Watak Krisis dan Persoalan di Brasil (Bagian Pertama)
Jumat, 28 Juli 2017 ditulis oleh Ana C. Carvalhaes and José Correa Leite
Sumber: International View Point
*perhatian: saat membaca teks ini bila bertemu [cacatan kaki] agar bisa langsung membacanya agar membantu memperjelas.
*perhatian: saat membaca teks ini bila bertemu [cacatan kaki] agar bisa langsung membacanya agar membantu memperjelas.
"Anda yang berjalan, jalan adalah jejak langkah Anda, tidak ada yang lain: Anda yang berjalan, tidak ada jalan, Anda yang membuat jalan saat Anda pergi ..." Antonio Machado, Proverbios and Cantares XXIX, Campos de Castilla
Watak krisis dan persoalan-persoalan Brasil, dari sudut pandang sosialis
Tujuan dari artikel ini tidak akan membahas secara terperinci situasi nasional yang membingungkan. Artikel ini tidak akan menggali akibat-akibat dari tidak dilakukannya pembatalan tiket pencalonan Dilma-Temer[1] oleh Pengadilan Tinggi Pemilihan (TES) – dimana saat ini ada demonstrasi dengan karangan bunga-duka di sekitar markas besar TES di Brasilia -, bukan juga tentang akibat-akibat dari posisi PSB yang seolah meminta ditahan atau mereka akan pergi [2], bukan juga tentang prospek terhadap pembesaran kampenye “Pemilu Langsung, Sekarang” [3], dan bukan tentang pengorganisasian pemogokan umum kedua [4]—dalam dua bulan terakhir, yang menentang kontra-reformasi besar ultraliberal untuk Brasil [5], yang berturut-turut di dalam Kongres Nasional yang semakin mendiskreditkan.
Apa yang ingin kami lakukan adalah memahani secara dekat apa makna krisis Brasil saat ini dalam pengertian yang luas dan lebih beragam (dalam dimensi ekonomi, sosial dan politiknya) dan juga dengan pandangan yang lebih berjangkapanjang dalam hal durasinya—krisis ini telah kita alami dan masih terus terjadi sejak awal kampanye dimana borjuasi bersatu untuk penggulingan Dilma Rousseff melalui pemakzulan [6] sampai sekarang. Oleh karenanya, ini adalah usaha untuk menganalisa periode tersebut.
Krisis yang menyejarah
Hipotesis kami yaitu, bahwa sejak awal tahun 2015, kita telah mengalami sebuah krisis politik yang mendalam, menambahi krisis ekonomi dan sosial yang serius, hal ini sebanding dengan krisis tahun 1929-1930 dan 1984.
Dalam kasus tahun 1929-1930, krisis tersebut menyebabkan adanya perubahan blok kekuatan hegemonik di negara ini, yaitu penggantian sektor oligarki yang sebelumnya didominasi oleh sektor lain, borjuasi yang baru tumbuh. Kemudian, dengan adanya gerakan pada tahun 1930, akhirnya hegemoni muncul; Getulio Vargas [7] mengkonsolidasikan posisinya dari Pemberontakan Paulist [8] tahun 1932 dan dia merumuskan proyek lain untuk Brasil, yang mendasarkan dirinya pada "tenentisme" [9]. Ini adalah proyek pembangunan nasional yang berbasis pada industri, pada penciptaan kelas pekerja upahan (perkotaan) dengan jenis hak tertentu, pada suatu rezim Bonapartis sampai tahun 1937 dan condong ke fasisme sejak saat itu, meskipun, memelihara remah-remah konsesi untuk orang-orang yang dirampas.
Dalam kasus kedua, tahun 1984, setelah tiga tahun mengalami resesi yang mendalam, akhir dari “keajaiban Brasil,” dengan sepertiga penduduk turun kejalan-jalan selama kampanye Pemilu Langsung (Diretas Ja) [10], dimana rezim militer diganti oleh Tancredo Neves , dalam proses pemilihan tidak langsung di Lembaga Pemilihan [11] dan Serney belakangan ini menginggal [12], keduanya terikat erat dengan militer, tetapi tetap warga sipil. Semua ini tidak benar-benar menghnacurkan represif apparatus rezim militer.
Sajuah kita yang kita pahami, bukankah hari ini ada perubahan pada blok kekuatan; tapi mari kita mengingat, itu tidak ada sebelum tahun 1929-1930.
Beberapa ekonom berpendapat, yang kemungkinan besar untuk membenarkan kehendak reformasi yang mereka pertahankan, bahwa krisis saat ini lebih serius daripada yang sebelumnya – itu tampak berlebihan, setidaknya jika dibandingkan dengan krisis tahun 1930, hasil dari pasar saham yang jatuh di New York dan resesi global yang dimulai tahun itu.
Kita berada di tahun ketiga resesi dan ada kelumpuhan menyeluruh pada sistem politik - yang dengan jelas menunjukkan kepada sektor borjuis bahwa rezim tersebut (sebuah istilah yang digunakan di sini sebagai sinonim untuk sistem politik, yaitu kombinasi antara institusi yang digunakan untuk kelas penguasa) telah menjadi tidak berfungsi bagi mereka. Borjuasi dengan dimensi-dimensi dan kepentingan global (yang dengannya kita artikan bisnis) tidak dapat hidup berdampingan dengan begitu banyak ketidakstabilan dan ketidakpastian tentang masa depan dengan waktu yang lama, sehingga krisis politik memperdalam krisis ekonomi dan merugikan baik pengurasan langsung nilai lebih dan keuntungan bagi rentenir dalam sistem keuangan.
Apa itu Operasi Laya Jato dan apa peran yang dimainkan ?
Operasi Lava Jato [13] diawali dari sebuah penyelidikan pencucian uang oleh stasiun-stasiun bensin yang mengelilingi Curitiba. Operasi tersebut bisa saja terjadi di Manaus, Porto Alegre, Sao Paulo maupun Recife. Sektor distribusi BBM di negara kita kaya dengan mafia. Melalui penyelidikan ini, unit khusus Kantor Jaksa Penuntut Umum di Curitiba terhubung ke pedagang mata uang Alberto Youssef dan darinya ke direktur Petrobras [14] Paulo Roberto Costa – yang akan melangkapi titik awal rentetan tuduhan terbuka atas skandal Petrobras dan Partai Buruh (PT).
Meskipun demikian, dalam konteks 12 sampai 13 tahun pemerintahan kolaborasi kelas di bawah kepemimpinan PT, dengan menyababkan kerugian, terutama di antara kalangan sektor kelas menengah, namun lebih fundamental lagi dengan tanda-tanda yang muncul di awal tahun 2015, bahwa Dilma Rousseff tidak dapat lagi memenuhi perannya untuk membendung gerakan sosial ataupun menjalankan agenda neoliberal, peran Dilma telah diselesaikan, Operasi Lava Jato menjadi elemen kunci dari naskah besar yang ditulis oleh para elit untuk memaksa Rousseff dan PT keluar dari pemerintahan.
Dengan menggunakan bukti jelas korupsi di dalam Partai Buruh (PT), Partai Progresif (PP) [15], maupun Partai Gerakan Demokrasi Brasil (PMDB) [16] serta yang lainnya – dalam hubungan gelap Petrobras, sektor-sektor fundamental modal memanfaatkan Lava Jato untuk memperlancar gerakan di jalan-jalan dan melaksanakan kudeta institusional pada bulan April 2016. Bukan hanya jaksa dan hakim di Curitiba, juga bukan hanya wakil-wakil Kongres yang membayar para koruptor, juga bukan hanya Temer, media, maupun hakim Mahkamah Agung saja. Tapi semua lembaga ini memiliki peran yang fundamental dalam keseluruhan rantetan cerita, tapi tanpa Lava Jato, kudeta itu tidak akan terjadi.
Kudeta di tahun 2016 bukanlah kudeta fasis, dengan penghancuran fisik pelopor militan dan penghancuran total lembaga-lembaga perwakilan bojuis-demokratik (walaupun di Brasil lembaga-lembaga ini anti-demokrasi, karena mereka bersifat oligarki dan segregasionis). Kudeta itu bukanlah Bonapartis; Dengan kata lain, hal itu tidak mencabut tatanan institusional yang ada atau berusaha untuk menghancurkan secara langsung maupun dengan cepat di level politik oposisi kelas (walaupun sekarang berusaha melakukannya dengan reformasi politik). Tapi itu tidak berarti bahwa tidak ada kudeta atau tidak mendasar.
Apa yang dipertaruhkan dalam konflik “di atas”
Setiap fase penyusutan siklus ekonomi merupakan fase konflik sengit untuk pasar dan permodalan. Dengan globalisasi neoliberal, konflik yang melibatkan sebagian besar perusahaan transnasional, dan tentu saja juga perusahaan multinasional Brasil, yaitu "Green and Yellow" [17]. Namun, elemen kunci dari kerangka kerja sekarang, memperparah krisis dan perpecahan didalam tubuh borjuis, adalah krisis politik yang sedang mengamuk.
Diagnosa yang ditunjukkan oleh petistas (anggota Partai Buruh) [18] mengenai situasi saat ini, bahwa ada konflik antara "borjuasi nasional" dan "modal finansial global yang besar". Ini mungkin terdengar seperti kebenaran tapi sebenarnya tidak, karena borjuasi Brasil cukup mengglobal, seperti pemegang saham Petrobras, Vale [19], industri konstruksi raksasa, JBS [20] dan juga bank-bank membuktikan; Hanya ada satu bank asing utama di pasar bank deposit Brasil, yaitu Santander [21]. Ada sektor-sektor modal finansial yang sangat bergantung pada tindakan negara, tentu saja, tapi sangat mungkin bahwa apa yang dipertaruhkan adalah bentuk di mana negara berurusan dengan "urusan-urusan ekonomi".
Kami membuat asumsi bahwa sektor aparatur negara yang telah menjadi otonom, diwakili oleh sebagian fraksi Polisi Federal, Jaksa Penuntut Umum negara bagian Paraná dan Hakim Moro, saat ini berusaha untuk "membersihkan" personil politik yang terlatih di sekolah tua Patrimonial - untuk mempergunakan bahasa dan analisis yang digunakan oleh pengusaha. Sektor ini ingin "memoralisasi lingkungan bisnis" di Brasil. Dan hal itu dilakukan dengan menyerang sektor lain dari dunia bisnis - yang sebagian besar merupakan penerima keuntungan dari tahun-tahun Lulopetisme [22]. Sektor ini memotong kepala saudara kelasnya. Dalam pengertian ini, apa yang kita lihat adalah konflik untuk "modernisasi" negara.
Harus diingat bahwa salah satu penafsiran besar pembentukan bangsa, yang paling banyak diajarkan oleh pengadilan dalam pelatihan kadernya, tidak lain adalah broker kekuasaan, itu pekerjaan Raymundo Faoro - seorang pengacara, yang bukan kebetulan. Ini adalah visi liberal klasik dan dalam pengertian ini bukan masalah demokratisasi pemerintah, namun menerapkan peraturan yang lebih ketat dan lebih "republiken" (anti-oligarki) untuk cara pemerintah menangani hubungannya dengan modal.
bersambung ke bagian kedua
Catatan:
[1] Dilma Rousseff (Partai Pekerja, PT) dan Michel Temer
(PMDB) terpilih berturut-turut Presiden dan Wakil Presiden Brasil pada 2010 dan
terpilih kembali pada 2014.
Ketika Dilma Rousseff dipecat pada tanggal 31 Agustus 2016
oleh Senat, Michel Temer menggantikannya, walaupun telah diperintahkan oleh
sebuah pengadilan pada tahun 2015 untuk membayar denda sebesar 80 000 reals
karena melebihi tingkat resmi pembiayaan kampanye partainya di 2014, yang
seharusnya membuatnya tidak memenuhi syarat. Namun Pengadilan Tinggi Pemilihan
menyatakan, bahwa hal itu akan mengerluarkan keputusan hanya saat Temer maju
dalam sebuah pemilu, tidak menghalanginya,
sebagai wakil presiden, menggantikan Dilma Rousseff sebagai presiden.
[2] PSB (Partai Sosialis Brasil) adalah partai
kiri-tengah yang merupakan bagian dari koalisi pemerintahan Dilma Rousseff, di
samping Partai Buruh dan PMDB, sampai tahun 2014.
[3] Diretas JÃ ("Pemilu langsung sekarang")
adalah sebuah kampanye yang bertujuan untuk mencegah Presiden Temer diganti
dengan perjanjian sederhana di antara mesin partai politik, tanpa pemilu, jika
dia dikeluarkan dari jabatannya, harus sesuai tuntutan gerakan tersebut.
[4] Melawan kontra-reformasi terhadap pemerintahan
Temer, sebuah pemogokan umum terjadi pada tanggal 27 April. Pemogokan umum
kedua diajukan pada tanggal 30 Juni.
[5] Begitu Dilma Rousseff dipaksa untuk turun jabatan pada
saat dimulainya proses pemakzulan, pada tanggal 12 Mei 2016, Michel Temer, sebagai
presiden yang pertama kali dia lakukan—membentuk sebuah pemerintah yang
mengumumkan pengurangan belanja publik sambil memberikan suara peningkatan gaji
anggota eksekutif, hakim dan petugas kepolisian. Dia menjadi presiden pada
bulan September dan mengumumkan peningkatan jam kerja dan usia pensiun,
pengurangan "bolsa familia" (sebuah program untuk memerangi
kemiskinan yang ditetapkan oleh pemerintah Lula), pemotongan anggaran, dengan
membekukan kenaikan di masyarakat Belanja selama 20 tahun, privatisasi bandara dan
instalasi listrik dan perminyakan, dan penghapusan "apotek rakyat" (apotek
ini yang memungkinkan orang-orang paling miskin untuk mendapatkan obat-obatan
dengan biaya rendah) ...
[6] Dilma Rousseff pertama kali dikeluarkan dari kursi
kepresidenan pada tanggal 13 Mei 2016, dan akhirnya resmi keluar oleh sebuah pemilu
Senat pada tanggal 31 Agustus karena "presentasi palsu dari perhitungan
publik". Pemecatannya adalah "kudeta konstitusional”
[7] Getúlio Dorneles Vargas (1882-1954) adalah seorang
politikus Brasil, pemimpin sipil dari gerakan bersenjata negara bagian Minas Gerais
dan Rio Grande do Sul (disebut "Revolusi Brasil tahun 1930"), yang
menggulingkan Presiden Washington LuÃs. Dia memerintah Brasil dari tahun 1930
sampai 1934 di Pemerintahan Sementara, dari tahun 1934 sampai 1937 yang dipilih
oleh Kongres Nasional Brazil, dari tahun 1937 sampai 1945 di bawah kerangka
otoriter "Negara Baru" setelah sebuah kudeta, dan kemudian terpilih
Presiden dari tahun 1951 sampai 1954. Pemerintahannya melembagakan upah
minimum, hari libur yang dibayar, pembatasan jam kerja, larangan untuk
memberhentikan pegawai setelah sepuluh tahun bekerja ... bagi mereka yang
memiliki "Kartu Kerja".
[8] Pemberontakan militer Paulis dimulai pada bulan Juli
1924 di São Paulo (yang pada waktu itu menjadi ibukota industri dan keuangan
negara) setelah krisis ekonomi dan berpuncak pada enam bulan perjuangan rakyat.
[9] Tenentisme adalah serangkaian gerakan yang
didasarkan pada letnan dan kader menengah tentara, mengusahakan pembangunan
nasional Brasil yang modern. Beberapa arus tenentisme berkembang ke kiri,
menuju Partai Komunis Brasil, yang lainnya beralih ke otoritarianisme: beberapa
diktator militer dari tahun 1964 sampai 1985 adalah "tenestis" di
masa muda mereka.
[10] Kampanye politik massal terbesar dalam sejarah
Brasil, dengan tujuan melanggar pemilihan presiden dengan perundingan rahasia
di Kongres dan menginstal pemilihan dengan hak pilih rakyat secara langsung.
[11] Tancredo Neves (1910-1985) adalah Menteri
Kehakiman Presiden Vargas (1952-1954) dan Perdana Menteri Presiden João Gulart
(1961-1962). Dia menjadi lawan resmi rezim militer di kepala Gerakan Demokrat
Brazil (yang menjadi pimpinan Partai Gerakan Demokrat Brazil, PMDB, pada tahun
1979 ketika "bipartisanship" dieliminasi). Pada tahun 1984, ia adalah
salah satu tokoh gerakan “pemilihan langsung, sekarang”(Diretas Já). Terpilih
menjadi presiden oleh Kongres pada bulan Januari 1985, dia sakit dan meninggal
pada bulan April 1985 tanpa penobatan jabatan.
[12] José Sarney, dipilih oleh junta militer untuk
menjadi Wakil Presiden Tancredo Neves, menggantikannya pada tanggal 15 Maret
1985 dan telah dinobatkan sebagai presiden pada saat kematiannya. Dia
digantikan oleh Fernando Collor de Mello, presiden pertama yang dipilih oleh
hak pilih universal, pada tahun 1990 (dituduh melakukan korupsi, Collor de
Mello diwajibkan untuk menyerahkan jabatannya pada bulan Desember 1992).
[13] Lava Jato bisa diterjemahkan sebagai "cuci
cepat".
[14] Petrobras adalah perusahaan minyak raksasa Brazil,
perusahaan terbesar di negara ini dan perusahaan minyak terbesar kedelapan di
dunia. Ini adalah monopoli negara hingga tahun 1997. Perusahaan ini sekarang
merupakan perusahaan swasta, dimana negara tersebut tetap menjadi pemegang
saham utama (32 persen, dengan 55 persen hak suara.
[15] Partai Progresif (PP) adalah partai sayap kanan, konservatif
dan neoliberal bersama akarnya Aliansi untuk Pembaruan Nasional (ARENA), partai
junta militer dari tahun 1965 sampai 1980.
[16] PMDB adalah kekuatan neo-liberal sayap kanan, yang
sekarang dipimpin oleh Michel Temer. Partai yang merupakan aliansi kepentingan bos-bos
partai lokal dan regional daripada partai politik nasional.
[17] Dua warna utama bendera nasional.
[18] Anggota Partai Buruh (PT).
[19] Vale adalah industri pertambangan raksasa, namun
juga merupakan operator kunci dalam aksi penyelamatan Belo Monte, yang telah
mengungsikan 40.000 orang, dan Bento Rodrigues, yang menyebabkan bencana
ekologi terbesar dalam sejarah Brazil. Saat ini sedang dalam proses menanam
ratusan ribu pohon ekaliptus di Amazonia, menghancurkan seluruh ekosistem di
area yang cukup luas.
[20] JBS-Friboi adalah perusahaan multinasional Brasil
terkemuka di industri makanan agribisnis, mewakili sekitar seperempat pasar
daging sapi dunia. Hal ini dijalankan oleh José Batista Junior bersaudara,
Joesley Batista dan Wesley Batista.
[21] Grupo Santander (perbankan, keuangan, asuransi)
telah menjadi poros konsentrasi pasar Spanyol sejak 1990-an. Pada puncaknya di
tahun 2010, ia menduduki peringkat oleh Forbes sebagai perusahaan terbesar
keenam di dunia. Santander memiliki tenaga kerja sebanyak 188.000, 125 juta
pelanggan dan 12.235 cabang di seluruh dunia.
[22] "Lulopetismo" menggambarkan masa jabatan
Luiz Inácio Lula da Silva, pendiri dan pemimpin bersejarah Partai Buruh (PT),
(yang merupakan presiden dari tahun 2003 sampai 2011) dan penggantinya Dilma
Rousseff (2012-2016) . Itu adalah periode ketika program sosialis PT dimasukkan
ke dalam kabinet dan saat partai tersebut mengadopsi "pemerintahan"
neoliberal, menabur benih-benih korupsi.
No comments
Post a Comment