Kiri Sosial membuka ruang bagi kawan-kawan yang ingin berkontribusi pada Kirisosial.blog. Kami menerima kontribusi dalam bentuk artikel terjemahan yang memuat tentang inspirasi gerakan yang partisipatif atau tentang inspirasi persatuan. Silahkan kirim terjemahan anda melalui inbox FB atau kirim melalui kirisosial@gmail.com. Terimakasih

TUGAS PERJUANGAN KAUM BURUH PASCA MAY DAY

Tak ada keraguan : Rezim ini makin brutal.

Blokade aparat di patung kuda pada saat aksi May Day kemarin, semakin memperjelas karakter Rezim Jokowi—Rezim karena parlemenpun tak punya daya apapun untuk hak-hak demokrasi rakyat. Satu karakter dimana selain menggunakan hukum/undang-undang untuk membatasi hak demokrasi rakyat, juga sekaligus menggunakan kekuatan respresif negara (baik polisi maupun militer) untuk menghadapi aksi-aksi protes rakyat.

Bapor Gerakan Buruh Untuk Rakyat berhadapan dengan Aparat di Patung Kuda, 1 Mei 2017


Kebebasan untuk menyampaikan pendapat di muka umum, yang sebenarnya diakui dan dijamin oleh UUD maupun UU diabaikan begitu saja, saat aksi-aksi protes rakyat semakin menguat, temasuk aksi-aksi buruh. Segala upaya untuk melemahkan aksi May Day yang dilakukan pemerintah---dari ajakan makan siang bagi pimpinan-pimpinan serikat buruh, ajakan-ajakan dan seruan-seruan untuk mengganti aksi May Day dengan acara seremonial belaka, hingga surat edaran menaker dan berbagai intimidasi—tak membuat buruh mengendorkan perlawanannya.

Puluhan ribu buruh hingga ratusan ribu—yang juga didukung oleh berbagai elemen gerakan mahasiswa, perempuan, kelompok lingkungan, komunitas petani, penggiat HAM, lembaga advokasi hukum, kalangan seniman, komunitas kaum miskin kota—bergerak dari penjuru kawasan-kawasan industri, dari perkampungan-perkampungan buruh, dari pojok-pojok kumuh di Jabotabek, untuk mengepung Istana Negara.


Barisan Massa Gerakan Buruh Untuk Rakyat, 1 Mei 2017

Rezim brutal ini, tak punya lagi retorika demokrasi, tak bisa lagi berpura-pura santun dan merakyat, selain harus menunjukan watak aslinya; represif dan anti demokrasi. Ya, untuk mengamankan kepentingan investor, mengamankan sistem neolib-kapitalis, mengamankan posisi-posisi istimewa segelintir orang, aparatus represif dikedepankan—moncong senjata berhadapan dengan protes rakyat.




Sebelumnyapun sudah banyak kawan-kawan buruh yang dibacok, dianiaya oleh milisi sipil reaksioner (preman terorganisir yang dibentuk atau diback up oleh polisi maupun tentara), dan dibanyak tempat barisan rakyat lainnya seperti petani, nelayan, dan kawan-kawan Papua bahkan jauh lebih banyak dan lebih sering direspresif.

Kampus yang dianggap menjadi tempat yang bebas untuk melakukan kegiatan-kegiatan akademik, sekarang ini juga semakin represif; Pelarangan diskusi, pelarangan buku-buku tertentu, pelarangan pemutaran film tertentu juga semakin massif termasuk dengan memecat mahasiswa-mahasiswa yang kritis.

Bahkan sudah semakin banyak orang yang menjadi korban kriminalisasi hanya karena menulis di media sosial, hanya karena status di FB atau Twiter.


Perjuangan untuk demokrasi sepenuhnya, adalah juga tanggung jawab kaum buruh

Itulah sebabnya, lapisan paling sadar dari gerakan buruh-gerakan rakyat, tak pernah bercanda soal perjuangan demokrasi, tak pernah menganggap remeh perjuangan untuk kebebasan ini—salah satunya, adalah
sikap mengecam pembakaran karangan bunga waktu aksi May Day kemarin.

Tentu lapisan termaju ini, masih minoritas, bahkan kadang dianggap lancang ketika mengkritik kawan-kawan buruh lainnya yang menganggap remeh perjuangan demokrasi--atau malah justru kadang menjadi bagian dari kekuatan anti demokrasi.

Hentikan kekerasan di Papua, 1 Mei 2017

Namun sejarah sudah membuktikan, dengan konsistensi yang sungguh-sungguh, kesabaran yang luar biasa dan keluwesan yang cerdik--tanpa meninggalkan prinsip perjuangan demokrasi sepenuhnya, semakin banyak lapisan buruh yang mendukung--semakin banyak rakyat yang mendukung; Sekali lagi karena demokrasi yang luaslah, yang bisa menjamin pemenuhan kebutuhan-kebutuhan kita lainnya.

Dan kitapun menyadari, bahwa kebebasan yang kita perjuangan tak mungkin sepenuhnya bebas, jika masih ada represifitas bagi sebagian rakyat lainnya--karena perjuangan kaum buruh adalah perjuangan untuk seluruh rakyat, karena kita menyadari satu ancaman demokrasi di tempat lain, adalah juga ancaman buat kita.

Barisan Massa Gerakan Buruh Untuk Rakyat, 1 Mei 2017


Terbunuhnya Marsinah, Kerusuhan Mei 98 dan Jatuhnya Soeharto.


Bulan Mei, yang sudah kita awali dengan aksi-aksi perlawanan May Day, akan terus berlanjut--mungkin dalam bentuk lain, bahwa tanggal 8 Mei adalah tanggal dimana Marsinah, seorang buruh perempuan mati dibunuh militer pada jaman Soeharto, dan pelakunya tidak pernah diadili hingga sekarang. Marsinah dan ribuan buruh lainnya, juga Thukul dan lainnya, Bimo Petrus dan lainnya, juga kawan-kawan Tmor Leste, kawan-kawan Aceh, dan kawan-kawan petani, kawan-kawan mahasiswa (yang saat itu berjuang melawan Rezim Kapitalis-Militeristik Orde Baru)--pada merekalah kita harus berterima kasih, karena kita lebih bebas mengibarkan panji-panji kita, membangun serikat kita, lebih leluasa menuntut hak-hak kita.

Tapi terimakasih saja tidak cukup, Rezim Brutal Jokowi, mulai kembali menggunakan cara-cara Orde Baru----dan tentu saja ini hal yang masuk akal, selain untuk mengamankan proyek-proyek pembangunan model neolib-kapitalis, juga karena kekuatan Orde Baru yang paling anti demokrasi, yakni militer, memang masih menjadi kekuatan politik utama sampai saat ini (bahkan tak tersentuh hukum manapun)

Itulah sebabnya, selain
wajib untuk memperingati terbunuhnya Marsinah, juga memperingati kerusahan Mei 98 (yang juga melibatkan militer sebagai pelaku kerusahan berbau rasial, dengan korban rakyat sipil--terutama perempuan etnis Tionghoa dalam jumlah besar), dan juga memperingati jatuhnya Soeharto, kita harus mengangkat kembali tuntutan agar semua pelaku kejahatan kemanusiaan di jaman Orde Baru untuk dibawa ke pengadilan, untuk ditangkap dan dihukum sebagai penjahat kemanusiaan.

Gerakan Buruh Untuk Rakyat



Ini bukan saja soal masa lalu,ini adalah soal masa kini--dan masa depan, agar jangan lagi tindakan-tindakan brutal anti demokrasi--termasuk yang menggunakan isu rasis, terus menerus berulang dan semakin ganas--sekarangpun semakin nyata bagi kita, pola-pola yang sama sedang terjadi.

Harapan besar bagi Gerakan Buruh Untuk Rakyat, untuk menjadi salah satu kekuatan pegerakan massa yang terdepan dalam membela demokrasi sepenuhnya, dalam mengangkat panji-panji perlawanan terhadap militerisme-rasisme-diskriminasi sama kokohnya dengan panji-panji perjuangan upah layak, penghapusan sistem kerja kontrak-outsourcing-magang, dan sama kuatnya dengan panji-panji solidaritas untuk seluruh rakyat yang menjadi korban dari model pembangunan neolib-kapitalis, menjadi korban dari brutalnya rezim hari ini—termasuk solidaritas bagi seluruh perjuangan rakyat di dunia.

Solidaritas Venezulea, 1 Mei 2017
Selain melawan setiap upaya pembungkaman, Gerakan Buruh Untuk Rakyat penting untuk semakin banyak membangun budaya-budaya partispasi luas dalam berbagai bentuk yang beragam. Pengalaman pembangunan komite-komite pabrik (hingga menjadi dewan-dewan buruh; yang mengurusi berbagai persoalan rakyat) di beberapa negara bisa dijadikan salah satu contoh soal partisipasi, atau model-model referendum dan konsultasi publik—terutama di Amerika Latin, bisa juga dijadikan contoh untuk membangun partisipasi luas—membangun dasar bagi tegaknya demokrasi kerakyatan demi tujuan pembebasan manusia sepenuhnya.






No comments

Powered by Blogger.