Kiri Sosial membuka ruang bagi kawan-kawan yang ingin berkontribusi pada Kirisosial.blog. Kami menerima kontribusi dalam bentuk artikel terjemahan yang memuat tentang inspirasi gerakan yang partisipatif atau tentang inspirasi persatuan. Silahkan kirim terjemahan anda melalui inbox FB atau kirim melalui kirisosial@gmail.com. Terimakasih

BBM Ada Di Kendaraanmu, Karena Kerja AMT



Oleh : Rijal Artomi, Pengendara Motor.




Saya mulai mengulas apa yg di katakan oleh kawanku mengenai "fetisisme komoditi". Secara singkat mengartikan segala hal yg mempunyai nilai guna atau nilai tukar (komoditi) di anggap secara tidak sadar sebagai hal yang gaib -- datang langsung dari atas langit tanpa mengetahui ada sebuah relasi yg terhubung yg membuat sebuah komoditas bisa ada di hadapan kita : Bisa dimakan, bisa dipakai atau bisa dijual lagi. Ext : Adanya patung karena ada relasi kerja antara pematung dan bahan serta alat kerjana. Dan kopi, adanya kopi yang bisa kita minum karena adae relasi kerja yg dilakukan petani kopi dengan terik mataharinya, beserta hubungannya dgn pemilik perkebunan kopi.

Begitupun BBM yang selama ini menjadi hal yang menunjang aktifitas kita : Mulai dari berkendara motor untuk bekerja, sekolah, sampai bermesra ria beserta pacarmu. Sampai dengan mobil mewahmu yang gak terbayang olehku berapa harganya itu, karena adanya BBM sehingga bisa jalan, bayangkan jika BBM ataupun BBG tak terdistribusi? Bayangkan, mudik tanpa BBM?



Dan begitupun aku menyadari sendiri melalui pengalamanku : Naik motor hampir setengah Jawa (dari Banten ke Jogja dan balik lagi) berapa pom bensin yagg aku lewati, begitu banyak kendaraan, mulai dari kendaraan pribadi, transportasi umum sampai transportasi distribusi barang -- artinya banyak menghidupi aktifitas sampai sudut penjuru daerah -- dan sumbangsihnya menggerakan roda ekonomi di berbagai daerah. 

Bagaimana jika kita bayangkan BBM tak terdistribusi ?

Dan kaitannya dengan pemogokan AMT Pertamina, apa yg aku sampaikan mengenai fetisisme komoditi. BBM bukan hal yagg gaib langsung terisi dari perut bumi muncul di pom bensin. Namun ada relasi sehingga BBM tersedia. Di mulai dari kerja buruh di pengeboran minyak di laut lepas sana, yang tak terbayangkan resiko yang dihadapinya, upahnya seberapa dan kelayakan hidupnya apakah sesuai dengan sumbangsih kerjanya?

Dan begitupun BBM bisa terdistribusikan ke seluruh pom bensin, ada relasi kerja antara supir mobil tangki yang setiap hari jauh dari rumah, mengendarai kendaraan dengan resiko yang tinggi dan mudah terbakar. Yang bekerja siang dan malam, demi distribusi kebutuhan memutar roda ekonomi. begitu beratnya mengendarai dengan konsentrasi tingkat tinggi di malam hari dengan tenaga yagg cukup terkuras untuk bekerja 12 jam (bahkan lebih) tanpa henti untuk memenuhi distribusi. 

Lalu bagaimana PT Pertamina memperlakukan supir-supir tangki ini?

Alasan Awak Mobil Tangki akan melakukan pemogokan distribusi, tidak lain karena PHK ilegal terhadap 350 karyawan, dan jam kerja dengan durasi 12 jam bahkan lebih, itupun tidak dibayarkan upah lemburnya sesuai dengan aturan Pemerintah, dan kerja yang begitu berat tidak dibarengi dengan apresiasi dari PT Pertamina maupun PT PT. ELNUSA PETEOFIN. , mereka yang telah bekerja sebagi ujung tombak distribusi BBM, hanya dijadikan pekerja kontrak (tidak tetap). 

Dan hal ini yang mendasari perjuangan mogok nasional awak mobil tangki. Bayangkan mereka mogok? BBM tak terdistribusi di pom bensin? Sudah di bayangkan? Tak ada guna kendaraanmu, terhambat aktifitasmu. dan perlu kita sadari : Begitu besar sumbangsih Awak Mobil Tangki ! 

Apa yang dijelaskan mengenai tema fetisisme komoditi merupakan kenyataan kehidupan sosial saling terhubung, sehingga mampu melihat apa yang kita butuhkan adalah hasil sumbangsih tenaga kerja. Begitupun BBM, terkhusus karena sumbangsih kerja awak mobil tangki dalam distribusi BBM, begitupun tak ada pom bensin di pom bensin yang tak melalui distribusi Awak Mobil Tangki, sampai akhirnya masuk ke dalam kendaraan kita. 

Ketika kita terlepas dari fetisisme komoditi, maka kita akan mampu melihat siapa yang menjadi produsen sebenarnya yang menghasilkan kebutuhan kita, dan bagaimana kehidupan mereka, dan bagaimana perlakuan terhadap kerja mereka relasinya dengan perusahaan Pertamina.

Maka tak ada pilihan lain, yaitu konsep kehidupan yang saling ber-solidaritas harus diciptakan secara sadar, begitupun dengan aku, saat melihat perjuangan Awak Mobil Tangki Pertamina dalam menyambut pemogokan.


Sekian ceritaku--dari pengembaraan Jakarta-Joga, Pulang Pergi.

No comments

Powered by Blogger.