BRASIL : DEMO ANTI PEMERINTAHAN KORUP TERUS BERLANJUT
Ratusan ribu massa berkumpul di Copacabana, Rio de Janeiro |
Rakyat Brasil berjuang untuk demokrasi
Sebagian besar rakyat Brasil lebih memilih pemilihan langsung untuk memilih presiden baru - sebuah mekanisme yang ingin dihindari oleh kalangan elit di negara tersebut
.
Ratusan ribu rakyat Brazil turun ke jalan pada hari Minggu waktu setempat di Rio de Janeiro menentang skandal Pemerintahan Michel Temer, pemerintah yang tidak terpilih, dan untuk menuntut sebuah pemilihan umum baru untuk memilih presiden baru.
Namun mayoritas anggota parlemen di Brasilia justru mendukung pemilihan tidak langsung yang akan menghasilkan penerus Temer melalui pemungutan suara di Kongres yang didominasi kubu konservatif dan penuh dengan skandal korupsi.
"Turun Temer !" dan "Pemilu langsung sekarang" adalah slogan yang paling banyak dibawa saat para demonstran mulai berkumpul di Pantai Copacabana Rio sekitar pukul 11:00 waktu setempat, kata O Globo dari Brazil.
Aksi massa, yang juga melibatkan sebuah konser musik gratis dengan sejumlah musisi Brasil yang populer di bawah bendera "Rio for Our Rights Now", memulai serangkaian demonstrasi yang mendorong pengunduran diri presiden dan menuntut pemilihan umum presiden untuk dipercepat dari jadwal yang seharusnya baru akan dilaksanakan tahun 2018 nanti.
Gelombang protes terbaru dipicu oleh beredarnya rekaman Temer yang tampaknya mendukung sogokan terhadap saksi kunci - yaitu mantan juru bicara majelis rendah dan dalang utama di balik penggulingan mantan Presiden Dilma Rousseff, Eduardo Cunha - dalam kasus korupsi di kalangan pemerintah.
Ratusan ribu rakyat Brazil turun ke jalan pada hari Minggu waktu setempat di Rio de Janeiro menentang skandal Pemerintahan Michel Temer, pemerintah yang tidak terpilih, dan untuk menuntut sebuah pemilihan umum baru untuk memilih presiden baru.
Namun mayoritas anggota parlemen di Brasilia justru mendukung pemilihan tidak langsung yang akan menghasilkan penerus Temer melalui pemungutan suara di Kongres yang didominasi kubu konservatif dan penuh dengan skandal korupsi.
"Turun Temer !" dan "Pemilu langsung sekarang" adalah slogan yang paling banyak dibawa saat para demonstran mulai berkumpul di Pantai Copacabana Rio sekitar pukul 11:00 waktu setempat, kata O Globo dari Brazil.
Aksi massa, yang juga melibatkan sebuah konser musik gratis dengan sejumlah musisi Brasil yang populer di bawah bendera "Rio for Our Rights Now", memulai serangkaian demonstrasi yang mendorong pengunduran diri presiden dan menuntut pemilihan umum presiden untuk dipercepat dari jadwal yang seharusnya baru akan dilaksanakan tahun 2018 nanti.
Gelombang protes terbaru dipicu oleh beredarnya rekaman Temer yang tampaknya mendukung sogokan terhadap saksi kunci - yaitu mantan juru bicara majelis rendah dan dalang utama di balik penggulingan mantan Presiden Dilma Rousseff, Eduardo Cunha - dalam kasus korupsi di kalangan pemerintah.
Massa bergerak menuntut Temer mundur, dan segera lakukan pemilihan umum langsung. |
Di tengah goncangan kuat akibat skandal tersebut, pemerintah Temer yang sudah sangat tidak populer kembali lagi mendapatkan kritik tajam pekan lalu, termasuk dari sekutu-sekutunya sendiri, karena mengeluarkan kebijakan untuk mengerahkan militer agar menindak demonstrasi anti-pemerintah di Brasilia.
Akibat kemarahan massa yang meluas, keputusan yang memberikan kewenangan kepada tentara untuk membubarkan demonstrasi, akhirnya dicabut pada hari berikutnya.
Sementara itu, beredar spekulasi mengenai siapa yang bisa menggantikan Temer jika akhirnya dipaksa untuk turun atau didepak dari jabatannya melalui salah satu kasusnya di pengadilan yang saat ini tertunda. Laporan dari Folha de Sao Paulo mengungkapkan bahwa mayoritas anggota parlemen Majelis Rendah dan Senator lebih menghendaki pemilihan tidak langsung melalui Kongres - bukan pemilihan umum - untuk menggantikan presiden.
Konstitusi Brasil memang menetapkan pemilihan tidak langsung sebagai langkah berikutnya jika Temer didepak dari jabatannya, yang diperkirakan oleh banyak analis kemungkinannya karena dukungan rakyat pada Temer tinggal tersisa satu digit dan tampaknya akan terus menurun.
Kekuatan oposisi di Kongres - termasuk Partai Buruh (PT), partai mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva dan Rousseff - mendorong amandemen konstitusi yang akan membuat pemilihan umum secara langsung oleh pemilih Brasil sebagai cara untuk memilih presiden berikutnya.
Tapi ini pasti akan menjadi pertempuran yang sengit di Kongres, karena pemerintahan Temer telah bercokol dari tahun lalu melalui penggulingan Rousseff, secara cepat menyetujui sejumlah kebijakan penghematan neoliberal yang kontroversial, termasuk sebuah reformasi yang membekukan pengeluaran publik di bidang-bidang seperti kesehatan, pendidikan dan program sosial lainnya selama dua dekade ke depan.
Walaupun 85 persen penduduk Brasil mendukung pemilihan langsung sesuai dengan jajak pendapat baru-baru ini, Folha menemukan bahwa tidak ada dukungan yang mencukupi di Kongres untuk memberi lampu hijau bagi masalah ini.
Menurut laporan surat kabar tersebut, 284 dari 513 anggota Majelis Rendah dan 54 dari 81 Senator - masing-masing 55 persen dan 67 persen - menentang gagasan pemilihan langsung. Dengan 60 persen suara yang dibutuhkan untuk menyetujui perubahan konstitusi di Kongres, kubu pemilihan tidak langsung berada di atas angin.
Penggulingan Rousseff tahun lalu dalam proses pemakzulan, secara luas dikutuk sebuah kudeta parlemen yang menandai sebuah keputusan konservatif oleh meraih kekuasaan, di mana partai sayap kanan negara tersebut tidak dapat memenangkannya dalam kotak suara selama bertahun-tahun. Sekarang, salah satu tujuan kudeta – yaitu untuk melindungi politisi dari tuntutan atas kasus-kasus korupsi – telah gagal, karena kebobrokan sayap kanan justru semakin terlihat ketika membuat kebijakan-kebijakan blunder saat memegang kekuasaan.
Sementara itu, beredar spekulasi mengenai siapa yang bisa menggantikan Temer jika akhirnya dipaksa untuk turun atau didepak dari jabatannya melalui salah satu kasusnya di pengadilan yang saat ini tertunda. Laporan dari Folha de Sao Paulo mengungkapkan bahwa mayoritas anggota parlemen Majelis Rendah dan Senator lebih menghendaki pemilihan tidak langsung melalui Kongres - bukan pemilihan umum - untuk menggantikan presiden.
Konstitusi Brasil memang menetapkan pemilihan tidak langsung sebagai langkah berikutnya jika Temer didepak dari jabatannya, yang diperkirakan oleh banyak analis kemungkinannya karena dukungan rakyat pada Temer tinggal tersisa satu digit dan tampaknya akan terus menurun.
Kekuatan oposisi di Kongres - termasuk Partai Buruh (PT), partai mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva dan Rousseff - mendorong amandemen konstitusi yang akan membuat pemilihan umum secara langsung oleh pemilih Brasil sebagai cara untuk memilih presiden berikutnya.
Tapi ini pasti akan menjadi pertempuran yang sengit di Kongres, karena pemerintahan Temer telah bercokol dari tahun lalu melalui penggulingan Rousseff, secara cepat menyetujui sejumlah kebijakan penghematan neoliberal yang kontroversial, termasuk sebuah reformasi yang membekukan pengeluaran publik di bidang-bidang seperti kesehatan, pendidikan dan program sosial lainnya selama dua dekade ke depan.
Walaupun 85 persen penduduk Brasil mendukung pemilihan langsung sesuai dengan jajak pendapat baru-baru ini, Folha menemukan bahwa tidak ada dukungan yang mencukupi di Kongres untuk memberi lampu hijau bagi masalah ini.
Menurut laporan surat kabar tersebut, 284 dari 513 anggota Majelis Rendah dan 54 dari 81 Senator - masing-masing 55 persen dan 67 persen - menentang gagasan pemilihan langsung. Dengan 60 persen suara yang dibutuhkan untuk menyetujui perubahan konstitusi di Kongres, kubu pemilihan tidak langsung berada di atas angin.
Penggulingan Rousseff tahun lalu dalam proses pemakzulan, secara luas dikutuk sebuah kudeta parlemen yang menandai sebuah keputusan konservatif oleh meraih kekuasaan, di mana partai sayap kanan negara tersebut tidak dapat memenangkannya dalam kotak suara selama bertahun-tahun. Sekarang, salah satu tujuan kudeta – yaitu untuk melindungi politisi dari tuntutan atas kasus-kasus korupsi – telah gagal, karena kebobrokan sayap kanan justru semakin terlihat ketika membuat kebijakan-kebijakan blunder saat memegang kekuasaan.
Tapi yang jelas adalah bahwa partainya Temer, PMDB maupun kubu sayap kanan PSDB- sekutu yang telah mengisyaratkan bahwa pihaknya siap untuk mempertahankan posisi kepresidenan agar berhasil menjaga kekuasaannya di Brasilia - tidak tertarik pada pemilihan umum untuk memilih Presiden berikutnya secara demokratis.
Menurut jajak pendapat, skenario tersebut kemungkinan akan memilih politisi paling populer di negara itu, Lula da Silva, sebagai presiden sekali lagi, mengakhiri era kebangkitan konservatif yang singkat dan neoliberalisme yang brutal, yang hanya menguntungkan elit-elit ekonomi di negara tersebut.
Sumber : telesurtv.net
No comments
Post a Comment