Kiri Sosial membuka ruang bagi kawan-kawan yang ingin berkontribusi pada Kirisosial.blog. Kami menerima kontribusi dalam bentuk artikel terjemahan yang memuat tentang inspirasi gerakan yang partisipatif atau tentang inspirasi persatuan. Silahkan kirim terjemahan anda melalui inbox FB atau kirim melalui kirisosial@gmail.com. Terimakasih

SELEBARAN GERAKAN BURUH UNTUK RAKYAT

May Day 2003 di Jakarta
Salam solidaritas bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kawan-kawan semua, hari ini, tepat 1 Mei 2017, jutaan buruh—bahkan mungkin puluhan juta buruh di seluruh dunia, sedang merayakan peringatan Hari Buruh Internasional (atau biasa dikenal dengan MAY DAY), dimana sejarah awal MAY DAY adalah sejarah perjuangan kaum buruh hampir dua abad yang lalu, memperjuangkan pemotongan jam kerja, dari 16 jam kerja menjadi 8 jam kerja—yang sekarang ini, telah menjadi patokan umum jam dalam per undang-undangan di seluruh dunia.

Namun sekalipun kemenangan 8 jam kerja sudah menjadi Undang-undang, dalam prakteknya, justru buruh saat ini masih bekerja lebih dari 8 jam per hari. Faktor utama kenapa buruh masih bekerja lebih dari 8 jam adalah kebutuhan-kebutuhan hidup buruh dan keluarganya tidak bisa terpenuhi dengan standart upah yang mereka dapatkan, apalagi kebutuhan-kebutuhan dasar sekarang ini juga semakin tak terjangkau, akibat kebijakan-kebijakan pemerintah.







Ini masalah kita semua.

Kawan-kawan semua, Bulan-bulan ini saja, kita semua—baik buruh, pedagang, pegawai kantor, tukang tambal ban, asongan atau siapapun rakyat kita—sedang merasakan kenaikan tarif dasar listrik yang melonjak tinggi, juga semakin sulit bagi kita untuk mendapatkan akses pada gas murah maupun bensin murah, padahal kebutuhan energi (Listrik, Gas, Bensin) sudah menjadi kebutuhan pokok kita di jaman sekarang.

Kita juga semakin sulit untuk mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas tanpa harus membayar begitu mahal---membayar biaya pendidikan, buku yang mahal, atau biaya lainnya yang terkait dengan pendidikan. Apalagi jika ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi.

Pun dengan akses terhadap pelayanan kesehatan, sekalipun sudah ada BPJS, namun pelayanan yang berdasarkan perbedaan besarnya iuran, membuat kita diperlakukan secara diskriminatif—padahal sehat adalah hak setiap orang. Dan bagi kita saat ini semakin hampir tak mungkin mendapatkan tempat tinggal yang layak, sehat dan nyaman—kita semakin tersingkirkan dalam roda pembangunan model sekarang ini.

Seorang mahasiswa Papua berteriak saat ia ditangkap oleh polisi ketika mencoba bergabung dengan unjuk rasa di asrama mahasiswa di Yogyakarta, pada 15 Juli 2016. (Foto:Suryo Wibowo/AFP)

Kawan-kawan, kita juga merasakan bagaimana kita pernah digusur, disingkirkan secara paksa, dan di media-media kita juga tahu, bahwa bukan hanya kita saja yang disinggkirkan secara paksa. Teman-teman Petani di berbagai daerah—Kendeng, Karawang, Kulonprogo, Surokonto Wetan, Urutsewu, Seko, Gane Barat dan Gane Timur, Taliabu, Dongi-dongi, Tulang Bawang, Batang dan banyak tempat lainnya di seluruh Indonesia juga dipaksa keluar dari tanah-air mereka; Perusahan-perusahan besar datang bersama Pemerintah merampas ruang hidup petani-petani kita.Termasuk kita tahu bagaimana cerita teman-teman kita di Papua—Bukan hanya satu-dua petak, bukan seribu duaribu petak, tapi gunung-gunung mereka dirampas oleh pengusaha-pengusaha besar dan pemerintah kita, dan kita juga tahu, mereka—kawan-kawan Papua kita—yang melawan, yang mempertahankan tanah-air mereka justru dianggap pemberontak; Dikejar-kejar, ditangkap, dianiaya dan dibunuh. Tidakkah kemarahan kita sama dengan mereka semua?

Bertumpuk-tumpuk kemarahan kita, saat kita tahu, ada duit yang dikorupsi para pejabat (duit kita, duit orang-orang kecil, yang setiap saat membayar pajak; Pajak beli rokok, beli sabun, makan di warteg, buat usaha kecil, dan pajak-pajak lainnya). Amarah kita rasanya sudah sulit dibendung, waktu kita dengar 2,3 trilyun uang kita diambil para pejabat brengsek itu, dalam proyek E-KTP. Kita bisa menghitung kalo uang 2,3 trilyun itu cukup untuk 87 juta orang membayar iuran BPJS atau bisa membangun lebih dari 4500 rumah.


Kawan-kawan rakyat Indonesia, 


Saat kita mulai membangun perlawanan kita, saat kita mulai menyadari persatuan kita, mereka-mereka yang tak ingin perlawanan kita semakin kuat, mulai dengan ganas memecah belah upaya persatuan antar kita rakyat kecil. Mereka memainkan isu-isu sara, memprovokasi kita untuk tak percaya teman kita yang berbeda agama, menghasut kita untuk membenci teman kita yang berbeda suku, Namun kita sadar, jika terjadi perpecahan di antara kita rakyat kecil—maka semakin mudah mereka para pengusaha besar dan pemerintah itu untuk menjarah semua hak-hak kita, semakin mudah bagi mereka untuk menyingkirkan kita semua—tak perduli apa agama dan suku kita.


Sejarah kita adalah sejarah persatuan, solidaritas dan perlawanan


Oleh karena itu, dalam peringatan Hari Buruh Internasional, kami, buruh-buruh di Indonesia, yang juga bagian dari lapisan masyarakat bawah, melakukan aksi demontrasi bersama-sama dengan rakyat lainnya. Kita semua berkumpul di sini, di Salemba, juga untuk mengingat bahwa pada periode perjuangan reformasi 1998, di tempat inilah, sejarah mencatat mahasiswa dan rakyat kecil, bahu membahu melawan kekerasan aparat, bahu membahu melawan Rezim Soeharto—yang akhirnya berhasil dipaksa mundur tanggal 21 Mei 1998. Tempat ini menjadi saksi, bahwa kekuasaan penindas yang sekuat apapun, dapat dikalahkan oleh persatuan rakyat kecil, dikalahkan oleh semangat perjuangan yang berkobar-kobar.








Berjuang bersama memenangkan masa depan yang lebih baik.

Dan dengan semangat perjuangan yang sama, kami mengajak kawan-kawan semua, untuk kembali lagi bersatu padu, untuk turun ke jalan; Bersama kita berjuang untuk :
  • Menghentikan perampasan ruang hidup kita, perampasan tanah-air kita.
  • Meningkatkan upah rakyat pekerja dan mengembalikan jam kerja, cukup hanya 8 jam.
  • Mengangkat panji-panji perlawanan kita terhadap penyempitan kebebasan kita—jangan lagi ada pelarangan diskusi dan pemutaran film, pencekalan buku-buku, pelarangan organisasi-organisasi kita, penangkapan-pemukulan, pemenjaraan dan pembunuhan kawan-kawan kita. Kita berjuang agar kebebasan yang kita rebut di 1998, jangan mereka injak-injak kembali.
  • Praktek-praktek korupsi yang mereka lakukan setiap hari-setiap saat, harus dihentikan, dan mereka adalah penjahat yang harus dipecat, dipenjarakan dan dimiskinkan.
  • Melawan setiap provokasi dan hasutan mereka agar kita terpecah belah dengan isu sara, karena panji kita adalah panji persatuan dan solidaritas.
  • Sistem pendidikan baru, sebuah sistem pendidikan yang terjangkau bagi seluruh rakyat untuk semua jenjang pendidikan, yang mengajarkan kita untuk menghargai sesama manusia secara setara, atas dasar kerja sama, solidaritas dan ilmu pengetahuan untuk kepentingan bersama.
  • Kita juga butuh perombakan besar-besaran sistem kesehatan kita, yang bertujuan untuk kemanusiaan itu sendiri—bukan keuntungan, dengan sistem pencegahan penyakit yang utama---lingkungan yang sehat, makanan bergizi, imunisasi, olah raga, rekreasi adalah bagian dari konsep kesehatan itu sendiri. Sekolah-sekolah kedokteran tidak boleh juga komersil, dan bahkan menjadi jurusan yang paling mahal saat ini, dan harus diajarkan bahwa menjadi dokter (atau tenaga medis lainnya) bukanlah untuk menjadi kaya, tapi untuk melayani manusia lainnya. Industri obat-obatan dan alat-alat kesehatan jangan diorientasikan untuk mengejar keuntungan, yang membuat obat-obatan dan alat-alat kesehatan menjadi mahal. Pelayanan kesehatan di rumah sakit atau klinik, harus gratis untuk semua jenis penyakit.
  • Dan di atas semuanya, kita berjuang bersama untuk merombak sistem politik hari ini, dan menggantikannya dengan model baru; Di mana kita, rakyat dapat terlibat secara penuh dalam setiap proses pengambilan keputusan—bukan lagi hanya wakil rakyat dan dapat mengontrol penuh atas setiap pelaksaan keputusan, termasuk memecat pejabat yang tidak becus.


    Gerakan Buruh untuk Rakyat :
    KPBI, SMI, SPBP, LMND, SP Jhonson, GPMJ, KPR, SGBN, PRP), KSN, SPMN, SP Danamon, FMK, Perempuan Mahardhika, Politik Rakyat, KPO-PRP, LBH Jakarta, Arus Pelangi, KPA, SGBM, PPAS, FKI

No comments

Powered by Blogger.