Dia : Subcomandate Marcos
Subcomandate Marcos, 1996 |
Subcomandante Marcos: Pemimpin Perlawanan Zapatista , Meksiko
1 Januari 1994 tidak diragukan lagi merupakan salah satu tanggal paling monumental dalam sejarah Meksiko.
Itu adalah hari ketika Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara, NAFTA, mulai berlaku. Yang menetapkan perjanjian perdagangan tiga negara antara Meksiko, Amerika Serikat dan Kanada. Implementasi dari kesepakatan tersebut melicinkan jalan bagi neoliberalisme di wilayah miskin benua itu.
Ini juga merupakan hari ketika Tentara Pembebasan Nasional Zapatista, yang juga disebut sebagai Zapatista, mengumumkan perang melawan pemerintah pro-NAFTA Meksiko. Dipandu oleh pandangan-pandangan anti-neoliberal, anarko-komunis dan masryarakat adat, Zapatista menghidupkan kembali perjuangan melawan kapitalisme global yang pada saat itu dianggap sebagai "yang terbaik dari semua sistem yang mungkin terjadi."
Lebih jauh lagi, tepat pada hari itulah dunia mengenal Rafael Sebastian Guillen Vicente, yang lebih dikenal dengan nama perangnya, Subcomandante Marcos. Dengan mengenakan topeng ski hitam, pipa tembakau dan senapan, pemimpin gerilyawan Zapatista secara terbuka bersumpah untuk mengalahkan NAFTA dan neoliberalisme bersama gerakan pemberontakan masyarakat adat yang dipimpinnya.
"Kami, Zapatista, menegaskan bahwa globalisasi neoliberal adalah perang penaklukan seluruh dunia, perang dunia, perang yang dilancarkan oleh kapitalisme untuk mendominasi dunia" Marcos dan Zapatista mengatakan dalam deklarasi mereka.
Marcos lahir pada tanggal 19 Juni 1957 di Tampico, Tamaulipas dari keluarga kelas menengah, seperti yang dia gambarkan sendiri. Ayahnya, Alfonso, adalah seorang pemilik usaha kecil dan guru sekolah dasar yang mampu membiayai studinya sepanjang karir pendidikannya.
Setelah lulus dari Tampico Cultural Institute, yang dikelola Yesuit, Marcos pindah ke Mexico City untuk belajar filsafat di National Autonomous University of Mexico, UNAM, sebuah institusi pendidikan tinggi yang paling bergengsi di negara tersebut.
Pada saat belajar di UNAM, Marcos sangat aktif terlibat dalam kelompok mahasiswa dan lingkar studi Marxis, yang memperkuat keyakinannya dalam membela para pekerja dan masyarakat tertindas.
Setelah menyelesaikan studinya, dia mulai mengajar filsafat di Autonomous Metropolitan University, di mana dia bergabung dengan Angkatan Bersenjata Pembebasan Nasional Maois, FLN, sebuah kelompok militan.
Peralihan Marcos dari seorang akademisi menjadi pejuang bersenjata dimulai pada tanggal 2 Oktober 1968, ketika lebih dari 400 pelajar dan warga sipil dibunuh oleh polisi dan militer Meksiko, yang dikenal sebagai pembantaian Tlatelolco. Para pelajar dan warga sipil yang terbunuh itu sedang mengadakan demonstrasi damai memprotes pemerintah Meksiko karena tindakan respresif terhadap demonstrasi pelajar sebelumnya, yang mengangkat isu represi negara dan korupsi.
Dalam upaya untuk menekan "agitator komunis" menjelang Olimpiade Musim Panas 1968 di Mexico City, aparat keamanan Meksiko membunuh para pemrotes tersebut. Saat ini, insiden tersebut dianggap sebagai pilar utama perang kotor di Meksiko, sebuah pengorganisiran aksi-aksi kekerasan terhadap gerakan rakyat kiri - yang mencontoh mitranya dari Amerika Selatan.
Pembantaian Tlatelolco memiliki dampak yang luar biasa pada Marcos, yang makin dalam telibat pada aktivitas FLN bawah tanah yang bertujuan untuk menggulingkan negara Meksiko dengan "perang rakyat".
Pada awal 1980an, Marcos meninggalkan kehidupannya yang relatif nyaman di Mexico City untuk mengorganisir perjuangan bersenjata di hutan Amerika Tengah. Setelah gagal merekrut orang-orang miskin dari suku Maya di Chiapas untuk menggulingkan negara bagian Meksiko dan kelas penguasa, dia dilaporkan pindah ke Nikaragua. Di sana, dia membantu Front Pembebasan Nasional Sandinista Marxis-Leninis, atau Sandinistas, dalam perjuangan melawan sayap kanan-Contras yang didukung A.S. dengan menggunakan nama perang "El Mejicano," atau "Orang Meksiko."
Pada akhir 1980-an, Marcos kembali ke Chiapas, dia menata ulang FLN menjadi Pasukan Pembebasan Nasional Zapatista yang modern. Dia dikatakan telah menerima banyak pelajaran dari Sandinista dan Front Pembebasan Nasional Salvaroran Farabundo Marti, FMLN.
Dengan menggabungkan strategi perang gerilya Sandinista dan FMLN, Marcos mulai mempersiapkan Zapatista untuk melancarkan perang habis-habisan melawan negara Meksiko sebagai respon atas semakin dalamnya neoliberalisme dan represi negara yang terus menerus terjadi.
Zapatista akhirnya menerapkan strategi ini di medan perang pada tanggal 1 Januari 1994.
Marcos, yang bergabung dengan sekitar 3.000 gerilyawan Zapatista, mengambil alih puluhan kota besar dan kota kecil di Chiapas, membakar pangkalan-pangkalan militer dan kantor polisi di sepanjang jalan. Namun, pasukan militan ini akhirnya dikalahkan oleh angkatan bersenjata Meksiko yang didukung A.S. yang memaksa para pemberontak ini mundur ke hutan di pegunungan Chiapas yang terpencil.
Sejak saat itu, negara bagian Meksiko telah meluncurkan sejumlah serangan terhadap Zapatista, meskipun telah ada perundingan damai sebelumnya. Pejabat pemerintah juga telah mencoba untuk menangkap dan memenjarakan Marcos, antara lain atas tuduhan terorisme, penghasut dan kepemilikan senjata api. Namun, upaya untuk mempidanakan Marcos berhenti pada bulan Februari 2016, ketika seorang hakim federal Meksiko mengumumkan bahwa perintah tahun 1995 untuk penangkapannya telah habis masa berlakunya.
Hari ini, Marcos tetap menjadi pemimpin kunci gerakan Zapatista, yang baru-baru ini memilih seorang perempuan, pemimpin adat sebagai kandidat independen untuk pemilihan presiden 2018 mendatang di Meksiko. Marcos dan Zapatista tetap kritis terhadap neoliberalisme di Meksiko dan kekerasan yang dilakukan oleh negara terhadap aktivis hak asasi manusia.
"Kami, Zapatista, menegaskan bahwa globalisasi neoliberal adalah perang penaklukan seluruh dunia, perang dunia, perang yang dilancarkan oleh kapitalisme untuk mendominasi dunia" Marcos dan Zapatista mengatakan dalam deklarasi mereka.
"Itulah mengapa kita bergabung bersama untuk membangun perlawanan melawan neoliberalisme dan untuk kemanusiaan."
Marcos lahir pada tanggal 19 Juni 1957 di Tampico, Tamaulipas dari keluarga kelas menengah, seperti yang dia gambarkan sendiri. Ayahnya, Alfonso, adalah seorang pemilik usaha kecil dan guru sekolah dasar yang mampu membiayai studinya sepanjang karir pendidikannya.
Setelah lulus dari Tampico Cultural Institute, yang dikelola Yesuit, Marcos pindah ke Mexico City untuk belajar filsafat di National Autonomous University of Mexico, UNAM, sebuah institusi pendidikan tinggi yang paling bergengsi di negara tersebut.
Pada saat belajar di UNAM, Marcos sangat aktif terlibat dalam kelompok mahasiswa dan lingkar studi Marxis, yang memperkuat keyakinannya dalam membela para pekerja dan masyarakat tertindas.
Setelah menyelesaikan studinya, dia mulai mengajar filsafat di Autonomous Metropolitan University, di mana dia bergabung dengan Angkatan Bersenjata Pembebasan Nasional Maois, FLN, sebuah kelompok militan.
Peralihan Marcos dari seorang akademisi menjadi pejuang bersenjata dimulai pada tanggal 2 Oktober 1968, ketika lebih dari 400 pelajar dan warga sipil dibunuh oleh polisi dan militer Meksiko, yang dikenal sebagai pembantaian Tlatelolco. Para pelajar dan warga sipil yang terbunuh itu sedang mengadakan demonstrasi damai memprotes pemerintah Meksiko karena tindakan respresif terhadap demonstrasi pelajar sebelumnya, yang mengangkat isu represi negara dan korupsi.
Dalam upaya untuk menekan "agitator komunis" menjelang Olimpiade Musim Panas 1968 di Mexico City, aparat keamanan Meksiko membunuh para pemrotes tersebut. Saat ini, insiden tersebut dianggap sebagai pilar utama perang kotor di Meksiko, sebuah pengorganisiran aksi-aksi kekerasan terhadap gerakan rakyat kiri - yang mencontoh mitranya dari Amerika Selatan.
Pembantaian Tlatelolco memiliki dampak yang luar biasa pada Marcos, yang makin dalam telibat pada aktivitas FLN bawah tanah yang bertujuan untuk menggulingkan negara Meksiko dengan "perang rakyat".
Pada awal 1980an, Marcos meninggalkan kehidupannya yang relatif nyaman di Mexico City untuk mengorganisir perjuangan bersenjata di hutan Amerika Tengah. Setelah gagal merekrut orang-orang miskin dari suku Maya di Chiapas untuk menggulingkan negara bagian Meksiko dan kelas penguasa, dia dilaporkan pindah ke Nikaragua. Di sana, dia membantu Front Pembebasan Nasional Sandinista Marxis-Leninis, atau Sandinistas, dalam perjuangan melawan sayap kanan-Contras yang didukung A.S. dengan menggunakan nama perang "El Mejicano," atau "Orang Meksiko."
Pada akhir 1980-an, Marcos kembali ke Chiapas, dia menata ulang FLN menjadi Pasukan Pembebasan Nasional Zapatista yang modern. Dia dikatakan telah menerima banyak pelajaran dari Sandinista dan Front Pembebasan Nasional Salvaroran Farabundo Marti, FMLN.
Dengan menggabungkan strategi perang gerilya Sandinista dan FMLN, Marcos mulai mempersiapkan Zapatista untuk melancarkan perang habis-habisan melawan negara Meksiko sebagai respon atas semakin dalamnya neoliberalisme dan represi negara yang terus menerus terjadi.
Zapatista akhirnya menerapkan strategi ini di medan perang pada tanggal 1 Januari 1994.
Marcos, yang bergabung dengan sekitar 3.000 gerilyawan Zapatista, mengambil alih puluhan kota besar dan kota kecil di Chiapas, membakar pangkalan-pangkalan militer dan kantor polisi di sepanjang jalan. Namun, pasukan militan ini akhirnya dikalahkan oleh angkatan bersenjata Meksiko yang didukung A.S. yang memaksa para pemberontak ini mundur ke hutan di pegunungan Chiapas yang terpencil.
Sejak saat itu, negara bagian Meksiko telah meluncurkan sejumlah serangan terhadap Zapatista, meskipun telah ada perundingan damai sebelumnya. Pejabat pemerintah juga telah mencoba untuk menangkap dan memenjarakan Marcos, antara lain atas tuduhan terorisme, penghasut dan kepemilikan senjata api. Namun, upaya untuk mempidanakan Marcos berhenti pada bulan Februari 2016, ketika seorang hakim federal Meksiko mengumumkan bahwa perintah tahun 1995 untuk penangkapannya telah habis masa berlakunya.
Hari ini, Marcos tetap menjadi pemimpin kunci gerakan Zapatista, yang baru-baru ini memilih seorang perempuan, pemimpin adat sebagai kandidat independen untuk pemilihan presiden 2018 mendatang di Meksiko. Marcos dan Zapatista tetap kritis terhadap neoliberalisme di Meksiko dan kekerasan yang dilakukan oleh negara terhadap aktivis hak asasi manusia.
Sumber : telesurtv.net
No comments
Post a Comment