Kiri Sosial membuka ruang bagi kawan-kawan yang ingin berkontribusi pada Kirisosial.blog. Kami menerima kontribusi dalam bentuk artikel terjemahan yang memuat tentang inspirasi gerakan yang partisipatif atau tentang inspirasi persatuan. Silahkan kirim terjemahan anda melalui inbox FB atau kirim melalui kirisosial@gmail.com. Terimakasih

Watak Krisis dan Persoalan di Brasil (bagian terakhir)



sambungan dari bagian kedua

perhatian: saat membaca teks ini bila bertemu [cacatan kaki] agar bisa langsung membacanya agar membantu memperjelas
Berakhinya pembiayaan kampanye pribadi adalah masalah serius bagi aturan main New Republic yang baru. Meningkatnya penolakan rakyat terhadap politisi, partai tradisional dan politik institusional merupakan gejala krisis


Sistem politik yang Tak Berfungsi

Karena ini adalah bagian dari kerangka umum krisis nasional, krisis sistem politik dari Republik Baru yang mendalam. Sistem ini tidak lagi berfungsi seperti sebelumnya, menjadi gagap dan stumban; juga yang secara historis kombinasi ini ditentukan oleh lembaga oligarki-republik yang memberi kekuatan terhadap dominasi kaum borjuis di Brasil sejak 1985, dan resmi sejak Konstitusi 1988, menimbulkan masalah bagi mereka yang mensponsorinya. Sistem atau rezim ini didasarkan pada sebuah presidensialisme berbasis koalisi (di mana partai tidak dapat memerintah sendiri), didukung oleh sebuah Kongres yang selalu sangat beragam (33 partai, jumlah terbesar di dunia Barat!), Di mana ada yang merajalela, seperti yang dikatakan Plinio (kaum tua) [46], hukum "dibawa ke sini, diberikan di sana" (amandemen parlemen, pembelian suara, perdagangan suara, dll.); atau menurut perkataan seorang baron pendeta [47], "memberi dan mengambil", semua anggota parlemen telah dipilih dalam kampanye yang dibiayai dengan modal swasta. Dalam sistem ini "partai" tidak pernah menjadi partai melainkan tempat pertemuan para bos-bos organisasi regional, yang disebut PMDB, yang selalu memainkan peran sentral. Hal ini menyebabkan analis politik Mark Noble menyebutnya rezim "pemedebist".

Berakhinya pembiayaan kampanye pribadi adalah masalah serius bagi aturan main New Republic yang baru. Meningkatnya penolakan rakyat terhadap politisi, partai tradisional dan politik institusional merupakan gejala krisis. Ini adalah masalah modal yang berisi kombinasi yang omong kosong dan untuk meraup kekayaan dengan ilegal, masalah itu telah terpapar di publik selama dua tahun dan itu persentase yang sangat tinggi dari perwakilan yang terpilih telah menajdi terdakwa atau disebut dalam pengaduan terbuka Lava Jato. Peran yang semakin otonom, kadang-kadang protagonis, yang dimainkan oleh pengadilan yang kehilangan wibawa juga eksekutif dan kongres yang lamban, merupakan masalah serius bagi fungsinya. Inilah yang hampir mematikan unsur rezim tersebut, sementara institusi-institusinya berusaha menemukan solusi untuk suksesi Temer, dan ketika dia dengan keras kepala berpegang teguh pada kekuasaan, namun 95 persen penduduknya menginginkan pemilihan langsung.



Krisis Nasional VS Krisis Revolusioner

Mari kita ingat kembali, krisis nasional bukanlah "krisis revolusioner". Gagasan yang paling terkenal, yang dikembangkan oleh Lenin dalam tulisannya The Collapse of the Second International (Kebangkrutan Internasional Kedua), adalah sebagai berikut:

"(1) Tidak mungkin bagi kelas penguasa untuk mempertahankan kekuasaan mereka dalam bentuk yang tidak berubah ... (2) Kemarahan, yang lebih dari biasanya, kesengsaraan dan penderitaan kelas tertindas.3) Yang paling ditekankan, untuk alasan yang diberikan di atas , dari aktivitas massa (...), menuju tindakan bersejarah yang independen."

Bagitu jelas bahwa elemen ketiga tersebut tidak ada di Brasil, setidaknya sampai sekarang. 

Mari kita ingat kembali beberapa contoh yang hampir mendekati krisis revolusioner: selama krisis revolusioner di Caracazo, Venezuela (1989) berlangsung, yang telah membuka situasi revolusioner, menyebabkan pemberontakan dari wilayah miskin di kota-kota di Venezuela selama beberapa hari secara tiba-tiba dan tak terencana. Di bawah pemerintahan Siles Suazo, Bolivia (tahun 1982-1985) mengalami beberapa krisis revolusioner berturut-turut. Hubungan kekuatan pada umumnya sangat menguntungkan bagi orang-orang yang dieksploitasi dan yang tertindas, dan secara umum (ini tidak terjadi di Caracazo dengan spontan), mereka diorganisir oleh lembaga-lembaga independen mereka sendiri. Umumnya, hampir selalu begitu, sebuah kekosongan kekuasaan diciptakan selama beberapa hari.

Bagi Marxisme, tidak ada situasi revolusioner atau pra-revolusioner ataupun krisis revolusioner yang dapat terjadi di bawah tindakan dan kehendak sektor sosial selain kelas pekerja dan sekutu mereka yang dirampas, yang berani dan terorganisir secara independen. Tidak ada bukti untuk mendukung tesis situasi pra-revolusioner yang dibuka oleh Lava Jato [48].

Inilah sebabnya mengapa ‘simpul Gordian’ dari krisis Brasil adalah ketidakseimbangan antara kedalaman krisis tersebut dan kesalinghubungan terhadap dimensi krisis tersebut – kelemahan serangan dan pengorganisasian orang-orang dari bawah . Kebangkitan baru perjuangan pada bulan Maret sampai sekarang sangat luar biasa; Pemogokan besar pada tanggal 28 April adalah kemenangan gemilang, kita harus bekerja keras untuk keberhasilan pemogokan pada 30 Juni dan dengan mobilisasi baru juga aksi publik massa melawan reformasi. Kecepatan pemulihan bisa belipat-lipat lebih cepat dan situasinya bisa menjadi sangat tegang karena serangan terhadap yang di bawah. Tapi kita harus mulai dari kenyataan dari hubungan kekuatan-kekuatan, setelah kekalahan kudeta 17 April 2016 (tapi tetap harus diakui bahwa kudeta itu ada), setelahnya mulai dengan memperbarui dan gerakan massa di Brazil masih memiliki beban birokrasi serikat pekerja seperti pada sayap kanan (terutama Força Sindical); Lulopetist (CUT, MST); Dan terkait dengan PCdoB (UNE, CTB) [49]. Dan kita akan membutuhkan lebih banyak kekuatan dan daya tempur untuk menjatuhkan reformasi.



Yang memperbedakan politik dari sosial

Ada di sekitar kita, dalam gerakan sosial dan di PSOL, antara lain banyak arus dan kamerad-kamerad yang tidak terorganisir, terbentuk saat kekalahan petisme, yang memperkacaukan politik dengan sindikalisme atau "gerakanisme". Mereka benar-benar percaya (setidaknya orang-orang termuda) bahwa slogan seperti "pemogokan umum 48 jam" atau "membangun dewan pekerja" – seperti yang diserukan PSTU [50] - adalah solusi politik. Seakan kata-kata ini lebih radikal daripada proyek demokrasi ditujukan melawan rezim tersebut. Bagi mereka, menyatakan solusi di wilayah institusional merupakan institusional-isme, pemilu-isme. Ini meniadakan keseluruhan dari tradisi, metode hingga program peralihan. Ini tidak mengungkapkan apapun untuk saat ini tentang arus mereka, seperti MES, CST [51], LS [52], LRP [53], yang sama sekali tidak mementingkan kenyataan bahwa telah terjadi kudeta, atau bahkan menyangkal bahwa kudeta itu ada, maupun giliran yang tidak menguntungkan dalam hubungan kekuatan pada tahun 2016, dan yang cenderung memberi tanda persamaan antara pemerintah Lulopetist dan yang sekarang, sehingga bermain-mata dengan hak anti-korupsi .

Tanpa mempertentangkan dengan cara apapun dukungan dan partisipasi kita dalam perjuangan dan pemogokan, kita memerlukan solusi mengenai jalan sejati untuk politik radikal, meradikalisasi demokrasi borjuis sedemikian rupa sehingga kaum borjuis zaman oligopolistic (monopoli pasar) tidak dapat mendukungnya, karena hal itu tidak demokratis. Dan masih kurangnya fraksi borjuasi global di Brazil, yang asal-usul dan praktiknya terletak pada perbudakan dan oligarki, dan yang secara fundamental menentang partisipasi rakyat. Ini adalah isu-isu yang didasarkan pada sejarah belakangan ini, yang diingat oleh pekerja dan rakyat, dan hubungan yang nyata antara kelas-kelas di Brazil.

Kontribusi khusus Lenin terhadap politik revolusioner adalah penegasan sentralitas perjuangan politik dan yang membedakannya dari perjuangan sosial. Inilah yang di analisa oleh Daniel Bensaïd: "Segalanya membuat Lenin mengerti bahwa politik memiliki tata bahasa dan ilmu kalimat sendiri. Politik merupakan tempat penjabaran, penyemangat, penggambaran, di mana politik merupakan suatu pertanyaan untuk menyajikan apa yang tidak ada." [54].

Perjuangan sosial menuntut agar kita tetap teguh dan terorganisir dengan sebaik mungkin di kantung-kantung pembangunan pemogokan umum baru-baru ini pada 30 Juni. Pertarungan sosial menuntut agar kita memobilisasi golongan kita, kelompok inti PSOL yang kita susun dan basis rakyat kita, serikat pekerja dan mahasiswa kerakyatan, untuk terus berjuang melawan kontra-reformasi besar tersebut dengan pemogokan, blokade dan bentuk-bentuk mobilisasi lainnya. Semua ini mencegah kita untuk tidak memiliki slogan politik untuk merespon kehendak para pekerja, kaum muda, wanita dan orang-orang LGBT yang menolak kesimpulan-kesimpulan sementara tentang pemilu presiden yang tidak langsung dan menanyakan kepada kita setiap hari – apa kita akan memilih presiden jika pemilihan langsung diadakan.




Pentingnya kampanye Diretas Já (Pemilu Langsung)

Terlepas dari kerapuhan Temer dan pembagian kaum borjuis, kita tidak berada pada titik keruntuhan pemerintah, apalagi hasil positif pemilihan langsung untuk kepresidenan Republik. Ada banyak sekali tanda-tanda negosiasi antara perwakilan politik kaum borjuis, yang secara jelas memasukkan Lula sebagai salah satu protagonis, dan mengenai kesepakatan luas untuk pemilihan tidak langsung dan penggantian Temer oleh masa transisi jabatan "persatuan nasional".

Termasuk dalam kesepakatan ini adalah keberlanjutan, meski hanya sebagian dan tertundanya pelaksanaan rencana penyesuaian. Menjatuhkan Temer merupakan langkah awal untuk menimbulkan kekalahan dalam kontra-reformasi. Sayangnya, salah satu hambatan utama dalam garda depan terhadap perluasan gerakan Diretas Jà (pemilu langsung) adalah prasangka dan kesalahpahaman sebagian kiri sosialis mengenai peran sentral slogan ini. Dengan menentang pertahanan Diretas Jà, PSTU, CST / PSOL, LS, LRP dan kelompok lainnya pada baris yang sama menyatakan bahwa itu posisi buruk yang mereka ambil dalam dinamika situasi ini. Tidak melihat atau tidak menganggap penting apa yang terjadi di medan hubungan kekuatan antara kelas dengan kudeta institusional tahun 2016, kamerad-kamerad ini terus memberi tanda yang sama antara Dilma dan Temer dan mengekspresikan apa yang mereka harus ekspresikan, jika tidak ada yang terjadi: menurut mereka, siapa yang akan memerintah atau yang berhenti memerintah itu tidak penting.

Itu bukan apa yang kita pikirkan, dan bukan itu yang kita katakan. Bagi kami, yang sangat mendasar bahwa Temer harus jatuh dan penggantinya dipilih oleh rakyat.


Pemilu Langsung, Sekarang !



19 Juni 2017***Ana Critina Carvalhaes (journalis, anggota eksekutif PSOL – Rio de Janerio) dan Jose Correa Leite (akademisi, anggota sekretariat dan Dewan Indternasional Forum Sosial Dunia, anggota Komite Internasional di Internasional Keempat) keduanya juga bagian dari kepemimpinan Insurgência, tendensi dari Partai Kebebasan dan Sosialisme (PSOL) yang merupakan bagian dari Internasional Keempat, bagian Brasil.


Artikel ini pertama kali diterbitkan di situs Insurgência: http: //www.insurgencia.org/%E2%80%8 ...



catatan:

[46] Plínio Arrudo Sampaio (1930-2014), adalah salah satu intelektual yang paling dihormati dari kiri sosialis yang beragama Kristen. Dia adalah kandidat PSOL ke jawatan presiden Republik pada tahun 2010 (menerima 0,87 persen suara). 

[47] Istilah ini mengacu pada anggota parlemen yang kurang terkenal, yang memiliki sedikit pengaruh nasional namun seringkali sangat kuat secara lokal, dan yang hanya melakukan intervensi terhadap isu-isu yang berkaitan dengan klien lokal mereka.. 

[48] Pada akhir Mei, pimpinan nasional MES menegaskan bahwa "kita memiliki hampir semua unsur-unsur situasi pra-revolusioner di negara kita". 

[49] Serikat buruh Brasil mengambil banyak bentuk. Força Syndicale (Serikat Buruh Perdagangan), yang didirikan pada tahun 1991 untuk menciptakan oposisi neo-liberal terhadap serikat buruh perjuangan kelas, dipimpin oleh Paulo Pereira da Silva, seorang metallurgist yang menjadi wakil kanan tengah. Konfederasi Pekerja Bersatu (CUT) didirikan pada tahun 1983 oleh para militan PT untuk menyatukan serikat buruh. Memang, meski birokratisasinya, kekuatan serikat buruh utama. Gerakan Petani Tak Bertanah (MST) adalah organisasi petani Brasil; Untuk waktu yang lama itu radikal, tapi tidak mau pisah dengan PT saat berkuasa di pemerintahan. Serikat Pelajar Nasional (UNE) menuntut kebijakan dengan "dialog dan tekanan" di bawah pemerintahan Lula. Konfederasi Pekerja Brasil (CTB) didirikan pada tahun 2007, terutama dengan membubarkan serikat pekerja dari CUT. 

[50] Partai Pekerja Sosial Bersatu (PSTU) didirikan pada tahun 1994 oleh militan Konvergensi Sosialis yang dikeluarkan dari PT. Ini adalah bagian dari Liga Pekerja Internasional (LIT) dan menempatkan dirinya dalam tradisi Trotskyis Nahuel Moreno. Aktivisnya mengorganisir konfederasi serikat pekerja agresif /Conlutas. PSTU baru saja pecah: sebagian kepemimpinan nasionalnya membentuk Gerakan Alternatif Sosialis dan Independen (MAIS). 

[51] The Socialist Workers 'Current/Arus Pekerja Sosialis (CST), yang muncul dari perpecahan dalam Pertemuan Sosialis pada tahun 1992, sebuah kecenderungan didalam PSOL. CST adalah bagian dari Kesatuan Pekerja Internasional, pecahan dari LIT, dan juga terletak pada tradisi Trotskyis Nahuel Moreno. 

[52] Socialist Struggle (LS) arus dari PSOL. 

[53] Liberty and People’s Revolution (LRP) arus dari PSOL. 

[54] Daniel Bensaïd, "Lénine, ou la politique du temps brisé", http://danielbensaid.org/Lenine-ou-...

No comments

Powered by Blogger.