataan yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri AS dan 11 negara tetangga yang memberi peringatan kepada pemerintahan Maduro untuk “menjamin hak melakukan demonstrasi damai”. Caracas mengutuk pernyataan tersebut sebagai ”upaya intervensi” dengan tegas mempertanyakan otoritas moral dan hukum Washington dan sekutu regionalnya terhadap campur tangan urusan internal Venezuela.
Banyak yang menghadiri
demonstrasi Rabu itu, begitu juga yang menyatakan dengan tegas menolak
intervensi asing.
“Di sinilah, kami berada pada
demonstrasi anti-imperialis terbesar dalam sejarah Venezuela. Imperialis
Amerika Serikat telah memberikan banyak kerugian dan kami menghadapi kelompok
oposisi saya-kanan yang ingin menggulingkan pemerintahan terpilih secara sah.
[tetapi] di sini kami yang berada di jalanan, siap memberikan segalanya
termasuk hidup kita untuk mencegah agar sepatu-sepatu Amerika Serikat tidak
menyentuh tanah kita.” tagas Yesus Pinto, Sekretaris Jenderal Nasional untuk Gerakan
Revolusier Nasional Tupamaros.
Setimen anti-intervensionis yang
kuat telah tercemin dari jajak pendapat (angket) baru-baru ini oleh pengumpul
suara independen, Hinterlaces, yang telah menemukan 76 percent orang Venezuela
menentang intervensi internasional untuk menyingkirkan Presiden Maduro.
Sementara itu, ribuan dari pihak
oposisi berbaris dari Plaza Francia dibagian timur tempat orang-orang kaya di
kotamadya Chacao, Caracas, menuju kantor Ombudsman Nasional di pusat kota,
meskipun tidak memiliki izin dari Walikota El Liberador, Jorge Rodriguez.
Pemerintah secara konsisten
menolak izin bagi kelompok pendukung oposisi untuk berjalan menuju bagian barat
kotamadya El Libertador, Caracas, dimana semenjak kudeta (berlangsung tidak
lama) yang dipimpin oleh oposisi pada tahun 2002, dipicu oleh demonstrasi
anti-pemerintah yang dialihkan ke Instana Kepresidenan Miraflores itu
meniggalkan 19 orang tewas ditangan penembak jitu pihak oposisi.
Demonstrasi itu serukan oleh
koalisi oposisi sayap-kanan Partai Demokrat Bersatu (MUD), yang mana telah mengajukan
permintaan campur tangan pemerintah, mulai dari penyelenggaraan pemilu daerah
yang ditunda dan mengizinkan bantuan kemanusiaan untuk menyingkirkan pengadilan
Mahkamah Agung dan mengadakan pemilihan presiden yang ketat setahun lebih cepat
dari jadwal.
Bentrok dengan pihak berwenang
kemudian terjadi saat para demontran mengambil jalan raya Francisco Fajardo
dalam upaya untuk mencapai bagian barat ibukota yang yang lebih pro pemerintah.
Beberapa pendukung oposisi
menyerukan kepada komunitas Internasional untuk membantu mengamankan “penggantian
pemerintahan” di negara Amerika Selatan.
“Apa yang saya inginkan adalah
supaya demonstrasi hari ini menjadi kuat, sehingga masyarakat internasional
melihat bahwa kami dapat menyingkirkan orang-orang ini [pemerintahan Maduro]
karena orang-orang ini tidak akan pergi dengan damai, biarkan masyarakat
innternasional memaksa pemilu sehingga ada Penggatian pemerintahan demi
kesejahteraan rakyat, “kata pengacara Carlos Alberto Galeano kepada
Venezuelanalysis.
Tuntutan maksimal yaitu
memaksakan pemilihan presiden sebelum waktunya telah semakin populer di
kalangan kelompok-kelompok basis oposisi.
Kantor Kejaksaan Venezuela telah mengindikasikan bahwa sebanyak 62 orang terluka di seluruh negeri dalam perjalanan mobilisasi hari tersebut. Tiga orang lagi terbunuh dalam berbagai insiden yang tidak terkait dengan demonstrasi hari Rabu.
Bersambung ke bagian II
Kekerasan Yang Mematikan
Menurut Jaksa Penuntut Umum Venezuela, sebanyak 312 orang ditahan selama demontrasi kelompok oposisi, yang sekali lagi melihat demonstran bertopeng mendirikan penghalang jalan, merusak kantor penajabt publik, dan melanarkan serangan mematikan terhadap petugas keamanan negara dan peninjau.
Ombudsman Nasional Tarek William Saab telah mengkorfirmasi bahwa seorang sersan Garda Nasional, Neumar Jose Sanciemente (usia 28). Ditembak dan dibunuh oleh “penembak jitu” pada Rabu malam “di tengah demonstrasi yang disertai kekerasan di kotamadya Las Salias” di negara bagian Miranda. Selain itu, Coronel Juan Arias juga terluka saat kekerasan yang terjadi sejak dini hari ditengah kutukan penduduk setempat.”
Pembunuhan Sersan Sanclemente menambah jumlah total korban yang tewas dalam demonstrasi anti-pemerintah baru-baru ini selama tujuh pekan, termasuk dua demonstran yang terbunuh oleh polisi dan dua orang yang tertembak mati oleh demonstran bersenjata.
Dalam insiden lain, situs berita Venezuela La Iguana melaporkan bahwa seorang petugas Polisi Bolivarian Nasional yang jatuh dari motornya diserang oleh demonstran yang diduga merontokkan empat giginya.
Di pusat kota Caracas, Almelina Carrillo, 47 tahun, berada dalam kondisi kritis setelah dilaporkan bahwa kepalanya tertimpa botol air beku yang dilempar dari sebuah gedung apartemen di dekat pusat kota Caracas. Seperti yang terungkap oleh cuplikan video, wanita tersebut sedang dalam perjalanan menuju tempat kerja saat itu dia dipukul oleh benda tumpul yang diasumsikan terlempar tidak jauh dengan barisan demonstrasi pro-pemerintah.
Juru bicara Chavista menyalahkan oposisi atas insiden tersebut, sambil menunjukkan sebuah tweet oleh jurnalis surat kabar sayap kanan El Nacional dan profesor dari Universitas Pusat Venezuela, Tulio Hernandez, yang mendorong para pengikutnya untuk "menetralisir" pendukung pemerintah, mengarahkan untuk menggunakan benda tumpul. Seperti "pot bunga" sebagai senjata.
Menanggapi penyebaran milisi Bolivarian yang diperintahkan Presiden tersebut sebagai bagian dari latihan sipil-militer nasional untuk melindungi keamanan nasional yang dikenal sebagai Plan Zamora, Hernandez menulis pada Selasa malam, "Jika setiap demokrat Venezuela menetralisir anggota Plan Zamora, mereka kalah dengan milite. Bahkan tanaman bunga tidak cukup banyak."
Kantor Kejaksaan Venezuela telah mengindikasikan bahwa sebanyak 62 orang terluka di seluruh negeri dalam perjalanan mobilisasi hari tersebut. Tiga orang lagi terbunuh dalam berbagai insiden yang tidak terkait dengan demonstrasi hari Rabu.
Carlos José Moreno, 17 tahun, tertembak di kepala sekitar pukul 11:00 di San Bernardino, salah satu lingkungan paling berbahaya di Caracas. Dia dilarikan ke rumah sakit terdekat dimana dia kemudian meninggal saat operasi.
Anggota keluarga korban mengonfirmasi bahwa Moreno bukanlah seorang pemrotes dan kematiannya tidak terkait dengan demonstrasi di dekatnya. Jaksa Penuntut Umum Venezuela telah memerintahkan Jaksa Wilayah Metropolitan Caracas, Farik Mora Salcedo untuk menyelidiki insiden tersebut.
Sementara itu, di negara bagian Tachira, pihak berwenang sedang menyelidiki kematian Paola Andreina Ramirez, 22 tahun, yang meninggal karena luka tembak di dada. Menurut Ombudsman Nasional Tarek William Saab, pelakunya adalah Ivan Alexis Pernia, dan telah ditahan oleh pihak berwenang di San Cristobal serta telah mengakui kejahatan tersebut. Pengusaha berusia 31 tahun tersebut dilaporkan menembaki pengendara sepeda motor dari apartemennya saat dia menembak secara tidak sengaja membunuh Ramirez. Jaksa Penuntut Umum Venezuela telah mengumumkan bahwa orang itu akan segera didakwa oleh jaksa setempat.
Menteri Dalam Negeri Nestor Reverol menyatakan bahwa Pernia adalah anggota aktif Maria Corina Machado di partai Vente Venezuela, meskipun kelompok ultra-kanan menolak tuduhan tersebut. Tetangga korban telah memberi tahu El Nacional bahwa Ramirez tidak berpartisipasi dalam demonstrasi anti-pemerintah setempat.
Di Ciudad Guayana, ibukota negara bagian Bolivar, Euribe Ventura yang berusia 25 tahun, ditikam dan dibunuh dalam usaha percobaan perampokan mobil. Meskipun ada pernyataan dari juru bicara oposisi bahwa Ventura terbunuh dalam sebuah demonstrasi, surat kabar Correo de Caron setempat telah mengkonfirmasi bahwa kematian tersebut "tidak terkait dengan demonstrasi di Guayana".
Bersambung ke bagian II
No comments
Post a Comment