PENYERANGAN SEPIHAK AMERIKA SERIKAT ANCAMAN SERIUS PERDAMAIAN DUNIA
Sikap Duta Besar Bolivia untuk PBB mengenai Penyerangan terhadap Suriah : 'Sejarah Mengajari Kita' Amerika Serikat Berbohong untuk Membenarkan Perang.
"Di masa ini Amerika Serikat memposisikan dirinya sebagai penyidik,
mereka adalah jaksa, hakim dan mereka adalah eksekutor," kata duta besar
Bolivia.
Menggugat penyerangan Amerika Serikat terhadap Suriah, Duta
Besar Bolivia untuk PBB Sacha Llorenti membandingkan presentasi mantan Menteri Luar Negeri AS Colin Powell di Kongres sebagai dasar tindakan sepihak untuk melakukan pemyerangan, dimana terdapat bukti palsu atas dugaan program persenjataan
Irak yang ditujukan untuk membenarkan perang AS di Irak.
Llorenti menunjukkan sebuah potongan foto Colin Powell yang sedang menyampaikan “senjata pemusnah massal” dalam Pidatonya di Kongres, Llorenti
mendesak AS untuk bertanggungjawab atas serangan yang tak beralasan
terhadap Suriah pada Kamis lalu, sejarah sudah mencatat bahwa imperialis AS telah melakukan intervensi di negara-negara lainnya, termasuk Amerika Latin.
"Sekarang Amerika Serikat memposisikan dirinya sebagai penyidik,
mereka adalah jaksa, hakim dan mereka adalah eksekutor. Itu melanggar hukum international."
Bangsa Andean saat ini memegang jabatan anggota tidak tetap di Dewan
Keamanan PBB
"Saya percaya bahwa penting bagi kita untuk mengingat sejarah mengenai peristiwa di tahun 2003, yang pada saat Amerika
Serikat menegaskan, bahwa mereka memiliki semua bukti yang
diperlukan untuk menunjukkan bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal,
tetapi mereka tidak pernah menemukan ... tidak pernah ada yang mereka temukan,"
kata Duta Besar Bolivia dalam sidang darurat Dewan Keamanan pada hari Jumat.
Pada 5 Februari 2003, Sekretaris Powell menunjukan “bukti” palsu
bahwa pemerintah Saddam Hussein di Irak mengembangkan senjata pemusnah massal,
termasuk senjata kimia yang mematikan. Sejak pernyataan itulah pandangan
buruk meluas, padahal tidak ada bukti program senjata yang pernah ditemukan.
Powell sendiri mengungkapkan penyesalan atas apa yang ia istilahkan “kegagalan besar intelijen” yaitu kegagalan yang berasal dari interpretasi yang
dipaksakan untuk menyadap sistem komunikasi
Irak.
AS meluncurkan puluhan rudal jelajah Tomahawk ke pangkalan
udara Shayrat di Homs Kamis malam. Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa
hanya 23 dari 59 rudal mencapai sasaran yang dituju, sedang sisanya mendarat di
desa-desa di sekitarnya. sumber media Suriah melaporkan bahwa sembilan warga
sipil tewas dalam serangan, empat diantaranya anak kecil.
Penyerangan tersebut merupakan respon atas dugaan serangan gas Sarin
terhadap kota yang dikuasai pemberontak Khan Sheikhoun. Insiden ini merenggut
89 nyawa, termasuk 33 anak-anak dan 18 wanita, menurut pihak berwenang oposisi
lokal.
Perwakilan pemerintah Suriah telah membantah bahwa mereka menggunakan senjata tersebut, mereka menyatakan bahwa itu bukti yang menduga militer
Suriah sebagai dalang, pada kenyataannya, propaganda itu dibuat oleh
kelompok-kelompok oposisi seperti Jabhat al-Nusra. Juru bicara Presiden Rusia
Vladimir Putin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa Putin menganggap penyerangan terhadap "negara yang bedaulat adalah pelanggaran hukum internasional, apalagi menggunakan dalih kebohongan.”
Dengan alasan bahwa AS bertindak secara sepihak dan melanggar anggaran dasar PBB, Duta Besar Bolivia menyerukan kepada Dewan Keamanan PBB untuk menggelar sidang tertutup.
"Amerika Serikat sedang mempersiapkan akan sekali lagi serangan sepihak," kata Llorenti. "Serangan rudal, tentu
saja, adalah tindakan sepihak. Mereka merupakan ancaman serius terhadap
perdamaian dan keamanan internasional."
Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Nikki Haley menolak
permintaan tersebut. Karena jabatan presiden Dewan Keamanan di pegang Amerika Serikat.
Sumber : telesurtv.net
No comments
Post a Comment